Judul buku      : Ringkasan Sejarah Marx­isme dan Komunisme

Pen­garang       : Prof. Dr. Franz Mag­nis Suseno S. J.

Pener­bit           : Seko­lah Ting­gi Fil­safat Dirakarya 

Tahun ter­bit    : 1977

Tebal hala­man: 188 halaman

Buku ini begi­tu spe­sial di antara buku-buku ten­tang Marx, pemiki­ran-pemiki­ran­nya, maupun sejarah kon­ste­lasi poli­tik kiri. Ten­tu den­gan piki­ran Marx seba­gai kerang­ka uta­manya spe­sial kare­na buku terse­but seharus­nya hanya dap­at diak­ses oleh segelin­tir orang saja dan dita­m­bah  buku terse­but tidak dijual bebas di toko-toko buku Indone­sia. Dit­ulis oleh seo­rang fil­suf Indone­sia berdarah Jer­man, Romo Mag­nis Suseno dan ditu­jukan seba­gai keper­lu­an pem­bekalan maha­siswa Seko­lah Ting­gi Fil­safat Dirakarya.

Buku yang sudah cukup tua den­gan ter­tahun 1977 dekade ter­akhir, abad 20, men­jadikan buku ini cukup sulit dipa­ha­mi, ter­lebih ten­tang peng­gu­naan tata bahasa Indone­sianya. Namun, den­gan kesuli­tan terse­but pem­ba­ca dibawa untuk men­gu­lan­gi lem­bar demi lem­bar, irisan demi irisan pemiki­ran Karl Marx dan sejarah pan­jang poli­tik kiri dari abad 19 sam­pai abad ke 20. 

Seba­gai buku pegan­gan dik­lat maha­siswa, buku terse­but cukup ringan untuk dimenger­ti dalam mem­bicarakan diskur­sus dari pemiki­ran Karl Marx. Buku yang hala­man­nya hanya 188 hala­man terse­but, den­gan gam­blang mem­bicarakan Marx dan komu­nisme. Pada bagian per­ta­ma penulis mema­parkan terkait Marx mulai dari pan­dan­gan fil­safat, keterasin­gan manu­sia, hing­ga kri­tiknya ter­hadap kapitalisme. 

Bagian ked­ua mem­bicarakan pen­ing­galan-pen­ing­galan Marx, ter­tulis “dari Engels sam­pai Mao Tse-Tung” seba­gai judul sub­bab dalam buku terse­but. Hing­ga kemu­di­an men­gala­mi rekon­struk­si maupun kri­tik-kri­tik yang lebih baru oleh para neo-Marx­isme, den­gan beber­a­pa tokoh di dalam­nya mulai dari seo­rang Hun­garia berna­ma Georg Lukacs, Ernst Bloch sam­pai lahirnya teori kri­tis yang dilan­car­kan oleh tokoh-tokoh Seko­lah Frank­furt, atau yang lebih akrab dike­nal Mazhab Frank­frut. Sam­pai pun­caknya pada bagian keem­pat Romo Mag­nis menuliskan ten­tang komu­nisme seba­gai keku­atan dunia. 

Sebelum mema­su­ki inti dari pem­ba­hasan buku, penulis menuliskan beber­a­pa hal di awal  seba­gai pen­dahu­lu­an, seper­ti mak­sud tulisan, ura­ian-ura­ian dan beber­a­pa pengert­ian. Seper­ti yang telah dimak­sud­kan penyusunan buku terse­but, menulis dan menyusun buku ini untuk kepentin­gan stu­di, yang meliputi berba­gai pemisa­han seti­ap bidang kajian disi­plin keil­muan den­gan men­em­patkan gagasan-gagasan terse­but secara terpisah. 

Pem­be­daan itu antara lain Marx­olo­gi yang menye­lidi­ki ajaran Karl Marx sendiri, Marx­isme yang menye­lidi­ki ajaran-ajaran ger­akan-ger­akan yang menyan­dark­an diri pada gagasan Karl Marx, Soviotolo­gi yang menye­lidi­ki teori prak­sis Uni Sovi­et hing­ga saat ini, dan Sinolo­gi yang mem­pela­jari ten­tang Negara Cina. Ser­ta melakukan pem­ba­gian ura­ian-ura­ian lain pun juga dilakukan, semi­sal pada pemiki­ran Karl Marx sendiri seba­gai pem­beri ilham, per­an Engels, Lenin, Mao-Tse Tung hing­ga ura­ian pen­dek ten­tang para neo-Marxisme.

