Sore itu, mene­duhkan seti­ap insan untuk duduk dan berdiskusi di hala­man rumah komu­ni­tas sas­tra. Seti­ap napas yang hem­bus ditem­pat itu adalah napas kolek­tif sesung­guh­nya. Den­gan kopi hitam, lan­tu­nan puisi dari salah satu maha­siswa mam­pu men­gubur sunyi.