Ini adalah ceri­ta seo­rang boc­ah. Boc­ah itu dulun­ya ingu­san, pemalu yang berlebih. Boc­ah yang benar-benar murni, kese­nan­gan­nya jernih mirip air kali yang selalu ia datan­gi tiap sore. Itu kali di desanya, bukan kali di Taman Eden.