Dimensipers.com — Senin, 28 Sep­tem­ber 2020, IAIN Tulun­ga­gung mem­u­lai kegiatan Pen­ge­nalan Budaya Akademik dan Kema­ha­siswaan (PBAK) Insti­tut. PBAK tahun ini berbe­da den­gan tahun-tahun sebelum­nya. Pasal­nya, kegiatan kali ini dilak­sanakan secara dalam jaringan (Dar­ing) atau Vir­tu­al Dari Tem­pat Ting­gal (VDTT). Alasan­nya, pan­de­mi coro­na di Indone­sia yang saat ini masih belum menun­jukkan tan­da-tan­da bah­wa akan mereda. 

Dalam seti­ap kegiatan, tema meru­pakan hal yang san­gat pent­ing. Sebab adanya tema menen­tukan arah dan tujuan yang ingin dica­pai dalam sebuah kegiatan. PBAK VDTT Insti­tut Aga­ma Islam Negeri (IAIN) Tulun­ga­gung tahun ini men­gusung sebuah tema “Hidup­kan Ghi­roh Maha­siswa yang Huma­n­is, Plu­ralis, dan Ideologis”.

Bagus Prase­ti­awan selaku Ster­ring Com­mit­tee (SC) men­je­laskan ten­tang mak­sud dan tujuan ten­tang tema yang telah diten­tukan pada PBAK VDTT tahun ini, “Mak­sud dan tujuan dari tema itu sendiri adalah mem­ban­gun pola-pola, jadi kon­sep yang berdasarkan den­gan melalui itu tadi, pola-pola human­ism, plu­ral­ism, yang selan­jut­nya bisa dit­er­ap­kan secara ide­ol­o­gy,” ucap Bagus.

Materi Antropolo­gi dan Birokrasi Kam­pus, dibawakan oleh Abad Badruz­za­man selaku Wak­il Rek­tor 3 Bidang Kema­ha­siswaan dan Kerjasama 

Pani­tia PBAK berusa­ha mewu­jud­kan tema yang telah dis­ep­a­kati den­gan mem­berikan materi-materi. Penyam­pa­ian materi dilakukan sete­lah break ishoma (isti­ra­hat, sholat, makan). Materi per­ta­ma adalah Antropolo­gi dan Birokrasi Kam­pus yang dibawakan oleh Abad Badruz­za­man selaku Wak­il Rek­tor 3 Bidang Kema­ha­siswaan dan Ker­jasama. Birokrasi adalah insti­tusi yang men­gelo­la kepentin­gan pub­lik yang mana di dalam­nya ada hier­ar­ki den­gan tugas ter­ten­tu. IAIN Tulun­ga­gung meru­pakan birokrasi kam­pus milik pemerintah/negeri yang mengek­spre­spre­sikan kebi­jakan­nya secara kekelu­ar­gaan, huma­n­is dan men­dahu­lukan keakra­ban. Kare­na seba­gian besar war­ga kam­pus insan akademik, jadi dalam pen­dekatan birokrasi kam­pus berbe­da den­gan pen­dekatan pada umum­nya yang bersi­fat administratif. 

Materi Kebangsaaan dan Kema­ha­siswaan, dis­am­paikan oleh Ngain­un Naim

Materi ked­ua ten­tang “Kebangsaaan dan Kema­ha­siswaan” yang dis­am­paikan oleh Ngain­un Naim. Materi ked­ua ini mem­bicarakan ten­tang per­lun­ya maha­siswa bela­jar ten­tang kebangsaan melalui sudut pan­dang his­toris. Sete­lah itu, ter­da­p­at pen­jabaran ten­tang tan­ta­n­gan yang dihadapi kon­sep kebangsaan saat ini, seper­ti tan­ta­n­gan hadirnya teknolo­gi yang men­cip­takan infor­masi yang bor­der­less (tan­pa batas), dialek­ti­ka sosial, poli­tik, budaya ditun­jukkan den­gan inter­ak­si antar negara dan banyak masyarakat semakin mudah, lalu Indone­sia den­gan tingkat keanekaraga­man tert­ing­gi seharus­nya mem­bu­at masyarakat men­ja­di prib­a­di yang menyadari dan mema­ha­mi orang lain, tetap meng­har­gai orang lain walaupun kita tidak sependapat.

Materi Kein­done­sian dan Keis­la­man dis­am­paikan oleh Akhol Firdaus

Materi ter­akhir adalah “Kein­done­sian dan Keis­la­man” dis­am­paikan oleh Akhol Fir­daus yang berisi ten­tang sejarah Bangsa Indone­sia yang tidak datang secara tiba-tiba men­ja­di kon­sep negara, melainkan melalui pros­es yang san­gat pan­jang. Bangsa Indone­sia adalah bangsa yang beragam suku, bahasa, ras dan aga­ma. Ker­aga­man ini sifat alami­ah bangsa Indone­sia keti­ka masih men­ge­nal nama nusantara. 

Bangsa Indone­sia yang lahir dari masa lalu, memi­li­ki seman­gat yang dari zaman ke zaman tidak lun­tur, yaitu gotong roy­ong yang beraga­ma atau berke­tuhanan den­gan mengede­pankan sifat dan sikap tol­er­an­si. Seti­ap orang mawas diri meng­hor­mati hak orang lain untuk men­jalankan ibadah atau ekspre­si keaga­maan­nya. Mengede­pankan teng­gang rasa diantara sesama pemeluk agama. 

Lalu pem­ba­hasan mulai mer­am­bah ke dalam isu radikalisme yang semakin hari kian masif. Radikalisme sendiri adalah ger­akan mema­nip­u­lasi aga­ma. Radikalisme lahir dari kega­galan kolom­pok aga­ma ter­ten­tu dalam meng­hadapi modernism.

Selan­jut­nya, Bagus Prase­ti­awan juga men­je­laskan bah­wa materi yang telah dis­am­paikan pada hari itu sudah memenuhi tema kegiatan PBAK, “kalo materi ke tema, sih, sub­stansinya sudah, mak­sud­nya sudah menyen­tuh untuk ke arah tema,” jelas­nya.

Tak lupa, usai kegiatan PBAK Insti­tut ini pani­tia menaruh hara­pan besar ter­hadap maha­siswa baru den­gan pola pikir yang baru. “Ya kiranya, mungkin juga semoga di beber­a­pa semes­ter depan bahkan hing­ga lulus nan­ti mere­ka mam­pu melak­sanakan pola pola materi yang telah dis­am­paikan,” ujar Bagus.

Ter­da­p­at tam­ba­han juga dari Ety Rizky salah satu pen­damp­ing, “Untuk hara­pan dari para pani­tia dan para pen­damp­ing, bagi maha­siswa baru semoga maha­siswa tahun ini meskipun den­gan dar­ing tetap bisa kri­tis, aktif dan ino­vatif dalam pem­be­la­jaran baik di kam­pus maupun di luar kam­pus tetap men­ja­di maha­siswa yang bertang­gung­jawab, huma­n­is, bersosialis ‚dan ten­tun­ya religius den­gan Aga­ma Islam,” tutur Rizky.

Reporter: Laila, Zuhri, Bayu, Dina, Fir­da, Uswah
Penulis: Laila Muhib­bah
Redak­tur: Rifqi Ihza F.