Dimensipers.com – Him­punan Maha­siswa Juru­san (HMJ) Psikolo­gi Islam men­gadakan Sem­i­nar Nasion­al, den­gan tema “Aga­ma itu Ilusi?, Pen­ganut Aga­ma Dalam Per­spek­tif Psikoanal­isa”. Acara dis­e­leng­garakan pada Selasa, 23 April 2019, di Audi­to­ri­um lan­tai 6 gedung KH. Arief Mutaqiem. Dihadiri para maha­siswa Psikolo­gi Islam (wajib), dan berba­gai kalan­gan masyarakat, ser­ta tamu undan­gan. Pema­teri pada acara ini adalah Fakhrun Siroj, PSA, NCP­sy A, FISAP, selaku pendiri dan ket­ua Asosi­asi Psikoanal­i­sis Indone­sia (API), dan Lilik Rofiqoh, S. Hum., MA, selaku Sekre­taris Juru­san (Sekjur) Bimbin­gan Kon­sel­ing Islam (BKI) IAIN Tulun­ga­gung. Ser­ta dimod­er­a­tori oleh Vir­go N. Seti­awan (psy­choclok).

Menu­rut ket­ua pelak­sana, Cici Hami­da, acara ini bertu­juan untuk mem­bu­ka pan­dan­gan maha­siswa Psikolo­gi Islam. Supaya mere­ka tidak berhen­ti di ketaku­tan­nya, kare­na dalam psikolo­gi ada yang berten­tan­gan
den­gan aga­ma, tetapi mere­ka bisa meng-explor lebih dari itu. “Dihara­p­kan dari sem­i­nar ini, teman-teman PI (Psikolo­gi Islam ;red), lebih mem­bu­ka wawasan­nya dan tidak stag pada ketaku­tanya itu.
Tegasnya.

Sem­i­nar terse­but diawali den­gan penampi­lan-penampi­lan dari maha­siswa PI IAIN Tulun­ga­gung. Kemu­di­an dilan­jut den­gan pen­ge­nalan materi oleh M. Rizal­di Akbar. Sete­lah itu, Sambu­tan dari Ket­ua Pelak­sana Acara, dilan­jut den­gan Sambu­tan ser­ta pem­bukaan acara oleh Ket­ua Juru­an (Kajur), Hj. Uswah War­diana, M.Si.

Menu­rut pan­dan­gan Psikoanal­isa yang dis­am­paikan Fakhrudin, seti­ap manu­sia menun­jukan gejala-gejala gang­guan jiwa menu­rut pan­dan­gan Psikoanal­i­sis. “Seti­ap manu­sia menun­jukan gejala-gejala gang­guan jiwa, kalau tidak per­caya silahkan beli buku PPDGJ (Pedo­man Peng­go­lon­gan dan Diag­no­sis Gang­guan Jiwa :red), silahkan cocokan den­gan diri anda.” Kata Fakhrun. 

Menu­rut Freud, orang yang beraga­ma men­gala­mi gang­guan keji­waan, kare­na orang beraga­ma men­cari kesem­buhan atas ketaku­tan yang mere­ka ala­mi. Tetapi, jika alasan seso­rang beraga­ma untuk mem­ban­gun hubun­gan yang baik den­gan Tuhan. Maka orang yang beraga­ma seper­ti ini, tidak men­gala­mi neorosa (keti­dak­se­im­ban­gan men­tal). Sehing­ga orang ini tidak hidup dalam khayalan.

Sedan­gkan menu­rut Lilik, dari pan­dan­gan psikolo­gi aga­ma. Aga­ma bukan ilusi, kare­na poten­si untuk beraga­ma ada dalam diri manu­sia sejak dilahirkan. Tetapi menu­rut­nya, harus ada lingkun­gan yang
bisa mengem­bangkan poten­si terse­but, supaya manu­sia men­ge­nali Tuhan. Bukan tetapi manu­sia pasti beragama.

”Aga­ma bukan ilusi, aga­ma itu adalah naluri, yang sudah muncul sejak sese­o­rang itu dilahirkan ke dunia.” Ungkap Lilik. Sum­ber aga­ma sendiri itu ada yang men­gatakan hanya satu, ada juga yang men­gatakan banyak. Dalam per­spek­tif psikoanal­isa maupun psikolo­gi aga­ma pun berbeda.

Salah satu peser­ta, Asri dari Tadris Biolo­gi semes­ter 6. Menu­rut­nya, acara ini san­gat menarik. “Bin­gung, tetapi sen­gat menarik dan san­gat menye­nangkan.” Ujarnya. Dia sedik­it bin­gung, kare­na fokus keil­muan yang dia pela­jari berbe­da. (Zhin,Yun)