Dimensipers.com — Perkuliahan online yang kini sedang berlangsung di kampus Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung menimbulkan keresahan di kalangan mahasiswa dan dosen. Pasalnya tak hanya gelombang keluhan namun banyak protes yang dilayangkan kepada pihak kampus. Hal ini dipicu masih minimnya perhatian pihak kampus terhadap kelancaran kuliah online yang sedang berlangsung saat ini.
Selain tuntutan kepada pihak kampus, para mahasiswa pun juga menuntut pada perhatian para dosen pengajar. Hal ini didasarkan pada penugasan yang menurut keterangan mahasiswa terlalu membebani. Banyak dosen yang kurang bisa memperhatikan dan memahami kesulitan mahasiswanya. Mulai tugas yang bertubi-tubi, deadline yang terburu-buru dan lainnya. Selain itu beberapa dosen juga mengeluhkan perihal kesulitan mereka dan mahasiswanya kepada beberapa pihak, namun belum juga mendapatkan keterangan yang jelas.
Saat dihubungi DIMëNSI, Abdul Aziz selaku Wakil Rektor I Bidang Akademik & Pengembangan Lembaga mengungkapkan bahwa kuliah online ini sudah berjalan lancar, sesuai yang direncanakan. Ia menegaskan bahwa pihak kampus telah menginstruksikan penggunaan aplikasi google classroom sebagai alternatif agar tidak kebanyakan variasi aplikasi yang digunakan. “Kewajiban kuliah online iya, namun untuk menggunakan google classroom itu hanya pilihan kampus agar tidak terlalu banyak aplikasi yang dipakai, jadi juga boleh menggunakan WA (Whatsapp), e-mail,” jelasnya.
Namun Deno Eka Harianto mahasiswa Jurusan Pendidikan Agama Islam (PAI) menuturkan bahwa kuliah online ini tidak efektif, pasalnya ia merasa bahwa hanya mahasiswa saja yang aktif sedang banyak diantara dosen yang justru hanya melakukan pembukaan tanpa mengarahkan jalannya diskusi. Selain itu ia juga merasa keberatan dengan waktu dan penggunaan kuota berlebih saat kuliah online ini berlangsung.
Tak hanya dari satu fakultas saja namun beberapa mahasiswa dari semua fakultas menyuarakan hal yang sama. Menurut Ratna Luthfiyatul Hanifah mahasiswa Jurusan Perbankkan Syariah (PS) bahwa kuliah online ini kurang efektif bagi pembelajaran, pasalnya ia terbebani dalam hal tenaga dan fikiran. Ia memang tak mengeluhkan soal kuota internet karena ia menggunakan wifi, namun ia mengeluhkan kurang perhatianya dosen pada mahasiswanya. Ada beberapa dosen yang memperketat aturan-aturan saat perkuliahan online berlangsung. Karena banyak diantara teman-temannya yang berasal dari keluarga kurang mampu sehingga kesulitan dalam hal pembelian paket data. Selain itu ada juga yang kesulitan mendapatkan sinyal. Itupun dosen tidak mau tahu. Ia dan teman-temannya harus hadir saat kuliah online berlangsung dan harus aktif padahal tidak semua teman-temannya bisa mendapatkan sinyal.
Sementara IAIN Tulungagung mencari solusi bagi mahasiswa yang mengalami kendala/keterbatasan jaringan internet, dengan mengeluarkan surat edaran Nomor: B‑1762/In.12/PP.00.9/04/2020. Pada poin 2 berbunyi “Jika mahasiswa mengalami kendala/keterbatasan jaringan internet atau lainnya selama perkuliahan dengan google classroom, maka dosen dapat memberikan penugasan/resitasi melalui whatsapp e‑mail, sms atau lainnya.” tetapi hal tersebut malah menambah beban mahasiswa dengan banyaknya tugas.
Mahasiswa Jurusan Tadris Kimia Ainun Jariah menuturkan bahwa pembelajaran kuliah online juga kurang kondusif dan banyak tugas yang terbengkalai karena kuota, “Menurut saya ada sisi positif dan negatifnya, jika dilihat dari sisi positif dengan sistem pembelajaran online keterlambatan mahasiswa bisa ditoleransi oleh dosen dikarenakan sinyal yang tidak menentu di daerahnya masing-masing. Dari sisi negatif nya: Pembelajaran kurang kondusif, tidak efektif karena tidak bisa tatap muka langsung dengan dosen. Pemahaman mahasiswa menurun karena penjelasan dari dosen kurang maksimal dan kebanyakan mahasiswa memahami sendiri, karena saya dari jurusan eksak memahami materi sendiri bukanlah hal yang mudah terkadang bertemu langsung dengan dosen saja belum faham apalagi disuruh online. Tugas yang tak tau arahnya. Hilang 1 tumbuh 1000, sinyal yang tidak kuat membuat pengumpulan tugas terbengkalai,” tuturnya.
Gelombang keluhan ini pun juga dialami para dosen, secara tidak langsung pun dosen juga terlibat dengan perkuliahan online ini. Banyak diantara mereka yang mendapatkan keluhan dari mahasiswanya.
