Judul buku : The Mag­ic Library

Judul asli : Bib­bi Bokkens Magis­che Bibliothek

Penulis : Jostein Gaarder & Klaus Hagerup

Pen­er­jemah : Rid­wana Saleh

Pener­bit : Mizan

Tebal buku     : 284 hlm

Buku ini mencerikakan ten­tang dua anak muda berna­ma Berit (14 tahun) dan sepupun­ya, Nils (13 tahun) yang ting­gal di tem­pat berbe­da. Mere­ka berkir­im buku-surat untuk berhubun­gan. Ceri­ta ini dim­u­lai keti­ka mere­ka berte­mu den­gan seo­rang wani­ta mis­terius berna­ma Bib­bi Bokken. Perte­muan per­ta­ma mere­ka ter­ja­di di sebuah per­pus­takaan, Pon­dok Flatbre.

Berit dicer­i­takan seba­gai tokoh yang jenius dan dap­at berpikir kri­tis. Dalam real­isas­inya, seo­rang anak dalam usia ini cen­derung berpikir ten­tang bermain dan berse­nang-senang den­gan teman-teman sebayanya. Jan­gankan menulis, mem­ba­ca saja adalah sesu­atu yang asing. Dari sini kita dap­at men­con­toh sifat dari Berit. Dia adalah sosok yang mam­pu berpikir kri­tis dalam meng­hadapi mis­teri di sekitarnya

Lain hal­nya den­gan Nils, dia adalah seo­rang anak yang memi­li­ki fan­tasi yang luar biasa. Di usianya yang masih ter­bilang belia, dia mam­pu berpikir ke depan dan berani. Di buku ini, Nils digam­barkan seba­gai sosok yang berani dan cekatan seper­ti yang digam­barkan saat ia men­ganal­i­sis sosok perem­puan mis­terius peng­in­car buku-surat. Dalam kehidu­pan nya­ta, di usia yang belia ini ada banyak anak yang bisa dibi­lang berani, namun dia belum mam­pu berpikir maju. Emosi dan sikap ambi­sius­lah yang lebih mendominasi.

Kli­maks dari ceri­ta ini adalah rasa penasaran bercam­pur den­gan emosi Berit dan Nils yang  mem­bawa mere­ka menu­ju kedia­man Bokken. Mere­ka mem­beranikan diri untuk menyusup ke dalam rumah Bokken. Mere­ka men­e­mukan sebuah ruan­gan bawah tanah. Dis­usurinya jalan gelap menu­ju sebuah ruan­gan itu dan mere­ka men­e­mukan­nya, Per­pus­takaan Ajaib Bib­bi Bokken.

Buku ini mem­o­ti­vasi pem­ba­ca untuk selalu men­gagu­mi buku. Men­gagu­mi dalam art­ian suka mem­ba­ca dan menulis. Mem­ba­ca bukan hanya sekadar mem­ba­ca melainkan mam­pu men­ganal­i­sis dan berpikir kri­tis men­ge­nai apa yang diba­ca. Mem­ba­ca adalah tahap yang per­lu dilalui sebelum menulis. Menulis tidak hanya mem­bu­tuhkan ilmu, tetapi keberan­ian, dan mam­pu berfan­tasi, artinya mam­pu mengem­bangkan apa yang difikirkan dan dituangkan dalam ben­tuk tulisan.

Seba­gai con­toh adalah apa yang dilakukan oleh Berit dan Nils, mere­ka berd­ua meru­pakan pengge­mar buku. Mere­ka mam­pu bertukar pen­da­p­at ten­tang buku yang mere­ka baca. Kemu­di­an men­uangkan apa yang diba­ca ke dalam sebuah surat-buku yang mere­ka kir­im. Dalam ceri­ta ini, Berit dan Nils ditun­jukkan beta­pa hebat­nya buku-buku sete­lah mere­ka masuk ke dalam per­pus­takaan Bib­bi Bokken. Salah satu hal yang Bib­bi Bokken cer­i­takan kepa­da mere­ka adalah keis­time­waan buku.

Buku adalah teman ter­baik. Sia­pa yang bisa men­e­mukan buku yang tepat, akan bera­da di ten­gah-ten­gah teman baik.” – Bib­bi Bokken (hala­man 226)

Dalam buku ini ter­da­p­at beber­a­pa tulisan yang seharus­nya tidak dima­sukkan, seper­ti ceri­ta yang dit­ulis oleh ibu Nils. Hal ini mem­bu­at pem­ba­ca bosan. Ter­da­p­at juga alur yang berbe­lit-belit. Jadi pem­ba­ca harus mencer­mati dan fokus pada ceri­ta agar tidak kebin­gun­gan ter­hadap alur cerita.

Men­ge­nai buku yang sela­ma ini dibicarakan, buku yang akan ter­bit, buku ajaib men­ge­nai Per­pus­takaan Ajaib Bib­bi Bokken, semua itu adalah buku-surat yang sela­ma ini dit­ulis oleh Berit dan Nils. Dalam hal ini, Bokken adalah seo­rang yang ter­tarik dan menginginkan sebuah karya dari anak-anak untuk diter­bitkan. Ia mem­ban­tu dan mem­berikan Berit dan Nils fasil­i­tas dalam usa­ha pener­bi­tan buku-surat ini. Sekarang buku-surat itu telah diakhiri. []