Dalk­i­jo berka­ta Saya tahu Dik Kab­ul man­tan aktivis. Biasa kan, yang namanya aktivis pun­ya ide­al­isme kolot. Tapi sete­lah bek­er­ja seper­ti ini, Dik kab­ul harus ter­i­ma kepa­da keny­ataan. Sedik­it prag­ma­tis­lah agar kita tidak kony­ol seper­ti Don Kisot.”
–Ahmad Tohari (dalam Nov­el Orang-Orang Proyek)-

Judul buku: Orang-Orang Proyek
Penulis: Ahmad Tohari
Tahun Ter­bit: Cetakan ked­ua 2015
Pener­bit: PT Gra­me­dia Pus­ta­ka Uta­ma
Kota ter­bit: Jakar­ta
Hala­man: 265
ISBN: 987–602-03–2059‑5

Buku “Orang-Orang Proyek” karya Ahmad Tohari ini meru­pakan nov­el yang menarik untuk diba­ca sekali­gus didiskusikan. Dalam nov­el ini Ahmad Tohari mencer­i­takan secara apik ten­tang per­go­lakan orang yang teguh den­gan ide­al­is­menya atau ter­jer­at sikap pragmatis. 

Nov­el ini mencer­i­takan kehidu­pan orang-orang yang sedang meng­garap proyek pem­ban­gu­nan jem­bat­an. Pelak­sana proyek ini berna­ma Kab­ul, yang dulun­ya man­tan aktivis keti­ka masih men­ja­di maha­siswa teknik. Per­go­lakan ide­al­isme ter­ja­di dalam pros­es pem­ban­gu­nan jembatan.

Awal mula ceri­ta Kab­ul meru­pakan seo­rang insinyur teknik yang diper­caya mem­ban­gun jem­bat­an di sun­gai Ciba­wor. Proyek pem­ban­gu­nan ini­lah yang pada akhirnya mem­perte­mukan Kab­ul den­gan seo­rang pen­si­u­nan PNS yang sedang memanc­ing sekali­gus memainkan serul­ingnya  berna­ma Pak Tarya. Pak Tarya meru­pakan teman bicara Kab­ul keti­ka pus­ing memikirkan proyek pem­ban­gu­nan jem­bat­an yang syarat akan kepentingan.

Proyek pem­ban­gu­nan jem­bat­an dilakukan den­gan dana dan wak­tu yang diten­tukan demi kepentin­gan salah satu golon­gan, yaitu Par­tai Golon­gan Lestari Menang (GLM). Dana yang dilun­curkan untuk pem­ban­gu­nan pun digero­goti oleh para birokrasi mulai guber­nur, DPR sam­pai kepala proyek sendiri berna­ma Dalk­i­jo. Bahkan, Dalam nov­el ini digam­barkan sam­pai masyarakat di sek­i­tar pem­ban­guan ikut-iku­tan korup. 

Tidak cukup sam­pai di situ, wak­tu pem­ban­gu­nan jem­bat­an juga diper­cepat dan ini ten­tun­ya akan menu­runk­an kual­i­tas ser­ta daya tahan ban­gu­nan. Masyarakat kecil­lah yang men­ja­di kor­ban akan keser­aka­han para pemimpin yang korup tersebut. 

Ada satu hal menarik diu­las dalam tulisan ini yaitu men­ge­nai pan­dan­gan masyarakat yang masih memer­cayai hal mist­is. Pada seti­ap pem­ban­gu­nan jem­bat­an seba­gian masyarakat masih memer­cayai akan adanya tum­bal yang harus diberikan untuk pem­ban­gu­nan jem­bat­an. Ini menan­dakan bah­wa masyarakat masih per­caya akan hal mist­ik atau dalam isti­lah Tan Mala­ka dike­nal den­gan isti­lah penge­tahuan mistik.

Proyek pem­ban­gu­nan yang syarat akan kepentin­gan ini mem­bu­at Kab­ul men­ja­di bim­bang kare­na merasa dirinya diantara orang-orang korup. Ser­ing kali Dalk­i­jo mem­bu­juk Kab­ul untuk ikut arus saja namun Kab­ul meno­lak. Hing­ga suatu kali ada per­masala­han men­ge­nai bahan mate­r­i­al ban­gu­nan, tepat­nya bahan ban­gu­nan bekas yang akan digu­nakan untuk pem­ban­gu­nan kare­na alasan dana telah habis dan wak­tu pem­ban­gu­nan dipo­tong demi kepentin­gan HUT GLM mem­bu­at Kab­ul akhirnya memu­tuskan kelu­ar dari peker­jaan itu.

Proyek pem­ban­gu­nan jem­bat­an pun sele­sai dan bertepatan den­gan HUT GLM. Namun, setahun kemu­di­an jalan menu­ju jem­bat­an ditut­up kare­na jem­bat­an yang baru diresmikan setahun lalu itu rusak. Memang ter­ja­di pem­ban­gu­nan di mana-mana pada masa orde baru tetapi kolusi, korup­si dan nepo­tisme juga besar-besaran masa itu.

