Judul buku      : Selec­tions from The Prin­ci­ples of Phi­los­o­phy (Prin­sip-Prin­sip Fil­safat)
Penulis             : Rene Descartes
Pen­er­jemah     : Supriyan­to Abdul­lah
Tahun ter­bit    : 2018
Pener­bit           : Mil­lenial Read­ers
Kota ter­bit       : Yogyakar­ta
Hala­man          : xxvi­ii + 112 hala­man
ISBN               : 978–602-5689–11‑6

Prin­sip-prin­sip fil­safat adalah buku karya fil­suf mod­ern, Rene Descartes. Buku ini meru­pakan sin­te­sis dari semua teori dalam fisi­ka dan fil­safat­nya. Oleh kare­na itu, pen­jabaran dalam buku ini juga san­gat kom­pleks, apala­gi ten­tang wacana-wacana pil­i­han per­i­hal prin­sip-prin­sip filsafat.

Namun, untuk mudah­nya dalam mem­pela­jari, buku ini terba­gi men­ja­di empat bagian, yaitu ten­tang prin­sip-prin­sip penge­tahuan manu­sia, prin­sip-prin­sip ben­da-ben­da mate­r­i­al, dunia yang dap­at dil­i­hat, dan ten­tang bumi.

Bagian per­ta­ma, Descartes menuliskan bah­wa prin­sip-prin­sip penge­tahuan manu­sia yang per­ta­ma adalah mer­agukan segala hal. Den­gan prin­sip ini, manu­sia akan men­e­mukan kebe­naran. Meskipun nan­ti­nya Descartes menge­mukakan bah­wa letak kebe­naran mut­lak tetap pada Tuhan.

Selain itu, dalam penge­tahuan rasi­o­lah yang memegang kendali. Penulis men­je­laskan bah­wa indra manu­sia itu terkadang menipu. Hanya den­gan rasi­o­lah ter­da­p­at ide-ide ten­tang banyak hal dan di sanalah letak kelu­asan pengetahuan.

Selain penge­tahuan, den­gan rasio pula manu­sia dap­at men­e­mukan Tuhan. Dari awal, penulis memang telah men­ga­gungkan Tuhan seba­gai pemegang kebe­naran mut­lak. Hal ini dikatakan oleh Descartes kare­na memang kebe­naran ten­tang eksis­ten­si Tuhan itu memang benar. Kare­na dalam rasio tidak ada ide lain yang dap­at mer­agukan atau membandingkan-Nya.

Tuhan adalah penye­bab dari segala sesu­atu ˗˗ kita harus lebih cen­derung kepa­da otori­tas Tuhan dari­pa­da persep­si kita sendiri.” (Descartes, 2018: 62–67)

Pada bagian ini ditut­up den­gan berba­gai hal yang meru­pakan penye­bab uta­ma kesala­han. Penulis menye­butkan bah­wa kesala­han uta­ma dalam men­da­p­atkan penge­tahuan adalah prasang­ka, sulit melu­pakan prasang­ka, cen­derung meni­lai sesu­atu dari opi­ni orang lain dan bukan pada ide murni, dan ter­pak­sa mem­be­narkan sesu­atu yang tidak jelas-jelas dike­tahui. Seba­gai penut­up bagian per­ta­ma, Descartes meny­er­ahkan segalanya kepa­da Tuhan.

Bagian ked­ua berisi ten­tang ben­da atau mate­r­i­al, yang menu­rut Descartes adalah sub­stan­si yang men­gala­mi eksten­si (per­lu­asan atau peruba­han). Ten­tun­ya jika mem­ba­has ten­tang mate­r­i­al, tidak akan per­nah lep­as kai­tan­nya den­gan indra, ger­ak, dan tem­pat ser­ta ruang.

Pada bagian awal, penulis telah men­can­tumkan bah­wa apa yang ditangkap oleh indra kadang menipu. Namun, untuk menge­tahui mate­r­i­al, per­an indra dibu­tuhkan. Tetapi, segala kepu­tu­san tetap dis­er­ahkan kepa­da rasio.

Indralah yang dap­at menge­tahui mate­r­i­al itu berg­er­ak. Ger­ak yang dimak­sud­kan adalah per­pin­da­han mate­r­i­al pada satu tem­pat ke tem­pat atau ruang lain. Namun, Descartes men­je­laskan bah­wa tem­pat dan ruang itu berbe­da. Yang mana mate­r­i­al memang dile­takkan pada “tem­pat”, namun ada juga mate­r­i­al yang mengisi “ruang”.

Bagian keti­ga, Descartes tidak ter­lalu detail men­jabarkan ten­tang dunia yang dap­at dil­i­hat. Baginya, cukup den­gan rasio manu­sia dap­at men­e­mukan kebe­naran mate­r­i­al ter­ma­suk bumi. Selain itu, semua hal akan tetap bera­da dalam kuasa Tuhan. Kare­na rasio manu­sia untuk mema­ha­mi segala mate­r­i­al dalam bumi apala­gi semes­ta, tidak akan per­nah mungkin sepenuh­nya benar. Seandainya manu­sia selalu benar mema­ha­mi cip­taan-Nya, pasti ia mam­pu mem­bu­at semes­tanya sendiri, namun keny­ataanya nihil. Manu­sia tidak akan per­nah mam­pu untuk itu.

Bagian ter­akhir adalah ten­tang bumi. Di sini Descartes telah menaf­sirkan bah­wa tidak ada sesu­atu dalam bumi untuk diba­has kecuali ben­tuk dan ger­akan. Namun, adanya indra telah meng­hadirkan banyak hal untuk diperbincangkan.

Indra memi­li­ki lima tugas dalam seti­ap tin­dakan­nya. Penulis men­je­laskan secara pan­jang lebar ten­tang seti­ap tugas indra mulai dari meli­hat, menge­cap, men­ci­um, menyen­tuh, sam­pai menden­gar. Namun, tetap saja untuk menge­tahui isi dalam bumi hanya rasi­o­lah yang mam­pu. Sedan­gkan indra hanya tahu sebatas kover bumi.

Agar saya tidak bera­sum­si ter­lalu jauh, saya tidak mene­gaskan apa-apa. Tetapi meny­er­ahkan semua pen­da­p­at saya kepa­da otori­tas gere­ja dan peni­la­ian dari orang-orang yang lebih bijak.” (Descartes, 2018: 111) 

Itu adalah dere­tan kali­mat penut­up yang men­gakhiri isi buku. Descartes, fil­suf yang digadang-gadang telah mem­bukakan pin­tu untuk abad mod­ern, nyatanya tetap mengami­ni otori­tas gere­ja juga. Ia tidak bisa lep­as dari otori­tas­nya. Namun, seti­daknya den­gan tulisan­nya ini kita dap­at menge­tahui bah­wa mana yang seharus­nya dap­at dira­sion­alkan dan mana yang memang men­ja­di keter­batasan rasio. 

Penulis: Mif­takul Ulum Amaliyah
Redak­tur: Rifqi I. F.