Sem­bu­ran hitam men­ja­di mimpi buruk anak cucu kami

Bukan lagi hijau ranau yang menye­limu­ti sela­put sayu mata

Bau anyir dan pekat­nya tanah kelam seba­gai tan­da sejarah

 

Bera­tus-ratus pene­duh kehidu­pan tengge­lam dalam kepekatannya

Kehidu­pan bukan lagi bisa dikatakan hidup

Rang­ka yang melekat bukan lagi seba­gai penggerak

 

Rasa lapar yang meng­hadang terabaikan

Kecap man­is birokrasi seba­gai kabar burung tak bermakna

Perem­puan-perem­puan men­jual sebangsanya demi rupiah

 

Anak-anak kehi­lan­gan masa depannya

Pen­duduk kehi­lan­gan mata pencahariannya

Hanya jan­ji-jan­ji yang terlontar

 

Sur­ga kelam men­ja­di warisan tanah porong

Ania

penyu­ka sas­tra, trav­el­ing, berkhay­al, pengge­mar puisi Aan Mansur (Tidak Ada New York Hari Ini).