Asa dan Juang Pesawah
Renjana dan asa merekah di bumi desa Berselimut kabut yang tersipu malu Bergelayut di ambang-ambang sawah nan permai Menyiratkan keraguan dari harapan akan kepastian
Hukum Penguasa Rimba
Palu kau ketuk Masyarakat mengamuk ingin mengutuk Peraturan baru telah sah Kau girang tak terbantah
Jerit Sang Air
Keberadaanku, Melayani hausmu Membasuh jerih payahmu Menjadi panglima sehatmu
Surat Kecil Untuk Kawanku
Senja terlukis indah diatas gunung Ombak menghantam keras batu karang Liatlah sekawanan burung berterbangan Mengingatkan aku padamu kawan
Pewarta; Lubang dan Kutu
Ada yang mengabarkan pada ku semalam; Hujan bulan Juni tak lebih deras daripada penghujung Desember Tak seperti romansa cerita Turki dan seorang Sufi; Satu lubang tambang adalah warisan Dan lubang tambang tak lebih baik dari seekor kutu Firaun
Putri Raja
Karena sepatu kaca itu, ia berani menjual gelas kosongGelas yang disiram ke pohon lapuk nan rapuhDemi rasa kasihan yang katanya adaAku mengutuk Sang RajaNamun aku tak kuasa mencerca pada si Pohon Tua
Semarak Alunan Merdu
Alunan nada beradu indah Menyapa rasa melawan gundah Tentram, tenang, pun teduh
Sunyi dalam Pandemi
Pandemi kembali menyelimuti negeri Hiruk pikuk kehidupan tertelan sekali lagi Hingga hari suci telah menampakkan diri Mengingatkan tuk medekat pada Hyang Widhi
Ini Tanah Kami
Di era jabatan tuan ini Kami kembali menghadapi penderitaan tanpa akhir Kami harus melawan takdir yang kejam