Dimensipers.com- Tulun­ga­gung, Kan­tor Dewan Per­wak­i­lan Raky­at Daer­ah (DPRD) Tulun­ga­gung hari itu (26/09) nam­pak berbe­da dari hari biasanya. Sejak pukul 07.00 WIB, puluhan aparat kepolisian telah bersi­gap menga­mankan di seke­lil­ing kan­tor terse­but. Mulai dari pin­tu masuk sam­pai sek­i­taran alun-alun yang bera­da tepat di depan gedung DPRD. Mobil Pemadam Kebakaran (Damkar) juga telah disi­ap­kan di hala­man gedung.

Polisi mengim­bau kepa­da masyarakat yang lewat di depan gedung DPRD dan alun-alun agar untuk semen­tara menun­da selu­ruh aktiv­i­tas di sek­i­tar tem­pat terse­but. Sebab jalan akan ditut­up hing­ga men­je­lang wak­tu Zuhur. Penga­manan ketat ini dilakukan pihak kepolisian dan Sat­pol PP guna menyam­but Alian­si Maha­siswa Tulun­ga­gung yang akan mengge­lar aksi dan menyam­paikan tun­tu­tan mere­ka kepa­da DPRD.

Men­je­lang pukul 09.00 WIB jalan ditut­up. Polisi semakin mem­per­ke­tat penga­manan den­gan memasang kawat berduri di depan pagar gedung DPRD. Pasukan yang dik­er­ahkan pun kian bertam­bah. Bahkan satu mobil pasukan dari Kodim juga diter­junkan menu­ju lokasi.

Tepat pukul 09.10 WIB, dari arah sela­tan datang mobil patroli polisi diiku­ti mobil pick up dan iring-iringan peser­ta aksi di belakangkanya. Sam­bil menyanyikan lagu, mere­ka yang men­gatas­na­makan Alian­si Maha­siswa Tulun­ga­gung men­ge­nakan alma­mater mas­ing-mas­ing. Mere­ka mem­bawa span­duk ser­ta tulisan-tulisan yang berisi gugatan dan sindi­ran ter­hadap DPR ataupun pemer­in­tah. Ter­da­p­at dua span­duk ter­de­pan berwar­na putih dan hitam yang mas­ing-mas­ing bertuliskan “Alian­si Maha­siswa Tulun­ga­gung: RUU Maju Indone­sia Lucu” dan “ Jan­gan Sam­pai Raky­at Merasa Dizoli­mi: Raky­at Pun­ya Kekuasaan di Negeri Ini”.

Unjuk rasa maha­siswa di depan Kan­tor DPRD Tulun­ga­gung, Kamis, (26/09/2019).

Mobil pick up yang mem­bawa seperangkat alat pengeras suara dan beber­a­pa koor­di­na­tor lapan­gan (kor­lap). Aksi berhen­ti tepat di depan gedung DPRD. Peser­ta aksi ikut berhen­ti dan mem­po­sisikan diri meng­hadap gedung. Jum­lah­nya yang men­ca­pai 1084 orang mam­pu memenuhi jalan satu arah di depan gedung terse­but. Pada aksi di Tulun­ga­gung ini, peser­ta mem­bawa keran­da may­at buatan dan salah satu dari mere­ka berhias menyeru­pai pocong.

Sete­lah selu­ruh peser­ta aksi mer­a­p­at, salah seo­rang kor­lap lang­sung berorasi di atas mobil pick up, dis­usul kor­lap-kor­lap lain secara bergant­ian. Seti­ap lem­ba­ga diwak­ili oleh satu orang kor­lap. Pada orasi-orasi terse­but, mere­ka menun­tut agar anggota dewan men­cabut pasal-pasal Ran­can­gan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana dan Ran­can­gan Undang-Undang yang kon­tro­ver­sial dan merugikan raky­at, ser­ta menun­tut pen­gaka­jian ulang UU KPK.

Selang 40 menit pas­ca­datangnya peser­ta aksi, Mar­sono selaku calon ket­ua DPRD Tulun­ga­gung. Ia didampin­gi beber­a­pa anggota DPRD lain. Mere­ka kelu­ar dari gedung guna menden­garkan aspi­rasi dan men­e­mui peser­ta aksi.

Meli­hat kedatan­gan anggota dewan, orasi peser­ta kian mem­bara di siang yang terik itu. Rangka­ian orasi ditut­up den­gan pem­ba­caan surat tun­tu­tan dari peser­ta. Tun­tu­tan terse­but memu­at dela­pan poin, yang mana poin ter­akhir meru­pakan kasus dalam lingkup lokal Tulun­ga­gung. Yaitu tun­tu­tan agar Kapol­res baru Tulun­ga­gung menin­dak kasus pem­bal­akan kayu sono­kel­ing ile­gal yang ter­ja­di bulan April lalu.

Awalud­din Muar­ri­fat­ul­lah, selaku per­wak­i­lan peser­ta yang mem­ba­cakan tun­tu­tan, meny­atakan bah­wa sajauh ini pihak yang berwa­jib belum men­gusut tun­tas pelaku pem­bal­akan ile­gal terse­but. Menu­rut­nya penan­ganan kasus ini pent­ing, sebab berkai­tan den­gan keas­ri­an dan kehi­jauan hutan di Tulungagung. 