Bagian per­ta­ma: pada bagian per­ta­ma pem­ba­hasan berku­tat pada sosok Karl Marx mulai dari sejarah hidup­nya, pemiki­ran-pemiki­ran­nya ser­ta kon­tribusinya di dunia fil­safat. Berbicara Marx berar­ti kita akan sekali­gus mem­bicarakan dua tokoh fil­suf besar yang mem­pen­garuhi Marx: Georg Wil­helm Friedrich Hegel (1770–1831) dan Lud­wig Feuer­bach (1804–1872).

Dari ked­ua fil­suf ini­lah kemu­di­an Marx meru­muskan fil­safat­nya, dari dialek­ti­ka Hegel ini­lah Marx men­co­ba meru­muskan prin­sip-prin­sip terse­but kepa­da sejarah. Menu­rut Marx, seti­ap peri­ode diiku­ti oleh dialek­tikanya mas­ing-mas­ing, suatu con­toh manu­sia pur­ba menu­rut Marx adalah (tesis) kemu­di­an digan­tikan oleh masyarakat kelas (antite­sis) hing­ga kemu­di­an lahirlah masyarakat tan­pa kelas atau komu­nisme seba­gai (sin­te­sis).

Ter­hadap kap­i­tal­isme Marx meli­hat­nya juga demikian, menu­rut­nya dalam sis­tem kap­i­tal­is alat-alat pro­duk­si (tesis), para pro­le­te­ri­at (antite­sis), kemu­di­an berlawananan­lah ked­u­anya hing­ga ter­lahir sebuah rev­o­lusi yang melahirkan masyarakat tan­pa kelas (sin­te­sis). Marx meng­gu­nakan isti­lah rev­o­lusi dan bukan refor­masi kare­na perin­sip kema­juan dielek­ti­ka. Sejarah ber­jalan secara dialek­ti­ka adalah suatu yang baru hanya bisa muncul dari suatu per­ten­tan­gan melalui suatu yang negatif. 

Selain itu tinggalan Hegel lain­nya yang oleh Marx dijadikan san­daran adalah bah­wa dalam sesu­atu yang keli­hatan seba­gai real­i­tas ber­jalan­lah roh alam semes­ta atau Allah dalam pan­dan­gan kita. Namun, oleh Marx pan­dan­gan terse­but diin­ter­pre­tasikan seba­gai ger­ak manu­sia, di mana manu­sia akan mere­al­isas­ikan dirinya sendiri. Ben­tuk-ben­tuk real­isasi manu­sia ini­lah yang oleh Marx kemu­di­an dijadikan lan­dasan fil­safat ten­tang manu­sia dalam mere­al­isas­ikan diri dalam sejarah, namun kemu­di­an Marx juga mengkri­tik bah­wa Hegel mem­be­narkan kebe­naran moral atas repre­si-repre­si yang dilakukan oleh Ker­a­jaan Prusia.

Selan­jut­nya pem­ba­hasan mem­bawa perke­nalan Marx den­gan fil­suf Feuer­bach. Kri­tik Feuer­bach yang pal­ing besar adalah kri­tik ter­hadap aga­ma. Menu­rut­nya, aga­ma adalah hanya sebatas angan-angan manu­sia yang tidak memi­li­ki real­i­tas, sedan­gkan Allah, sur­ga, dan ner­a­ka hanyalah gam­baran-gam­baran yang diben­tuk atas proyek­si-proyek­si manu­sia ke dalam berba­gai hal. Namun, Marx tidak berhen­ti di situ Marx men­co­ba men­jawab per­tanyaan yang tidak dia­jukan jawa­ban­nya oleh Feuer­bach, yakni bagaimana bisa manu­sia men­gas­ingkan diri pada agama. 

Jawa­ban Marx atas per­tanyaan di atas ialah manu­sia tidak memi­li­ki kesem­patan mere­al­isakan dirinya sendiri den­gan tata susun masyarakat yang tidak manu­si­awi, den­gan itu Marx men­dasarkan kri­tik sur­ga men­ja­di kri­tik dunia, kri­tik aga­ma men­ja­di kri­tik hukum, kri­tik teolo­gi men­ja­di kri­tik politik.

