Judul buku : Melawat ke Timur, Menyusuri Semenanjung Raja-Raja
Pengarang : Kardono Setyorakhmadi
Tahun terbit :2015
Penerbit : Buku Mojok
Tempat terbit : Yogyakarta
Tebal buku :184 + xxvi halaman
Daerah Indonesia bagian timur yang terkenal dengan kekayaan alam. Ternyata juga terkenal dengan toleransi keberagaman. Hal tersebut bisa dilihat dari kerukunan yang tercipta antar manusia di daerah Indonesia bagian timur. Selain toleransi keberagaman juga tredapat kekayaan alam yang bisa dinikmati khalayak umum.
Seperti yang diceritakan Kardono Setyorakhmadi dalam buku ini. Ia melakukan perjalanan menyusuri pulau-pulau untuk melihat potensi kekayaan di daerah tersebut. Dan ia juga memaparkan bahwa di daerah tersebut masih menganut adat daerah yang dijunjung tinggi agar tidah musnah oleh era modern.
Pernah ada wacana bahwa daerah Indonesia bagian timur terkenal dengan agama non islam, ternyata setelah ditelusuri malah sebaliknya. Di daerah tersebut banyak orang yang memeluk agama Islam. Bangunan masjid di sana yang masih dibangun sangat klasik dan bermacam arsitekturnya. Hal tersebut semakin terlihat ketika ada bangunan masjid yang hampir mirip gereja dengan arsiterktur dan corak warna yang ramai dan terang.
Tidak hanya bentuk bangunan masjidnya saja, tetapi juga toleransi keberagamannya. Daerah Indonesia bagian timur sangat menjunjung tinggi tentang keberagaman. Meskipun berbeda keyakinan yang mereka anut tetapi hubungan kekeluargaan dalam suatu pedesaan masih kental. Mereka saling tolong menolong tanpa memandang status.
Pengadopsian ajaran islam yang masuk ke Indonesia bagian timur sedikit berbeda. Islam masuk ke daerah tersebut mengalami pelokalan. Jadi, terdapat beberapa tradisi sembahyang yang berbeda pada umumnya. Menurutnya bahwa adat dan agama selalu berjalan beriringan dan hal itu pantang untuk ditinggalkan. Adat mempengaruhi agama, begitupun agama mempengaruhi adat.
Daerah Indonesia bagian timur telah mendapat wacana bahwa intoleran terhadap agama. Berbeda dengan pandangan orang pada umumnya, Kardono melihat bahwa agama Islam dapat diterima dan berkembang pesat dengan baik. Serta, agama lain yang juga hidup dan tumbuh dengan baik walaupun berdampingan.
Pernah ada isu kerusuhan tentang toleransi keberagama yang terjadi sekitar tahun 1999 sampai 2002-an. Hal tersebut terjadi akibat hasutan orang luar daerah, tetapi alhasil bisa diselesaikan dengan interaksi sosial dan juga menekankan hukum adat dalam daerah tersebut.
Konflik antar kampung yang biasanya hanya disebabkan oleh hal yang sepele. Konflik internal yang tejadi seperti cerita dalam serial film yang tidak ada ujungnya. Hal ini kerap terjadi dan akibat yang dirasakan antar kampung tidak saling bertoleransi bahkan melewati daerah lawan sangat dilarang. Sehingga hanya masyarakat daerah itu sendiri dan masyarakat netral yang bisa melintasi daerah-daerah tersebut. Tetapi atas kesadaran diri dalam masyarakatlah yang membuat konflik tersebut cepat lerai dan padam.
Melihat kembali konflik agama yang terjadi di Ambon, Maluku. Pertikaian ini berdasarkan identitas agama yaitu Islam dan Kristen. Bukan hanya tentang masalah agama, tetapi ada faktor lainnya seperti kesenjangan ekonomi dan sosial. Awalnya pertikaian ini berasal dari konflik individu yang memuncak dan meluas sehingga menjadi konflik antar kelompok.
Pertikaian antar kelompok ini disebabkan oleh perselisihan para pemuda. Penyebab itu sepele yang kadang terjadi di manapun dan kapanpun. Namun, hal tersebut berubah menjadi lebih rumit dan menengangkan karena perseteruan yang tiada penyelesaian karena orang luar daerah.
Dalam buku Melawat ke Timur, menceritakan keragaman budaya lokal yang berkolaborasi dengan agama. Terlihatdalam adzan yang terdiri dari empat muadzin. Hal tersebut terlihat unik dan langka, karena mayoritas agama Islam di Indonesia hanya menggunakan satu muadzin. Hal ini merupakan salah satu bentuk agama yang mengadopsi budaya daerah. Kecirikhasan yang harus dilestarikan oleh pemuda-pemudi sekarang daerah tersebut, agar tradisi itu tidak tergerus oleh arus modernisasi.
Kardono juga menjelaskan berbagai tradisi yang sedikit nyentrik karena keberagaman yang tercipta oleh berbagai agama dalam suatu daerah. Salah satu tradisi yang masih tetap di gunakan dan dijunjung tinggi oleh kalangan orang Papua. Daerah tersebut mengenal suatu tradisi “Satu Tungku Tiga Batu”. Empat kata yang menjadi landasan kehidupan orang Fakfak lebih tepatnya, dalam kehidupan sehari-hari karena hidup dalam satu daerah yang terdiri dari tiga kepercayaan.
Bukan menjadi kendala untuk berinteraksi dengan lain agama. Di Fakfak sangat toleransi terhadap antar agama. Mereka saling bahu membahu, saling tolong menolong, dan saling kerjasama dalam kehidupannya. Sepatutnya hal tersebut harus tetap dijaga dan harus dilakukan agar tidak terjadi percekcokan antra agama. Karena Indonesia terkenal dengan keberagaman agama. Jika hal tersebut benar-benar dilakukan hasilnya akan berdampak pada masyarakat itu sendiri. []
-