Tulungagung, (13/11). Menumbuhkan rasa syukur akan alam ciptakan Tuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya dengan Meditasi Alam. Praktik relaksasi yang melibatkan pelepasan pikiran dari semua yang menarik dan membebani dalam kehidupan sehari-hari. Kemudian dituangkan dan diwujudkan dalam karya sastra puisi.
Meditasi alam merupakan agenda pertama Divisi Sastra pada kepengurusan tahun ini Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Dimensi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung, setelah pergantian kepengurusan periode 2017/2018. Acara ini dilaksanakan di Argo Patuk bukit Junjung, Tulungagung. Acara ini dihadiri baik crew tetap, crew magang bahkan alumni. Acara dimulai pukul 20.00 WIB sampai selesai. Serangkaian acara yakni sesi pertama Meditasi Alam, sesi kedua Menulis Puisi, dan sesi ketiga Apresiasi Sastra.
Sesi pertama, Meditasi Alam. Peserta diajak untuk bermeditasi dengan alam selama beberapa menit. Peserta kemudian diajak untuk konsentrasi merelaksasikan pikiran dan menyatu dengan alam. Peserta mencari posisi yang dirasanya nyaman sehingga emosi dan kepekaan rasa terbentuk dalam diri.
“Sebelum nantinya kita menulis sebuah puisi. Dirasa kita perlu untuk memposisikan tubuh kita untuk menyatu dengan alam. Tujuannya tidak lain adalah menumbuhkan emosi dan kepekaan rasa. Melanggengkan pikiran dengan pola pikir yang sudah kita relaksasikan dalam meditasi. Sehingga untuk mempermudah teman-teman yang ada di sini untuk menuangkannya dalam sebuah tulisan puisi.” Tutur Isrofil selaku ketua Divisi Sastra menerangkan tujuan meditasi kepada para peserta.
Sesi kedua, Menulis Puisi. Setelah dirasa cukup, peserta diharuskan untuk membuat puisi dengan tema yang diinginkan. Sebelum acara menulis dilakukan, ada arahan atau penjelasan sedikit tentang sastra puisi. “Ketika Kita menulis sastra, teman-teman disini pasti akan merasa kesulitan untuk memilih diksi yang tepat. Saran saya soal diksi jangan terlalu dianggap beban. Ketika kalian hanya fokus dalam diksi tulisan itu tidak akan segera selesai. Tuangkan saja apa yang ada dipikiran dan yang ingin teman-teman sampaikan.” Tutur Titi Suryati selaku staf Inventaris.
Peserta berpencar mencari posisi yang dirasa nyaman. Sehingga tidak ada batasan untuk mereka mengeksplor kata-kata dan rasa yang hendak disampaikan. Selama 20 menit peserta diberikan waktu untuk menuangkan hasil pikirannya.
Sesi ketiga, Apresiasi sastra. Puisi yang sudah jadi kemudian dibacakan satu per satu. Peserta yang lain menanggapi dan memberikan kritikan ataupun saran. Setiap puisi yang dibacakan harus dijelaskan latar belakang isi dan tujuan yang hendak disampaikan. Puisi pertama disampaikan peserta crew magang yang berjudul “Membalut Luka Ibu”, kemudian diikuti karya puisi lainnya.
Peserta sangat antusias mengikuti acara ini. Meski sebagian dari peserta merasa malu-malu membacakan puisi. Setidaknya ini merupakan pijakan awal bagi pemula untuk mengeksplor kepekaan rasa. Sekaligus memperkenalkan makna dalam sebuah tulisan puisi.
“Acara ini tidak akan berhenti disini. Saya menamakan ini adalah gerakan sastra jalanan. Acara ini akan saya tindak lanjuti untuk mengembangkan bakat sastrawan muda. Karena saya yakin jika bakat itu selalu diasah ketika membuat puisi maupun membacakan karyanya dia akan merasa percaya diri dengan mengeksplor segenap penjiwaannya, tapi tidak menyingkirkan sisi kejurnalistikan yang terbentuk diawal masuk LPM.” Ujar Isrofil.
Wujud dari kegiatan ini LPM Dimensi dapat mengembangkan Aplikasi sastra. Sebuah aplikasi jejaring sosial yang memungkinkan penggunanya untuk membuat karya sastra dan membagikannya ke pengguna lainnya. Sehingga harapannya kedepan masyarakat Indonesia terutama para pemudanya akan memiliki minat pada karya sastra Indonesia.
Puisi tidak hanya digunakan sebagai curahan hati yang dianggap cengeng. Tidak menarik karena bahasanya yang terlalu muluk-muluk. Lebih dari itu, puisi adalah tulisan yang dirangkai dengan kata-kata, dimana kata ini merasuk dan membawa pola pikir pembaca untuk sampai pada makna dan tujuan isi puisi. Tinggal bagaimana penulis dapat mempengaruhi pikiran pembaca. []
penyuka sastra, traveling, berkhayal, penggemar puisi Aan Mansur (Tidak Ada New York Hari Ini).
Acara yang sangat menarik!