Dalam mere­al­isas­ikan diri ini­lah Marx mem­ba­has ten­tang manu­sia dan keterasin­gan­nya den­gan men­ga­jukan fil­safat peker­jaan. Menu­rut Marx, peker­jaan ser­ing sekali luput dalam pan­dan­gan para fil­suf di mana dalam peker­jaan manu­sia sedang mere­al­isas­ikan dirinya seba­gai sebuah hakekat. 

Manu­sia adalah mahluk social, Marx meno­lak indi­vid­u­al­isme dan kolek­tiv­i­tas. Indi­vid­u­al­isme dito­lak kare­na keliru manu­sia melalui bahasa dan peker­jaan meru­pakan bagian dari sebuah masyarakat dan ten­tu gagal tan­pa itu. Sama den­gan kolek­tivisme dito­lak kare­na tidak mau mener­i­ma beragam kekayaan hakekat yang kongkrit (sesu­atu yang dilon­tarkan Marx melawan apa yang dise­butkan komu­nisme). Piki­ran Thomas hobbes (homo homi­ni lupus) dito­lak, dan dari situ ter­li­hat kecon­don­gan manu­sia seba­gai rangka­ian yang dia­jukan Rousseau. 

Kemu­di­an dalam buku juga dit­ulis sejarah pan­jang ten­tang manu­sia den­gan kekayaan hakikat yang direp­re­sen­tasikan manu­sia di dalam peker­jaan­nya mas­ing-mas­ing seba­gai rangka­ian, di mana peker­jaan meru­pakan bagian dari sejarah gen­erasinya, seti­ap gen­erasi mening­galkan warisan­nya mas­ing-mas­ing dan men­ja­di ikatan antar­gen­erasi. Hing­ga kemu­di­an lahirnya kap­i­tal­isme yang mem­bawa keterasin­gan pada manu­sia melalui adanya upah (uang) atas spe­sial­isasi peker­jaan, ben­tuk-ben­tuk sosial yang menghi­langkan kekayaan hakekat manusia.

Kri­tiknya berlan­jut den­gan para sosialis utopis, seper­ti sosialis utopis Pran­cis Fouri­er dan sosialis Ing­gris Robert Own, yang men­dasarkan kri­tikan­nya atas moral­i­tas kap­i­tal­isme yang tidak manu­si­awi dan tidak adil. Kemu­di­an dari situ Marx berangkat den­gan men­ganal­isa ilmi­ah perkem­ban­gan kap­i­tal­isme mulai dari sis­tem, nilai lebih, provit, aku­mu­lasi modal, sam­pai pada kri­sis ekono­mi den­gan meru­juk ulang tulisan para Ekonom Ing­gris Klasik seper­ti Adam Smith, David Recar­do, J.B. Say dan seterus­nya. Ter­hadap masyarakat kap­i­tal­is, para sosialis utopis men­ga­jukan­nya sebuah ben­tuk per­lawanan kelas den­gan pun­caknya rev­o­lusi tan­pa kelas . 

Bagian ked­ua: pada bagian ked­ua, pon­dasi teori tidak lagi men­ja­di tajuk pem­ba­hasan dan perde­batan kru­sial antarpara sosialis khusus­nya Marx­isme namun, dalam peri­ode ini­lah pemiki­ran Marx ten­tang sosial­isme utopis benar-benar dap­at dijadikan keny­ataan dalam satu negara sosialis yang melepaskan diri dari ben­tuk-ben­tuk kap­i­tal­isme dan ben­tuk-ben­tuk dom­i­nasi turunan­nya seper­ti yang dit­erangkan oleh Marx. Pada peri­ode ini, Engels menggam­bil per­an pent­ing dalam perkem­ban­gan Marx­isme, lebih-lebih seba­gai pen­er­jemah­tulisan-tulisan Marx sebelum­nya. Di sisi lain kare­na per­an Engels ini­lah kemu­di­an teori Marx men­ja­di Marx­isme, dalam bab ked­ua ini perde­batan yang dihadirkan bukan lagi sema­ta-mata teori namun, sudah pada tahap aktualisasi. 

