Nonton bareng (nobar) yang bertajuk “Kartini Rok N Rol” sukses digelar Dewan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ushuluuddin, Adab, dan Dakwah (Dema Fuad) IAIN Tulungagung pada Rabu(11/04/2018) mulai pukul 19.00 WIB. Acara ini dilaksanakan di halaman kesekretariatan Koperasi Mahasiswa (Kopma) IAIN Tulungagung.
Walaupun demikian, acara tersebut sempat mengalami sedikit kendala. Woko Utoro, Ketua pelaksana acara, mengatakan acara yang sebelumnya direncanakan akan diadakan di Aula Utama akhirnya dialihkan pada kesekretariatan Kopma, hal ini dikarenakan Aula Utama akan dipakai untuk pelantikan pengurus Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Manajemen Zakat dan Wakat.
Nobar film dengan judul “Ki & Ka” ini dilaksanakan dalam rangka peringatan hari Kartini yang jatuh setiap tanggal 21 April. “Ini kan sudah bulan April, Nah dalam rangka menyongsong Hari Kartini, temen-temen (Dema Fuad) menggagas acara ini,” Terang Woko. Judul “Ki & Ka” sengaja tidak dicantumkan oleh pihak panitia untuk menggugah rasa keingintahuan mahasiswa yang hari-hari ini menurun, “Kami sengaja tidak mencantumkan judulnya di pamflet supaya teman-teman itu kepo gitu, biar mereka itu berpikir, kartini rok n rol itu maksudnya apa sih ?, mana ada kartini kok rok n rol ?” Lanjut Woko.
Woko menambahkan dengan diadakannya acara ini, diharapkan mahasiswa lebih bisa menganalisis wacana yang sedang berkembang, khususnya wacana gender. Harapan juga datang dari Galih Ari Fadli, salah satu pemantik dalam acara tersebut. “Dengan melihat ini, diharapkan temen-temen agar terbangkit rasa kritiknya, rasa emansipasi, dan rasa sosialnya,” Jelas Galih.
Seli Muna Ardiani, selaku pemantik diskusi menyatakan bahwa dia sangat mengapresiasi dengan diadakannya acara tersebut. “Saya apresiatif sekali, saya kira film ini sangat cocok sekali, khususnya untuk pemahaman temen-temen yang masih awal tentang gender,” Ujar Seli.
Seli juga mengatakan bahwa nobar film ini sebagai bentuk upaya penyadaran teman-teman terhadap common sense mengenai bentuk pekerjaan yang “berkelamin”, di mana pandangan ini sudah terkonstruksi sejak lama. “Kalau kita melihat dari sejarah, emansipasi yang dibawa kartini itu pada abad 19 sedangkan pandangan seperti itu sudah terkonstruk sejak berabad-abad sebelumnya dan tersemat di benak masyarakat.” Ujar Seli. []
Kosong?