Lokacipta Batik dalam Temaram
Seolah malu-malu, cahaya sandikala mulai nampak menyembulkan diri pada sela-sela bilik bambu yang sedikit usang. Cahaya tersebut secara samar membentuk siluet tubuh seorang gadis yang tengah duduk dan mencepol kasar rambut panjangnya yang tergerai bebas. Ia terlihat tengah…
Impian Kincir Angin
Inilah aku, Fanan. Bocah istimewa yang diberkahi Tuhan dengan ibu sabar dan penyayang. Aku menghabiskan banyak waktu bersamanya. Mulai dari membuatkan sarapan, mengantar ke sekolah, mengelap noda di pipiku, dan banyak hal lain.
Sua Sajak Niskala
Tik Tok Tik Tok…
Meet You Again: BELIEVE ME!
Kehilangan adalah suatu hal yang membuat hati rapuh, tidak ada yang bisa mengartikan bagaimana hati yang tak lagi memiliki harapan. Kenangan-kenangan di masa lalu terus menghantuinya seperti ilusi yang terus mengelilingi jiwa yang rapuh. Dia adalah Naesya Meldina seorang…
Budaya yang tak Lekang oleh Zaman
“Zeea aku datang,” sapa Asya dari kejauhan sambil membawa ransel berisi baju. “Lama banget sih Sya, eh ngomong-ngomong kamu udah siap belum?” ucap Zeea yang duduk di balkon kelas yang sedang memainkan rambut lurusnya yang tergerai. “Taraaa.. aku…
Amunisi Selain Kopi
Kontrakan rumah nenek sedang sepi. Hanya ada aku dan seperangkat alat komputer di depanku. Di luar angin bertiup lumayan kencang, menjadikan suasana agak horor. Disaat angin yang masuk melalui celah-celah ventilasi membelai lembut kulitku, disitulah rasa takut menghampiri.…
Gadis Yang Dibunuh Oleh Kata
Hampir dua tahun, setiap hari menjelang matahari terbit hingga terbenam. Aku melihat gadis itu selalu duduk sendirian di jembatan kayu tepi hutan. Posisi duduknya tak pernah berubah. Kaki kanan menumpu kaki kiri, badan tegak dengan telinga fokus mendengarkan…
Katsarida
Tengah malam, ketika aku baru selesai membaca Die Verwandlung. Yevgeny Mironov datang dalam wujud kecoak. Badannya menggeliat ketika masuk celah pintu, bunyi sayapnya berisik menyakiti telinga, sialnya enam kaki pendeknya berjalan terseok ke arahku. Serangga kemerahan itu bisa…
Nisbi, Sebuah Nilai Baru Semangat Zaman
Sore itu, meneduhkan setiap insan untuk duduk dan berdiskusi di halaman rumah komunitas sastra. Setiap napas yang hembus ditempat itu adalah napas kolektif sesungguhnya. Dengan kopi hitam, lantunan puisi dari salah satu mahasiswa mampu mengubur sunyi.