Tulun­ga­gung- Ming­gu (2/2/2025) Bertepatan den­gan hari lahan basah sedunia, Alian­si Lereng Wil­is Indone­sia (ALWI) dan Komu­ni­tas Pecin­ta Alam Wono­cokro bek­er­jasama den­gan masyarakat dan RT setem­pat, menye­len­garakan acara “Tan­dur bareng dan tebar benih ikan”, Berlokasi di Bok Brom­bong, Plosokan­dang, Keca­matan Kedung­waru, Tulun­ga­gung, kegiatan ini dilakukan seba­gai ben­tuk kepedu­lian den­gan lingkun­gan sekitar.

Hari lahan basah sedunia meru­pakan suatu agen­da tahu­nan yang dis­e­leng­garakan seti­ap tang­gal 2 Feb­ru­ari seba­gai pengin­gat bagi selu­ruh masyarakat ten­tang pent­ingnya eko­sis­tem lahan basah bagi kehidupan.

Acara ini meru­pakan sam­bun­gan dari beber­a­pa rangka­ian acara yang telah dis­e­leng­garakan sebelum­nya seba­gai ben­tuk kepedu­lian lingkun­gan. Ter­da­p­at beber­a­pa pihak yang hadir dalam acara ini seper­ti per­wak­i­lan dari Dinas Peker­jaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR), komu­ni­tas ALWI, komu­ni­tas Pecin­ta Alam Wono­cokro dan masyarakat setem­pat yang ting­gal di dekat Bok Brom­bong. Endra selaku per­wak­i­lan dinas PUPR san­gat men­gapre­si­asi ter­hadap kegiatan tan­dur dan tebar benih ikan seba­gai ben­tuk kegiatan yang positif.

Saya men­dukung, saya men­gapre­si­asi, ini seba­gai ben­tuk momen­tum yang dap­at mem­berikan pela­jaran dan ener­gi posi­tif untuk mere­ka yang kurang peduli den­gan SDA ya”, ujarnya.

Rudi, selaku Ket­ua RT setem­pat sekali­gus seba­gai penang­gung jawab acara, meny­atakan bah­wa jum­lah par­tisi­pasi masyarakat dan pegiat alam dalam acara ini tidak banyak apa­bi­la diband­ingkan acara sebelum­nya (seper­ti acara GUS­DURi­an), namun sin­er­gi mere­ka tidak kalah besar den­gan acara sebelumya.

Rudi menam­bahkan bah­wa acara ini berasal dari inisi­atip murni masyarakat setem­pat den­gan lokasi yang berbe­da-beda kare­na dis­esuaikan den­gan kon­disi lingkungan.

Kita tidak berhubun­gan tahu­nan, kita lihat situasi,” ungkap­nya.

Pada kegiatan ini ada dua jenis benih yang digu­nakan, yaitu benih tana­man dan benih ikan. Benih tana­man sendiri ter­diri dari benih tana­man pur­ing dan tana­man penye­juk seperi karet dan mauni.

Yang tadi ada karet, ada mau­ni. Tapi yang kebanyakan, sasaran kita itu pur­ing,” ungkap­nya.

Rudi men­je­laskan jum­lah untuk benih ikan yang dise­bar berk­isar 5.000 ikan, yang ter­diri dari ikan lele, ikan patin dan ikan koi. Sedan­gkan untuk jum­lah benih tana­man men­ca­pai 700 benih. Pemil­i­han tana­man puri menu­rut­nya tidak lep­as dari kebu­tuhan masyarakat setem­pat akan tana­man terse­but seba­gai salah satu bahan untuk digu­nakan pada acara adat tertentu.

Seper­ti di Plosokan­dang ini mau ada acara hajatan pernika­han, ada acara mening­gal, pur­ing itu eng­gak semua ada”, ungkap­nya.

Di sisi lain, Harun seba­gai salah satu peser­ta dari komu­ni­tas ALWI, sekali­gus pem­beri suplai benih dalam acara ini menyam­paikan bah­wa tujuan­nya mem­berikan sum­ban­gan terse­but meru­pakan salah satu ben­tuk ajakan dan kri­tik ter­hadap masyarakat yang ser­ing kali men­geluh den­gan kon­disi cuasa saat ini.

Masyarakat hari ini, pripun nggih, hanya men­geluh sudah tau kalau di media-media sosial, di media-media itu banyak beri­ta yang mengabarkan bumi sedang men­didih, tapi keny­ataanya manu­sia hanya sam­bat, men­geluh tan­pa men­cari solusi. Nah artinya keti­ka kami menanamkan pohon keras, seper­ti itu, artinya kami melin­dun­gi mata air, men­gu­ran­gi kri­sis, pal­ing tidak menekan lah”, ujarnya.

Yin seba­gai salah satu anggota Komu­ni­tas Pecin­ta Alam Wono­cokro menyayangkan tin­dakan pemer­in­tah setem­pat yang belum memi­li­ki inisi­atif untuk mem­berikan per­lin­dun­gan hukum sekali­gus fasil­i­tas yang memadai bagi masyarakat yang memi­li­ki kiat dalam melestarikan alam sekitar.

Di Indone­sia itu ya, harus­nya pemer­in­tah itu dukung. Kalau kita relawan itu kan biaya ya sendiri, terus itu ya banyak kendala” , Ujarnya.

Selain itu, Yin men­gungkap­kan ten­tang pri­hatinya ter­hadap beber­a­pa masyarakat yang kurang proak­tif dalam kegiatan melestarikan dan men­ja­ga kon­disi alam yang ada disekitarnya.

Kadang nanam, terus ada yang tana­man­nya dicabut, ada yang di mana”, imbuh­nya.

Penulis: Dewi Isa
Reporter: Wahyu Fir­man­syah & Dewi Isa
Edi­tor: Musto­fa Ismail