HENTIKAN SEGALA UPAYA MEREDUKSI DEMOKRASI DAN UPAYA PENELUSURAN SEJARAH 65!

Indone­sia seba­gai negara demokrasi semakin diu­ji. Sis­tem demokrasi dipakai dalam pemilu, tapi tidak digu­nakan keti­ka war­ga negaranya berkumpul, berserikat dan berdiskusi. Sis­tem pemer­in­ta­han demokrasi yang men­jamin war­ganya berdemokrasi jus­tru tidak benar-benar ter­lak­sana. Berdasarkan data Badan Pusat Sta­tis­tik (BPS) mer­ilis Indeks Demokrasi Indone­sia pada 2016 menun­jukkan penu­runan sebe­sar 2,75 poin men­ja­di 70,09 poin. Ada lima aspek yang diteliti, per­ta­ma, aspek kebe­basan sip­il yang menu­run 3,85 poin dari tahun 2015 sebe­sar 80,30 men­ja­di 76,45 pada tahun 2016.

Ked­ua, aspek kebe­basan berkumpul men­gala­mi penu­runan 3,86 men­ja­di 82,79 pada 2016. Keti­ga, aspek lem­ba­ga demokrasi menu­run sebe­sar 4,82 poin dari 66,86 poin pada 2015 men­ja­di 62,05 pada 2016. Keem­pat, aspek hak-hak poli­tik men­gala­mi penu­runan sebe­sar 0,52 poin dari 70,63 pada tahun 2015 men­ja­di 70,11 pada 2016. Keli­ma, aspek kebe­basan dari diskrim­i­nasi turun 0,17 poin dari 87,60 opa­da tahun 2015 men­ja­di 8,43 pada 2016.

Yang terki­ni, pem­bubaran acara sem­i­nar ‘Pen­gungka­pan Kebe­naran Sejarah 1965/66’ yang diadakan oleh Yayasan Lem­ba­ga Ban­tu­an Hukum Indone­sia (YLBHI) dan Lem­ba­ga Ban­tu­an Hukum (LBH) Jakar­ta  pada Sab­tu (16/9/2017). Acara yang dimak­sud­kan untuk mengka­ji ulang kebe­naran sejarah kelam bangsa Indone­sia jus­tru dibubarkan oleh pihak Kepolisian. Pihak kepolisian yang beralasan pen­gadaan acara terse­but dilak­sakan tan­pa ada surat pem­ber­i­tahuan ter­lebih dahu­lu. Pada­hal pem­ber­i­tahuan kepa­da polisi untuk menyam­paikan pen­da­p­at di muka umum di dalam UU No 9 Tahun 1999 ser­ta Juk­lap Kapol­ri No. Pol/02/XII/94 ten­tang Per­iz­inan dan Pem­ber­i­tahuan Kegiatan Masyarakat tidak men­gatur kegiatan yang bersi­fat akademis.

Kare­na merasa kebe­basan berek­spre­si dan berserikat telah ter­ced­erai, YLBHI-LBH Jakar­ta men­gadakan acara den­gan tajuk “AsikAsikAk­si”. Agen­da acara diisi den­gan penampi­lan seni, aranse­men puisi dan lain-lain. Namun, pada pukul 18.00 mulai muncul mas­sa yang berkumpul di kan­tor YLBHI. Pada pukul 22.00 puluhan mas­sa meng­geruduk dan mengepung kan­tor LBH. Mas­sa menun­tut masuk dan mem­bubarkan acara. Mas­sa men­gi­ra acara terse­but berhubun­gan den­gan PKI.

Menu­rut Muham­mad Isnur, Ket­ua Bidang Advokasi YLBHI, aksi mas­sa terse­but muncul kare­na viral­nya hoax dari oknum ter­ten­tu bah­wa acara terse­but berhubun­gan den­gan PKI.  Hal itu ter­li­hat dari instruk­si-instruk­si untuk meny­erang LBH dilakukan secara sis­tem­a­tis dan melu­as den­gan dal­ih (diskusi) ini acara PKI, menyanyikan lagu Gen­jer-gen­jer dan lain-lain. Pada­hal sama sekali tidak.

Aksi peno­lakan ini sekali­gus men­ja­di buk­ti bah­wa pela­belan PKI, marx­is, ateis masih san­gat ampuh dalam memanc­ing kemara­han mas­sa. Bahkan, kegiatan sem­i­nar di kam­pus-kam­pus yang jelas-jelas men­da­p­at jam­i­nan UU Kebe­basan Akademik tidak luput dari pembubaran.

Kalau berdasarkan analo­gi seder­hana Dand­hy Lak­sono, di ten­gah empati masyarakat kita pada kek­erasan di Rohingya, bagaimana mungkin mene­r­i­akkan “bakar” dan “bunuh” secara bersamaan. Mere­ka menge­cam kek­erasan pada Rohingya, tapi mere­ka sendiri melakukan hal yang sama. Kalau begi­ni, apa bedanya kalian den­gan mereka?

Maka atas keja­di­an pem­bat­a­lan diskusi, blokade Kepolisian, Peny­eran­gan kan­tor YLBHI-LBH Jakar­ta, dan tin­dakan-tin­dakan lain yang mere­duk­si demokrasi, Kami meny­atakan sikap :

  1. Menag­ih jan­ji komit­men Pres­i­den Jokowi dalam Nawaci­ta untuk menun­taskan Trage­di 1965 dan men­jamin ser­ta melin­dun­gi upaya penelusuran sejarah 65.
  2. Mene­gakkan kem­bali demokrasi dan melin­dun­gi ser­ta men­jamin kebe­basan berek­spre­si, berserikat dan berkumpul.
  3. Mem­inta Kepala Kepolisian RI agar melakukan eval­u­asi dan sangsi ter­hadap jajaran di bawah­nya dalam men­jalankan kewa­jiban kon­sti­tusi guna melin­dun­gin dan memenuhi hak atas rasa aman, berkumpul, berserikat dan menyam­paikan pendapat.

Tulun­ga­gung, 18 Sep­tem­ber 2017

Hor­mat kami,

  1. LPM DIMeN­SI IAIN Tulungagung
  2. PPMI DK Tulungagung
  3. LPM Sket­sa STKIP Tulungagung
  4. LPM Inde­pen­den UNISKA Kediri
  5. LPM Al-Laun STIT Al-Mus­li­hun Blitar
  6. LPM Dedikasi STAIN Kediri

Narahubung : Arif (085 755 787 090)

Audi (085 646 687 790)