Seperti keterangan dari salah satu dosen Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah (FUAD), Didin Wahyudi, “Sejauh ini respon mahasiswa beragam, meskipun secara umum bisa dikatakan berjalan lancar. Ada yang enjoy saja, ada yang mengeluh karena tugas yang semakin banyak dengan deadline yang sangat terbatas. Beberapa kali ada kendala, seperti saat online banyak yang tidak muncul dengan alasan susah sinyal dan kuota terbatas. Tapi sisanya fine-fine saja,” ujarnya.
Salah seorang dosen Jurusan Tadris Biologi juga mengeluhkan perihal pembelajaran mahasiswanya yang tidak bisa dilakukan secara maksimal. Sudah barang tentu mengingat beliau mengajar mata kuliah yang di dalamnya membutuhkan keterampilan dalam hal praktikum yang tidak bisa dilakukan mahasiswanya secara nyata.
Selain itu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam Fatwa Adhma K. mengatakan “Sebenarnya media Whatsapp tidak ada keluhan jaringan, namun untuk kuis dan UTS (Ujian Tengah Semester) saya menggunakan media Quizizz. Hal tersebut, mulai muncul kendala jaringan. Tapi, hal ini bisa teratasi dengan teman-teman lebih berusaha lagi mencari tempat yang jaringannya bagus. Karena media ini bisa digunakan tanpa harus menggunakan laptop. Jikapun mentok, pas jamnya daring sinyal terganggu. Maka, saya memperbolehkan ikut kelas lain/di jam lain. Bisa mengerjakan secara individu dengan memastikan jaringan stabil,” ungkapnya.
Banyak harapan yang diungkapkan para dosen dan mahasiswa, seperti yang diungkapkan salah satu mahasiswa Jurusan Ilmu perpustakaan dan Informasi Islam (IPII), “Saya berkaca di kampus-kampus lain, dia (kampus lain, red) menyediakan fasilitas paketan misalnya untuk mahasiswa. Harapan saya semoga kampus (IAIN Tulungagung, red) segera memberikan fasilitas agar kuliah online ini nyaman dan damai. satu semester kita tidak ngapa-ngapain, paketan uang sendiri, tidak menikmati layanan kampus kursi dinginya AC dan lainnya. Ini hanya opini saya,” ujar Ahmad Dani Zamani.
Mahasiswa Hukum Tata Negara, Binti Salis Saturohmah mengungkapkan harapannya berupa keringanan pemberian tugas, selain itu ia juga berharap untuk keringanan UKT (Uang Kuliah Tunggal) semester depan ataupun pemberian kuota data. Tak hanya satu dua mahasiswa namun beberapa mahasiswa pun juga mengungkapkan hal yang sama yakni berupa keringanan UKT, pemberiaan paket data/kuota, efisiensi pembelajaran dari segi materi dan tugas yang mudah dipahami mahasiswa, serta pengupayaan seluruh akademisi untuk ikut andil dalam penanggulangan Covid- 19 (Coronavirus Disease-2019) ini.
Kalangan dosen pun banyak juga mengungkapkan harapannya, salah satu dosen FUAD mengatakan, “Harapannya mungkin akan lebih baik jika kampus memiliki aplikasi sistem informasi yang terkoneksi untuk setiap civitas akademiknya, lebih bagus lagi kalau kerjasama sama salah developer aplikasi yang bisa buat kuliah daring,” ungkap Moh. Verry Setyawan.
Dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pendidikan Islam nomor: 697/03/2020. Pada nomor 1 poin C menerangkan, “Pimpinan perguruan tinggi keagamaan Islam melakukan upaya dan kebijakan strategis, terutama dalam penanganan paket kuota dan/atau akses bebas (free access) bagi mahasiswa dan sivitas akademika Perguruan Tinggi Keagamaan Islam masing-masing dengan penyedia jasa telekomunikasi.”
Keringanan paket kuota, akses bebas (free access) sebenarnya sudah ada himbauan dari Direktur Jenderal Pendidikan Islam kepada Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri (PTKIN) seluruh indonesia, tetapi hingga kini belum ada pemberitahuan lebih lanjut soal kebijakan tersebut.
Menurut keterangan dari Abdul Aziz, pihaknya tengah mengupayakan untuk fasilitas berupa pemberian kuota gratis. Namun, ia mengatakan bahwa masih mengantri di salah satu vendor untuk pengadaannya. Selain itu ia juga mengatakan bahwa kuliah online ini kemungkinan akan berkelanjutan bagi mahasiswa semester lima keatas namun tidak untuk waktu dekat ini karena masih dalam pengkajian kurikulum.
Beberapa dosen dan mahasiswa mengharapkan komunikasi yang harus dibangun dari masing masing pihak agar tidak terjadi miss komunikasi, peningkatan kualitas diri dari semua elemen, serta kebijakan kampus yang dapat meringankan mahasiswa ataupun dosen. Hingga berita ini diterbitkan, DIMëNSI berusaha menghubungi lagi, tetapi belum ada keterangan lanjutan yang didapatkan dari Abdul Aziz mengenai perkuliahan online dan penyediaan paket data dari pihak kampus.
Reporter: Nurul K. Fitria & Amy Ameiliya
Penulis: Nurul K. Fitria
Redaktur: Rifqi Ihza F.
Related posts