Dimensipers.com — 29 September 2020, Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah (FUAD) mengusungkan tema Kemanusian, tema tersebut berangkat dari masalah yang substansial seperti kejahatan kemanusiaan yang selama ini kurang terjamah. Tidak hanya menggunakan kemanusian sebagai polesan yang menarik saja, tetapi juga menjadikan aspirasi untuk menggunakan istilah tersebut dalam menyuarakan isu kemanusiaan.
Di era pandemi ini kegiatan PBAK FUAD dilakukan secara Virtual dari Tempat Tinggal (VDTT) diikuti oleh sekitar 1200 peserta dari 1300 mahasiswa baru yang terdaftar. PBAK VDTT menggunakan youtube dan zoom sebagai media dalam menyampaikan empat materi yang terdiri dari: ke-FUAD-an, kebinekaan, literasi digital, dan kemanusiaan. Materi
ke-FUAD-an disampaikan oleh Rizqon Hamami selaku Dekan Fuad, materi kebinekaan disampaikan oleh Teguh selaku Wakil Dekan I. Literasi digital disampaikan oleh Saiful dari Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LP2M), dan untuk tematik kemanusiaan disampaikan oleh Mulia Ardi selaku Dosen filsafat IAIN Tulungagung.
Penggunaan media youtube dan zoom dinilai efektif daripada menggunakan whatsapp atau telegram. “Karena penggunaan youtube dan zoom tidak hanya menampilkan audio saja, tetapi dapat menampilkan visual atau gambar. Sehingga lebih memudahkan mahasiswa baru untuk pemateri yang disampaikan.” ujar Zamzam selaku Ketua Pelaksana PBAK FUAD.
Rosyidah, mahasiswa baru dari jurusan Psikologi Islam mengeluhkan penyampaian salah satu pemateri yang terlalu cepat dan penggunaan bahasanya sulit dimengerti. Hal itu juga disetujui Amirudin, mahasiswa baru Ilmu Alquran dan Tafsir, ”Penyampaian yang terlalu cepat pada materi yang ketiga, yakni tentang literasi digital. Dan pembahasan materi yang terlalu tinggi dan tidak terlalu kita pahami pada materi ke‑4 tentang tematik kemanusiaan.”
Namun demikian Mita Uswatun Hasanah selaku Ketua Dewan Eksekutif Mahasiswa FUAD berharap kepada mahasiswa baru, “Berkontribusi secara konkret pada isu kemanusiaan, menginisiasi gerakan kemanusiaan dan bahkan ikut memgawal isu lokal maupun internasional.”
Pelaksanaan PBAK FUAD dilaksanakan satu hari dari pukul 07.00 WIB sampai 19.00 WIB. Amirudin, mengeluhkan pelaksanaan kegiatan yang dilakukan sehari penuh. Bahwa ia merasa kecapekan, mata terasa perih, jenuh, dan pikiran juga kosong karena harus sehari penuh menatap layar gawai dengan jeda waktu istirahat yang sedikit. Sedangkan menurut Zamzam, “Yang dilakukan panitia yaitu tetap berkoordinasi dengan Pendamping dan Instruktur Pendamping tetap mengajak mahasiswa baru untuk melihat tayangan di youtube sampai selesai.”
Selain itu, panitia juga menyediakan hiburan dari Lembaga Semi Otonom (LSO) FUAD seperti Fuad Akustik dan Sastra Jendra agar mahasiswa baru tetap menikmati tayangan sampai selesai. “Jika tidak mengikuti PBAK FUAD 2020 ini nanti peserta tidak akan mendapat E‑Sertifikat.” papar Zamzam.
Menurut Zamzam, mahasiswa baru memberi respon positif dalam kegiatan PBAK. Antusias yang cukup baik ditunjukan melalui keikutsertaan dalam siaran langsung media youtube. Terdapat sekitar 900‑1000 penonton yang tetap menikmati materi. Dalam setiap materi terdapat sekitar 3–5 pertanyaan dari mahasiswa baru.
Dalam hal informasi penugasan, mahasiswa baru mengalami keresahan karena terjadinya beberapa kali perubahan dalam jadwal pengumpulan tugas. Revisi jadwal pengumpulan dinilai sangat singkat dengan deadline tugas. Hal tersebut juga disetujui oleh Etna sebagai pendamping PBAK FUAD, dalam proses pengumpulan tugas memang terjadi beberapa kali revisi. Hal itu juga menjadi keluh kesah para pendamping.
Anjik selaku Koordinator Perlengkapan menuturkan kendala terjadi lebih kepada para pendamping yang kurang memahami teknik pelaksanaan PBAK VDTT. “Kalau yang saya lihat sih keluhan tidak begitu signifikan. Cuma kepada tugas yang diberikan dan juga tadi pas live streaming pbak.nya agak sedikit molor.” tutur Anjik.
Reporter: Yusuf, Tyas, Arum, Sintya
Penulis: Yunita
Redaktur: Nifa Kurnia F.