src: https://images.gr-assets.com/books/1417055734l/1446004.jpg

Judul : Aku Ini Binatang Jalang

Penulis : Chair­il Anwar

Pener­bit : PT Gra­me­dia Pus­ta­ka Utama

Tem­pat Ter­bit : Jakarta

Tahun Ter­bit : 1986 Cetakan ked­ua 2015

Tebal Buku : 131 halaman

Puisi per­ta­ma dalam buku “Aku Ini Binatang Jalang” Okto­ber 1942 berjudul Nisan. Puisi ini mengisahkan Chair­il Anwar keti­ka kema­t­ian merenggut nyawa sang nenek. Chair­il terte­gun meli­hat keny­ataan itu. Dalam larik per­ta­ma “Bukan kema­t­ian benar menusuk kalbu” menggam­barkan bah­wa kema­t­ian adalah sesu­atu yang pasti dihadapi oleh seti­ap yang hidup, datang dan mendekat kepa­da kita atau pada orang yang dekat den­gan kita. Chair­il menggam­barkan seku­jur sosok yang begi­tu ten­ang atau barangkali dap­at dikatakan tidak ber­daya. Semen­tara sang nasib, begi­tu din­gin tan­pa belas kasi­han, per­la­han-lahan menyerut umur sang pemilik.

Kema­t­ian mem­bu­at Chair­il meli­hat dua hal. Per­ta­ma, beta­pa tak ber­dayanya manu­sia meng­hadapi sang maut. Ked­ua, beta­pa angkuh­nya sang maut melak­sanakan tugas yang bek­er­ja tan­pa mau berkom­pro­mi. Sehing­ga Chair­il berka­ta ten­tangnya dalam bait “Tak kutahu set­ing­gi itu atas debu, dan duka maha tuan bertakhta”.

Sete­lah puisi p

Ania

penyu­ka sas­tra, trav­el­ing, berkhay­al, pengge­mar puisi Aan Mansur (Tidak Ada New York Hari Ini).