Mahasiswa Baru Universitas Islam Negeri (UIN) Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung (SATU) diresahkan dengan adanya modus penipuan yang terjadi di seluruh grup Whatsapp Madrasah Diniyah (Madin). Kejadian tersebut bermula setelah perkuliahan mulai aktif atau setelah PBAK (8/09/2025) yang dilakukan secara online. Modus penipuan dilakukan oleh oknum yang tidak bertanggungjawab dengan mengatasnamakan dosen UIN SATU Tulungagung. Hal ini tidak hanya terjadi pada tahun ini saja, namun tahun sebelumnya juga pernah terjadi dengan modus yang sama.
Modus yang dilakukan adalah dengan meminta pulsa kartu perdana untuk dikirimkan ke pelaku dengan dalih sedang perjalanan menuju rumah saudara yang baru meninggal. Pernyataan tersebut membuat beberapa grup Madin 2025 ramai. Banyak mahasiswa baru yang bingung adanya permintaan pulsa yang dilakukan oleh pelaku. Selain itu, beberapa mahasiswa baru yang menjadi Penanggungjawab (PJ) juga merasa takut untuk menghubungi dosen.
Kiki, mahasiswa baru jurusan Tadris Bahasa Indonesia mengungkapkan bahwa sempat terjadi kekacauan di dalam grup.
“Di grupnya itu tadi ada kekacauan ya kayak ya orang-orang udah tau kalau itu penipuan gitu, dikiranya memang dari bapak dosennya itu yang seperti itu gitu loh kak nah, kan itu jelas jadi apa ya, kayak miskomunikasi teman saya itu karena dikirannya begitu. Dia jadi tidak berani menghubungi dosennya kan kebetulan pernah menjadi penanggungjawab baru gitu kan. Jadi masih belajar gitu kan dia jadi tidak berani menghubungi dosennya terlibat penipuan begitu deh kak.” Jelas Kiki.
Melihat kejadian tersebut, Syamsun Ni’am selaku Wakil Rektor 3 memberikan penjelasan bahwa pihak kampus tidak mengetahui adanya modus penipuan ini, bahkan belum ada mahasiswa yang melapor ke pihak rektorat.
“Pihak kampus tidak mengetahui. Modus penipuan itu terjadi di semua kalangan pejabat, dosen, sering kali seperti mengatasnamakan kementerian agama, saintek, dan lain-lain. “
Selain itu ia juga memberikan saran, apabila terjadi penipuan yang harus dilakukan adalah klarifikasi, konfirmasi, atau tanya kepada temannya.
Tindak lanjut dari rektorat jika oknum tersebut benar dari mahasiswa UIN maka dari pihak rektorat akan menindak tegas sesuai dengan kode etik. Jika ketahuan bahwa itu dosen UIN maka juga tetap ditindak sesuai dengan kode etik kepegawaian.
“Tindak lanjut setelah mengetahui hal ini kalau itu betul-betul melakukan penipuan terbukti ada korban ada laporan itu ya tentu ada kode etik ya untuk kode etiknya nanti akan kita tegakkan dan ada punishment. Begitu juga dosen-dosen yang kemudian melakukan penipuan, melanggar kode etik kepegawaian itu ada sanksinya tentu lihat apa besar tidaknya kasus penipuan yang dilakukan itu untuk internal ya kalau orang luar melakukan yang menangani bukan kampus, Oh kalau butuh keterangan kampus itu memang ada nggak dosen kalau nggak ada ya otomatis yang mendekatkan kepolisian. “
Kiki berharap adanya bentuk konfirmasi dengan pengurus Madin menyoal grup yang dimasuki oleh Mahasiswa baru. “Harapannya ya tentunya semoga untuk sistem bisa lebih diperbaiki mungkin masuk grubnya tidak semudah itu mungkin ada konfirmasi dulu ke pengurus madin. Harap Kiki
Mahasiswa baru berisinial ZF menanggapi hal tersebut dengan mengabaikannya.
“Tanggapanku kayak gitu mending diabaikan aja sih. Kek aneh ga sih tiba-tiba join grup terus minta pulsa. Kek gitu kenapa gak pribadi aja atau minta ke keluarga yang terdekat.”
Naim menegaskan bahwa kampus UIN SATU tidak bisa memiliki divisi keamanan di ranah online/cyber. Kampus UIN hanya mengandalkan Satpam untuk menjaga keamanan dan ketertiban mahasiswa.
Penulis: Aina Nur
Reporter: Alfi Karima & Aina Nur
Editor: Mustofa Ismail