Pada nov­el ini juga dihi­asi den­gan bum­bu percin­taan yaitu antara Kab­ul den­gan Sekre­taris­nya berna­ma Wati. Per­go­lakan batin tak tere­lakan kare­na Wati sudah mem­pun­yai seo­rang pacar berna­ma Yos yang masih men­jalani kuli­ah. Namun, akhirnya mere­ka putus kare­na Wati menginginkan segera untuk menikah tetapi Yos meno­lak dan Yos tahu yang sebe­narnya ingin Wati sam­paikan adalah berpisah. Singkat ceri­ta sete­lah berpisah den­gan Yos, Wati akhirnya menikah den­gan Kab­ul, yang diam-diam menyukai Kab­ul demikian juga Wati.

Ahmad Tohari men­gatatakan dalam nov­el ini bah­wa proyek apa saja dan di mana saja meru­pakan ajang ban­cakan. Kata ‘proyek’ memi­li­ki art­ian yang khas, yakni semacam kegiatan res­mi tapi bisa direkayasa seba­gai jalan pin­tas men­ja­di kaya. Maka apa saja bisa diproyekkan dan tidak sebatas pada kata ‘pem­ban­gu­nan’ semata.

Tia­da muatan SARA dalam tulisan Ahmad Tohari. Bahasa yang digu­nakan Ahmad Tohari dalam nov­el ini san­gat enak diba­ca dan mudah dipa­ha­mi untuk kha­layak. Dalam nov­el ini ada berba­gai muatan kehidu­pan, mulai poli­tik, pan­dan­gan masyarakat yang masih per­caya takhayul, percin­taan,  bahkan sam­pai ada unsur kome­di yang men­ja­di bum­bu penghias cerita.

Plot dalam nov­el ini san­gat mudah dipa­ha­mi kare­na meng­gu­nakan sudut pan­dang orang keti­ga ser­ta mem­pun­yai alur maju. Ceri­ta yang dis­ajikan san­gat ter­fokuskan dalam satu masalah yaitu pem­ban­gu­nan jem­bat­an. Berba­gai tokoh digam­bar oleh Ahmad Tohari den­gan latar belakang yang berbe­da ser­ta sudut pan­dang yang berbe­da pula.

Dalam sebuah tulisan ten­tun­ya ada kelebi­han dan keku­ran­gan nov­el ini pun demikian. Bahasa yang digu­nakan Ahmad Tohari san­gat mudah dipa­ha­mi berba­gai kalan­gan. Ini bisa berar­ti sebuah kelebi­han dan keku­ran­gan. Di satu sisi mudah dipa­ha­mi kha­layak di sisi lain keter­batasan bahasa yang digu­nakan dalam nov­el ini. Walaupun “Orang-Orang Proyek” meru­pakan karya fik­si namun, ben­tuk argu­men­tasi dan isi tidak luput dari riset men­dalam. Selain itu, tema yang diangkat san­gat menarik yaitu orde baru den­gan segala kebo­brokan­nya yang dima­nip­u­lasi men­ja­di sebuah keber­hasi­lan dalam pan­dan­gan masyarakat umum.

Dalam nov­el ini Ahmad Tohari sebe­narnya ingin menyam­paikan fak­ta sejarah yang dima­nip­u­lasi men­ja­di keber­hasi­lan yaitu melalui kedok pem­ban­gu­nan. Orde baru dike­nal den­gan pem­ban­gu­nan secara besar-besaran di Indone­sia namun korup­si besar-besaran ter­ja­di. Indone­sia memang negara demokrasi tetapi di zaman ini seakan itu hanya bualan sema­ta, orang bisa saja dihi­langkan jika menghalang-halangi.

Per­go­lakan ide­al­isme diper­taruhkan dan digam­barkan dalam nov­el ini. Sese­o­rang bebas memil­ih antara mengiku­ti arus den­gan segala kema­panan atau malah tetap bersikukuh den­gan ide­al­isme kemu­di­an dis­ingkirkan. Bersikap real­is­tis prag­ma­tis atau ide­alis tan­pa eksis itu adalah sebuah pil­i­han ten­tun­ya den­gan berba­gai kon­sekuen­si di dalamnya.

Kab­ul berka­ta “Entahlah, Pak Tarya. Namun Saya merasa saat ini banyak orang tak peduli dikatakan seba­gai ker­bau yang hanya pun­ya naluri harus isi perut sepenuh mungkin dan tak peduli bagaimana mendapatkannya.”

Seba­gai penut­up mungkin kata yang tepat adalah memil­ih den­gan penuh kesadaran tan­pa adanya penin­dasan. Men­ja­di manu­sia seu­tuh­nya berar­ti memanu­si­akan manu­sia tan­pa ada kesen­jan­gan dan ketim­pan­gan satu sama lain. Berdikari den­gan diri atau men­ja­di robot kor­po­rasi dan oli­gar­ki itu adalah pil­i­han. Men­ja­di ide­alis memang sebuah kekony­olan untuk orang real­is­tis prag­ma­tis, tetapi men­ja­di prag­ma­tis akan mem­bu­at raky­at kecil semakin menangis. 

Penulis: Hen­drick Nur C.
Edi­tor: Rifqi Ihza F.

Men­cip­takan ketidakmungkinan