Soal­nya kalau sono­kel­ing itu untuk meningkatkan ekolo­gi (eko­sis­tem; Red) di Tulun­ga­gung. Sedan­gkan keti­ka sono­kel­ing itu dite­bang dan tidak dite­mukan pelakun­ya, yang saya takutkan itu akan men­ja­di stim­u­lus kepa­da orang-orang yang tidak bertang­gung­jawab dan mem­o­tong-motong (menebang; Red) lagi sono­kel­ing-seno­kel­ing itu.” Tam­bah­nya.

Menyikapi tun­tu­tan terse­but, Eva Guna Pan­dia, selaku Kapol­res Tulun­ga­gung yang baru dilan­tik 23 Sep­tem­ber lalu meny­atakan akan segera menin­dak­lan­ju­ti kasus terse­but. “Akan segera ditin­dak lan­ju­ti, akan segera saya pela­jari. Kare­na kan memang saya tiga hari ini belum per­nah menge­cek perkara-perkara apa saja yang (per­lu; Red) ditan­gani.


Orasi Calon Ket­ua DPRD Tulun­gaung menang­gapi aspi­rasi maha­siswa.

 

Usai pem­ba­caan tun­tu­tan, sesuai per­mintaan peser­ta aksi, Mar­sono mewak­ili DPRD Tulun­ga­gung naik ke atas pick up untuk melakukan orasi pula. Orasinya ditut­up den­gan penawaran medi­asi kepa­da beber­a­pa per­wak­i­lan peser­ta. “Jadi sete­lah ini yang nota kesep­a­katan (surat tun­tu­tan; Red) tadi kita ajak duduk bersama di ruang aspi­rasi. barangkali ada sepu­luh atau beber­a­pa teman yang mewak­ili.” Ujarnya.

Namun, pihak peser­ta meno­lak penawaran medi­asi. Mere­ka menginginkan per­wak­i­lan DPRD menan­datan­gani surat tun­tu­tan di atas pick up pada wak­tu itu juga. Alhasil, sete­lah diba­ca kem­bali dan atas kesep­a­katan den­gan anggota DPRD yang lain, tepat pukul 10.43 WIB, Mar­sono menan­datan­gani surat tun­tu­tan. Sem­bi­lan per­wak­i­lan peser­ta juga turut menan­datan­ganinya. Surat tun­tu­tan terse­but akan dika­ji dan selan­jut­nya dia­jukan seba­gai per­tim­ban­gan kepa­da DPR RI.


Surat Tun­tu­tan Alian­si Maha­siswa Tulun­ga­gung yang telah ditan­datan­gai.

Kare­na tun­tu­tan peser­ta aksi telah diter­i­ma oleh DPRD, mere­ka pun mau mem­bubarkan diri. Namun, jika dalam beber­a­pa wak­tu ke depan tun­tu­tan mere­ka tidak kun­jung dipenuhi, mere­ka akan kem­bali melakukan aksi den­gan men­datangkan mas­sa yang lebih banyak. Pukul 11.14 WIB peser­ta mulai beran­jak mening­galkan gedung DPRD diirin­gi den­gan menyanyikan lagu Indone­sia Raya.

Saat dite­mui media pas­capenan­datan­ganan surat tun­tu­tan, Mar­sono mere­spon posi­tif terkait aksi yang diadakan alian­si maha­siswa ini. “ Jadi kalau kita ada aspi­rasi yang muncul dari bawah tetap kita ako­modir. Jadi tetap mengede­pankan pro­tokol­er, atu­ran dan seterus­nya. Sela­ma mere­ka kon­dusif, mere­ka bagian dari kelu­ar­ga kita. Tidak ada yg dikhwatirkan.

Mar­sono juga mengin­gatkan agar maha­siswa tidak ter­fokus ter­hadap isu nasion­al saja. Melainkan lebih meny­oroti isu lokal yang ada di sek­i­tar wilayah tem­pat ting­gal mas­ing-mas­ing. “Saya gak menyalahkan ini, tapi saya hanya menam­bahi. Tugase sam­pean sek onok eneh, sing luweh kru­sial dan spe­sial (Tugas Anda masih ada lagi, yang lebih kru­sial dan spe­sial; Red) di wilayah Anda sendiri. Gak papa, tapi ada tugas-tugas yang dekat dan Anda nan­ti bisa menyen­tuh ke wilayah saudara.” Imbuh­nya.

Terkait tin­dak lan­jut, anggota DPRD Tulun­ga­gung akan mem­ba­has­nya sesuai prose­dur yang berlaku. “ Ya kare­na dewan ini wadah­nya aspi­rasi … Sete­lah aspi­rasi yang kita sep­a­kati masuk, kita rap­atkan bersama. Terus kita melakukan atu­ran-atu­ran yang ada di dalam. Kare­na kita pem­bu­at undang-undang, pem­bu­at atu­ran, kita gak boleh melang­gar atu­ran itu sendiri.” Pangkas Mar­sono. [Nif, Ar, Pril]