Udara sedang demam
Lan­git terbatuk-batuk
Dan jalanan yang kurang terang
Menyam­but per­ayaan kelahi­ran bintang
Yang ter­pen­dam tanah banyaknya yaum

Selayaknya Tuhan
Ujung daun men­ja­di pesan
Ser­abut akar adalah perlawanan
Paras putik jadikan taktik
Kelopak kem­bang samakan persatuan
Yang ditabur di ham­paran ker­tas-ker­tas lawas

Kau nyalakan kata-kata den­gan pen­eran­gan seta­pak jejak
Den­gan kesiur ombak pan­tai tak hanya dari sebait ceri­ta ter­pant­i­ng sia-sia

Sab­da ter­p­ingkal bukan tak ada apa-apa
Ter­ma dije­gal bukan tan­pa karena
Masa ke masa bin­tang jatuh ke kolam
Di kedala­man yang kedap, bin­tang cip­takan gencatan
Bin­tang melom­pat dari kolam dan mele­sat ke arah bulan

Kau kumpulkan luka-luka kesum­ba tak pun­ya daya
Kau sem­buhkan lun­ta-lun­ta ke akan segumpal tinta
Kau buatkan rumah seo­rang bahasa, agar tak lenyap sia-sia
Kau tadahkan kata-kata agar kelak gemanya masih teren­dap bersautan hing­ga petangnya masa