Perihal Puan dan Kesetaraan
Sebagian kaumku merendahkan dirinya secara terang-terangan Kemudian, sebagian lagi meninggalkan rekam jejak mencengangkan Puan satu ini, berdikari menerabas batas patriarki Gugat dominasi, subordinasi, dan marjinalisasi
Makna Wanita
Mereka, yang disebut kaum hawa Pemilik paras indah dengan jiwa yang tenang Jiwa yang dapat melalui segala kepahitan
Hujan Senja Temaram
Ada yang menghentikan lamunan Aku tertegun melihat potretmu dalam dekapku Pikiranku melarut dalam cakrawala
Tentang Memori dan Arti
Sejarah yang bawa kita pulang Bahwa dalam kepergian ada sebuah tujuan Bahwa usai perang terbit kemerdekaan Dan pulang, menjadikan kita bangga
Galat Tabiat
Angin berdesir cepat lewati selendang ibu pertiwi Berbisik, kabarkan duka di setiap gendang telinga Ya, hari ini ibu pertiwi dikuliti bencana yang dikirim semesta
Suratku untuk-Mu
Wahai Tuhan penguasa segala Engkau menciptakan semua Pasti ada maksud tujuannya Sebenarnya, kanker ini untuk apa?
Aku: Bagian Darimu
Tadah Ruah Asmara Ada kerutan di kening sujudku Yang terbiasa bisu menunggu Turunnya tangis kepada malam Hilang akalku untuk rangkai kartika Yang muncul dan berakhir merangkai kata ketika
Sebilah Rasa Sadar
Kala ibadahku sudah goyah Tasbihku telah diam Sujudku mulai jarang
Harga Nyawa Tak Lagi Ada
Aku melihat bayangku dari pintu kaca itu Tak ada lagi yang dapat kugenggam, uang receh pun habis tak tersisa Utang kian menumpuk Kupertaruhkan semua raga hingga ambruk Tutup satu, buka yang baru
Puisi, Juli, dan Sapardi
/1/ Pada puisi, ia mengabdi Diserahkannya segenap ruh diri kepada larik kata itu Pada puisi, ia mengabadi Diikhlaskan yang fana diserap rima puisi-puisi itu.