Dimensipers.com — Forum Perem­puan Fil­safat (FPF) IAIN Tulun­ga­gung gelar pelati­han fem­in­is den­gan nama “Fem­i­nist Camp”. Pelati­han fem­in­is ini dilak­sanakan mulai tang­gal 9 sam­pai 11 Novem­ber 2018 di Desa Sen­dang Keca­matan Sen­dang Kabu­pat­en Tulun­ga­gung. Fem­i­nist Camp ini tidak hanya diiku­ti oleh peser­ta dari inter­nal IAIN Tulun­ga­gung, melainkan dari berba­gai kam­pus di luar kota, seper­ti dari Kediri, Ponoro­go, Surabaya, Lam­on­gan, bahkan dari Surakarta.

Pelati­han yang dim­u­lai pada Jumat malam (9/11), diawali den­gan pemu­taran film “North Coun­try” di mana film ini mengisahkan seo­rang perem­puan yang men­gala­mi ‘opre­si’ dalam hidup­nya. Kemu­di­an dilan­jutkan den­gan materi perkem­ban­gan ali­ran fem­i­nisme. Mulai dari fem­i­nisme lib­er­al, radikal, marx­is-sosialis, psikoanal­isa, eksis­ten­sialis, sam­pai pada post-fem­in­is dan juga materi riset berper­spek­tif fem­in­is. Keselu­ruhan materi sele­sai pada Ming­gu sore (11/10).

Pema­teri yang dihadirkan dalam pelati­han ini lang­sung dari pen­gu­rus har­i­an FPF sendiri. Mulai dari Dierek­tur, Wak­il Direk­tur, dan Koor­di­na­tor Bidang.

Khusus materi post-fem­in­is dan riset berper­spek­tif fem­in­is dihen­del lang­sung oleh penasi­hat FPF, Akhol Fir­daus. Yang juga meru­pakan Dosen fil­safat dan Direk­tur Insti­tute for Javanese Islam Research (IJIR) IAIN Tulungagung.

Peser­ta antu­sias dalam mener­i­ma keselu­ruhan materi, teruta­ma peser­ta dari luar IAIN Tulungagung.

Mere­ka rela datang untuk mengiku­ti pelati­han ini kare­na pelati­han semacam ini belum ada di daer­ah mere­ka. Seper­ti yang dipa­parkan Nugy, peser­ta dari Uni­ver­si­tas Air­lang­ga Surabaya, “Ya saya ter­tarik aja mbak ten­tang fem­in­is soal­nya baru bela­jar. Dan adanya di sini, di sana gak ada pelati­han-pelati­han semacam ini,” paparnya.

Hal seru­pa juga dis­am­paikan Suk­ma yang meru­pakan peser­ta dari Uni­ver­si­tas Muham­madiyah Surakar­ta, “Saya seba­gai maha­siswa dari Surakar­ta datang jauh-jauh sam­pai ke Tulun­ga­gung untuk bela­jar apa yang belum saya ketahui dan belum kami pela­jari di sana,” ujarnya.

Sebe­narnya Fem­i­nist Camp ini meru­pakan agen­da tahu­nan yang diadakan oleh FPF. Yang mana ini sudah kali keti­ga dilak­sanakan. Mes­ki sebelum­nya dina­mai den­gan “Seko­lah Fem­in­is” dan pelak­sanaan­nya di dalam kam­pus. “Untuk per­ta­makalinya seko­lah fem­in­is atau fem­in­is camp ini kita adakan di luar kam­pus kare­na sebelum­nya kita tidak meng­gu­nakan sis­tem camp atau bermalam seper­ti ini. Kita hanya meng­gu­nakan sis­tem seper­ti seko­lah biasa, kita masuk seti­ap malam jumat kalo dulu, sam­pai dela­pan kali perte­muan,” ujar rah­ma selaku ket­ua pelak­sana dalam Fem­i­nist Camp ini.

Sete­lah mengiku­ti Fem­i­nist Camp ini dihara­p­kan peser­ta dap­at mema­ha­mi teori-teori fem­i­nisme hing­ga nan­ti­nya dap­at melakukan riset berper­spekitf fem­in­is. Dikare­nakan masih min­im­nya kajian ten­tang fem­i­nisme di daer­ah Tulun­ga­gung maupun Jawa Timur. “Supaya kita men­da­p­atkan penge­tahuan baru dan ilmu baru untuk menam­bah khasanah kajian temen-teman uta­manya di IAIN Tulun­ga­gung. Kare­na di IAIN Tulun­ga­gung dan di Jawa Timur ini kajian ten­tang fem­i­nisme ini masih san­gat kurang,” papar Rahma.

Rah­ma juga menam­bahkan Ren­cana Tin­dak Lan­jut (RTL) terkait kegiatan ini yaitu beru­pa diskusi rutin dan pem­bu­atan karya tulis untuk dijadikan jur­nal. “Untuk teman-teman yang dari luar kam­pus IAIN Tulun­ga­gung, RTL­nya den­gan mem­bu­at diskusi di wilayah mas­ing-mas­ing dan mem­bu­at tulisan dalam ben­tuk jur­nal. Sedan­gkan teman-taman dari IAIN Tulun­ga­gung, kita dari FPF ada RTL yang beru­pa diskusi-diskusi kecil yang akan difasil­i­tasi oleh teman-teman FPF dan out­put­nya itu tetap ada tulisan,” tam­bah­nya.[]