Dimensipers.com.10/5- Him­punan Maha­siswa Juru­san (HMJ) Tadris Ilmu Penge­tahuan Sosial (IPS) Insti­tut Aga­ma Islam Negeri (IAIN) Tulun­ga­gung mengge­lar Sem­i­nar Nasion­al. Tema yang diusung adalah ”Ekono­mi Kre­atif Berba­sis Kear­i­fan Lokal”. Acara ini dilak­sanakan di Gedung KH. Sai­fud­din Zuhri IAIN Tulungagung.

Pada pukul 10.20 WIB acara ini dim­u­lai. Sebelum pem­bukaan, dita­mpilkan page­laran seni karawi­tan untuk mem­perke­nalkan budaya Tulun­ga­gung kepa­da peser­ta sem­i­nar. Sem­i­nar yang bertu­juan menum­buh kem­bangkan ekono­mi kre­atif tidak bisa lep­as dari budaya setem­pat. Budaya yang didalam­nya ter­da­p­at kear­i­fan lokal yang memi­li­ki nilai dan karak­ter­is­tik daer­ah­nya. Nilai dan karak­ter­si­tik ini diter­jemahkan kedalam ben­tuk pro­duk kre­atif.  Sehing­ga per­lu adanya wawasan pengem­ban­gan ekono­mi kre­atif berba­sis kear­i­fan lokal.

Ekono­mi kre­atif berba­sis kear­i­fan lokal ialah ekono­mi yang dim­u­lai dari masyarakat, oleh,  dan untuk masyarakat itu sendiri. Ekono­mi yang ada dari mulai bahan baku, peker­ja, sam­pai man­faat­nya  dirasakan sendiri oleh masyarakat­nya.” tutur Aru­mi Bachsin Ket­ua Dewan Ker­a­ji­nan Nasion­al daer­ah (Dekranas­da) Kabu­pat­en Trenggalek.

Aru­mi menyam­paikan bah­wa pent­ing untuk menekankan tum­buh­nya jiwa wirausa­ha dalam Usa­ha Mikro Kecil Menen­gah (UMKM ) seba­gai pen­ingkatan ekono­mi. Aru­mi juga menam­bahkan, “Untuk mem­ban­tu ekono­mi desa, ekono­mi kabu­pat­en atau secara luas lagi ekono­mi Indone­sia, memang harus dari UMKM, memang harus dari selu­ruh pihak harus bergan­den­gan tan­gan mem­ban­gun diri mere­ka sendiri kare­na kita tidak harus terus menerus dijejali den­gan budaya konsumtif.”

Kreativ­i­tas pro­duk masyarakat UMKM dita­m­pung dalam Dekranas­da. Pro­duk terse­but dipasarkan secara online dibawah naun­gan Dekranas­da. Sebelum­nya, mere­ka men­da­p­atkan pelati­han sam­pai mam­pu mem­ban­gun UMKM sendiri. Dekranas­da hadir kare­na kepu­tu­san pada tang­gal 3 Maret 1980. Pada dasarnya dekranas­da  diben­tuk kare­na kekhawati­ran berku­rangnya pen­gra­jin atau pen­gusa­ha yang mem­pro­duk­si budaya lokal.

Poten­si indus­tri kre­atif dalam sek­tor ekono­mi kre­atif ke depan­nya akan tetap men­ja­di sebuah alter­natif  pent­ing  dalam  meningkatkan kon­tribusi dibidang ekono­mi dan bis­nis, meningkatkan kual­i­tas hidup masyarakat, media  komu­nikasi, menum­buhkan ino­vasi dan kreativ­i­tas, dan men­guatkan iden­ti­tas suatu daer­ah (city brand­ing). Selain itu Budaya harus men­ja­di basis pengembangannya.Dalam kebu­dayaan lokal ada yang dise­but den­gan kear­i­fan lokal yang men­ja­di nilai-nilai bermakna,antara lain, diter­jemahkan ke dalam ben­tuk fisik beru­pa pro­duk kre­atif daer­ah setem­pat. Ekono­mi kre­atif tidak bisa dil­i­hat dalam kon­teks ekono­mi saja, tetapi juga dimen­si budaya. Ide-ide  kre­atif yang muncul adalah pro­duk budaya. Karenanya,strategi kebu­dayaan san­gat menen­tukan arah perkem­ban­gan ekono­mi kre­atif.” tutur Sutopo Selaku Ket­ua Juru­san Tadris Ilmu Penge­tahuan Sosial.

Berdasarkan pen­da­p­at terse­but sehing­ga juru­san Tadris Ilmu Penge­tahuan Sosial men­datangkan Ket­ua Dekranas­da Treng­galek. Kegiatan ini juga seba­gai salah satu pen­guatan mataku­li­ah kewirausa­haan bagi maha­siswa IPS.

Ania

penyu­ka sas­tra, trav­el­ing, berkhay­al, pengge­mar puisi Aan Mansur (Tidak Ada New York Hari Ini).