Den­gan ditandai den­gan keme­nan­gan sosial­isme di bawah Rev­o­lusi Okto­ber yang didalan­gi Lenin dan kawan-kawan di Rusia. Sovi­et kemu­di­an men­ja­di sebuah con­toh keme­nan­gan sosial­isme di bawah dom­i­nasi kap­i­tal­isme namun, kegemi­lan­gan terse­but kemu­di­an mem­bawa kege­lisa­han baru dalam Par­tai Sosial­isme Rusia sendiri. Kege­lisa­han itu semakin men­ja­di-jadi den­gan ben­tuk-ben­tuk sen­tral­isasi demokrasi kemu­di­an pec­ah men­ja­di dua golon­gan sayap par­tai, den­gan Lenin yang mengede­pankan rev­o­lu­sion­isme dan di lain pihak yang lebih demokratis dan revi­sio­n­is di bawah Mar­tov. Dalam bab ini pula dit­uliskan gejo­lak dalam Serikat Inter­na­sion­al sendiri yang kemu­di­an men­jadikan dua kubu kuat dan per­seteru­an antara dua par­tai komu­nis, yaitu kon­flik Peking dan Moskow. Ser­ta beber­a­pa par­tai yang menon­jol seper­ti Yugoslavia den­gan Tito­isme dan beber­a­pa par­tai Asia Tenggara.

Bagian tiga, neo-Marx­isme: dalam bab ini seluk beluk ger­akan neo-Marx­isme dibedah, seti­ap tokoh, inti piki­ran, ser­ta pijakan-pijakan inspi­rasi dari Marx dipa­parkan. Mere­ka  adalah indi­vidu-indi­vidu atau golon­gan yang belum ten­tu rev­o­lu­sion­er, seper­ti Haber­mas dan Garaudy yang meno­lak seti­ap dik­si rev­o­lu­sion­er, bahkan tidak terikat oleh par­tai-par­tai komu­nisme klasik. 

Beber­a­pa tokoh yang dise­but adalah Georg Lukacs seo­rang neo-Marx­isme Hun­garia, Ernest Bloch yang men­gang­gap  secara haki­ki manu­sia hidup dari utopia-utopia ser­ta pan­dan­gan­nya pada “utopia sosial” dan paham “hak kodrat”.  Hing­ga lahirlah teori kri­tik dari para neo-Marx­isme dari Mazhab Frank­frut, den­gan tokoh-tokoh seper­ti Jur­gen Haber­mas, Her­bert Marcuse.

Pada akhirnya bagian empat, komu­nisme seba­gai keku­atan dunia: dalam hala­man-hala­man ter­akhir buku ini banyak tulisan yang hilang, dan juga ter­da­p­at foot­note-foot­note yang men­je­laskan bah­wa kerang­ka kali­mat ter­peng­gal lan­tas hilang. Ini ten­tu mem­bu­at saya sulit mema­ha­mi bagian akhir dalam buku terse­but namun, dalam kon­teks pan­jangnya per­jalanan sosial­isme lalu Marx­isme sam­pai pada neo-Marxisme. 

Sam­pailah saya bah­wa dik­si keku­atan tidak selalu mem­bawa kegemi­lan­gan yang aba­di, tetapi “mere­ka” adalah bagian-bagian keku­atan besar dalam sejarah sosial­isme baik perg­er­akan secara indi­vidu seper­ti Che Gue­vara, para neo-Marx­isme, ser­ta pen­garuh para par­tai di dalam Inter­na­sion­al. Ser­ta daya tarik komu­nisme pada abad 20 khusus­nya pas­ca Rev­o­lusi Okto­ber mem­beri pen­garuh yang san­gat besar di dunia. 

Buku ini begi­tu padat men­gu­ra­ian sejarah Marx­isme dan komu­nisme seba­gai fokus uta­manya namun, tidak hanya sep­utar teori Marx sendiri, di dalam­nya juga memu­at begi­tu banyak pemiki­ran dan per­jalanan pan­jang Marx­isme ser­ta par­tai komu­nisme seba­gai jalan rev­o­lusi. Sete­lah mema­ha­mi kon­sep-kon­sep Marx ten­tang nilai, kap­i­tal­isme, komu­nisme dan manu­sia. kita diantar pada keme­nan­gan Sovi­et, per­gu­la­tan Bol­she­vik dan Men­she­vik, Par­tai Sosial Demokrat Jer­man yang berge­jo­lak, ser­ta lahirnya pemikir baru atau neo-Marx­isme, semua diper­ton­tonkan den­gan jelas dan mudah untuk dire­nun­gi. Kelema­han buku ini ialah peng­gu­naan bahasa yang cukup sulit saya paha­mi ser­ta beber­a­pa isi buku yang hilang, atau terpenggal.

Penulis: Bayu Gal­ih Adam
Edi­tor: Muham­mad F. Rohman

Pem­ba­ca fil­safat, dan karya tulis lainya.