Distribusi buku yang dikumpulkan mahasiswa baru pada Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (FEBI) 2025 ditemui banyak kejanggalan. Jumlah buku dan alur pendistribusian tidak sesuai dengan rencana awal. Hingga kini, masih banyak buku yang belum jelas entah ke mana keberadaannya.
Dalam Buku Petunjuk Teknis PBAK FEBI 2025, dijelaskan bahwa setiap mahasiswa baru wajib mengumpulkan buku sesuai progam studinya masing-masing. Buku-buku itu kemudian diserahkan ke Panitia Pendamping di hari pertama PBAK (27/08). Salah seorang peserta PBAK mengakui tidak ada informasi lebih lanjut mengenai tujuan pengumpulan buku.
“Kalau saya sendiri ngga tau ya kak itu (buku) arahnya ke mana, kan ngga diberitahukan. Cuman dikumpulkan ke kakaknya pas hari pbak,” ungkap Citra, nama samaran.
Nizarul Asror selaku penanggung jawab PBAK FEBI menerangkan bahwa buku-buku yang dikumpulkan nantinya akan disalurkan ke Perpustakaan FEBI, Perpustakaan UIN dan Komunitas buku yang ada di Tulungagung. Ia mengklaim bahwa ia sudah melakukan koordinasi mengenai buku dengan pihak fakultas.
“Buku itu akan diserahkan ke perpustakaan fakultas. Di Febi itu kan ada perpustakaan fakultas. Kita sudah koordinasi dengan fakultas terkait itu. Mungkin nanti jika overload di fakultas sendiri, akan kita serahkan ke perpustakaan utama tapi itu belum koordinasi. Terus kalau itu tidak menerima, kita akan menggandeng komunitas-komunitas,” jelas Nizar.
Tujuan pengumpulan buku menurut Nizar ialah untuk memperbarui buku-buku di perpustakaan. katanya, buku yang berada di perpustakaan masih didominasi buku seri lama, sehingga pengumpulan buku dari mahasiswa baru diharapkan bisa memperbarui dan menambah koleksi buku yang tersedia.
Ia juga menjelaskan, proses pendistribusian bakal selesai dalam kurun waktu satu bulan. Lamanya proses tersebut diperlukan untuk memisahkan buku yang layak dan tidak layak, termasuk potensi adanya buku bajakan.
“Dikasih ke perpustakaan dalam jangka waktu satu bulan ke depan karena menyeleksi 1.100 buku itu juga perlu waktu,” terangnya.
Sebulan kemudian, Kru Dimensi berupaya menelusuri kejelasan terkait distribusi buku PBAK FEBI. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa proses penyaluran belum berjalan sebagaimana mestinya.
Kru Dimensi menanyakan hal ini ke penanggung jawab perpustakaan FEBI, ia mengaku tidak tahu menahu terkait adanya buku PBAK yang akan diserahkan. Ia hanya mengetahui soal buku dari BI Corner.
Hal serupa juga disampaikan oleh Muhammad Asrori sebagai Kepala Bagian (Kabag) FEBI. Ia menampik adanya koordinasi tentang buku. Saat rapat dengan jajaran kepantiaan FEBI, tidak ada sekalipun pembahasan mengenai pendistribusian buku.
“Pada waktu rapat, buku tidak dibahas. Saya terus terang. Waktu rapat sampai dua kali, satu di ruangannya bu dekan, yang satu di sini. Tidak ada salah satu dari mereka bilang itu (soal buku). Temen-temen ngajak diskusi saya ya soal jalannya pbak,” terang Asrori.
29 September, jam 20.06 WIB, Kru Dimensi menghubungi Galuh Siti selaku Koordinator Divisi Materi dan Karya yang bertanggung jawab atas distribusi buku. Namun, ia tidak menanggapi pertanyaan yang kami berikan. Ia hanya membalas dengan menanyakan ulang terkait kepentingan tersebut.
Dua hari kemudian, akun instagram resmi PBAK FEBI mengunggah dokumentasi penyerahan buku ke perpustakaan UIN SATU. Setelah ditelusuri, ternyata ia baru mulai menghubungi pihak perpustakaan UIN SATU pukul 20.14 WIB, selang delapan menit usai Dimensi menghubungi Galuh di tanggal 29 September. Hal ini memunculkan dugaan bahwa proses distribusi dilakukan tanpa perencanaan yang matang, atau bahkan baru dijalankan setelah adanya penelusuran dari LPM Dimensi.
Berdasarkan data yang diperoleh, hanya terdapat 191 buku yang disalurkan ke perpustakaan UIN SATU. Hal ini berbeda jauh dengan jumlah peserta PBAK, yaitu sekitar 1100 mahasiswa.
Erma menyampaikan tidak semua buku akan langsung masuk ke dalam layanan perpustakaan karena harus melalui proses seleksi terlebih dahulu. Ia merasa bingung buku yang tidak lolos seleksi bakal ditaruh ke mana, karena selama 20 tahun bekerja di Perpustakaan, baru kali ini ia menerima buku dari PBAK. Tak hanya itu, Perpustakaan juga memiliki anggaran sendiri dalam pengadaan buku.
“Aku selama di sini dua puluh tahun, baru kali ini nerima hibah buku dari PBAK………Perpustakaan tidak pernah meminta buku kepada mahasiswa. Anggaran kan tetap ada dari dana DIPA.” Jelas Erma.
Erma menambahkan bahwa keterbatasan kapasitas juga menjadi pertimbangan untuk melayankan buku. Saat ini pengadaan buku dibatasi maksimal tiga eksemplar per judul.
“Kapasitas perpus kita sudah tidak muat lagi. Kita nanti juga mau penyiangan, untuk buku-buku yang eksemplarnya terlalu banyak.”
Penjelasan awal mengatakan bahwa buku akan didistribusikan juga ke komunitas buku yang ada di Tulungagung, seperti Sikloes Buku dan Tulungagung Book Party. Artinya, mereka akan mendapatkan buku berjumlah 909 buah yang bertemakan ekonomi dan bisnis.
Perlu diketahui, di PBAK IAIN Tulungagung 2017 juga pernah mewajibkan mahasiswa baru mengumpulkan buku. Pada saat itu, jumlah buku yang telah terkumpul kurang lebih 9.800 buku.
Penulis: Cindy Kusuma
Reporter: Cindy & Mustofa
Editor: Rokhim Mustofa Ismail