Ketika fajar menampakkan diri, aku merias diri
Ketika Surya berjalan meranjak, kertas kutulis dengan rancak
Ketika sang panas lepas dari suatu ikat, aku pulang untuk berangkat
Ketika gema takbirku menggema, aku mulai membasuh resah gulana
Ketika itu rembulan sedang menyayu, tetap kupacu lagi penaku
Sekon demi sekon sekian ton beban sedang kutunggang
Aprilku kini sedang berpamitan
Meiku dengan semringah menampakkan
Lingkaran merah kalenderku kini datang
Yaa, delapan Mei yang ingin segera kutendang
Pembuat candu jantung berdebaran
Kertas-kertas yang jadi kenangan
Bulan itu telah berlalu, tidak ada selamat, tidak ada kalimat pujian
Saat kumerutuki nasib, kalian hanya mengucap semangat kawan
Waktu berlalu, semakin hari semakin lalu
Sebodoh inikah aku?
Teruntuk hati, selamat tentang juang yang mencapai final
Teruntuk jiwa, jangan merasa sesal tentang lelah yang begitu hebatnya
Kini saatnya membuka kebangkitan di hari yang kini datang
Tentang ketidaksukaan yang menjadi takdir awal perjuangan
Bersemangatlah raga yang pernah rapuh
Diri ini berhak untuk merebut kemenangan
Bukan hari ini, tapi kelak
Setelah proses yang diolah begitu lihainya
Biasakan kebencianmu
Biasakan ketidaksukaanmu
Bergelut ilmu featuring religi
Jadilah insan pengabdi ilmu sejati.
*Mahasiswa Sosiologi Agama semester 1