Dimensipers.com- Senin, 21 Okto­ber 2019, Fakul­tas Ushul­ludin Adab dan Dak­wah (FUAD) Insti­tut Aga­ma Islam Negeri (IAIN) Tulun­ga­gung gelar milad per­dana den­gan tema “Sua Rindu Saudara FUAD”. Milad ini bertem­pat di lapan­gan uta­ma IAIN Tulun­ga­gung. Acaranya dim­u­lai pukul 19.30 WIB sam­pai pukul 23.00 WIB. Tujuan diadakan­nya milad untuk mengumpulkan selu­ruh maha­siswa FUAD dalam satu acara. Selain itu juga bertu­juan untuk men­ge­nang kem­bali budaya FUAD dari gen­erasi ke gen­erasi agar tidak lun­tur dan bahkan dap­at lebih baik lagi.

Jadi yang pen­gen didapet dari tema ini adalah kita berte­mu. Keti­ka kita sudah rindu dalam angkatan 2019, 2018, sam­pai yang sudah tua-tua. Kita nos­tal­gia. Kita meli­hat per­juan­gan kuli­ah kayak gimana, FUAD yang dulu itu kayak gimana. Terus kita lihat budaya-budaya dari FUAD yang dulu. Apa yang sudah diban­gun itu harus kita per­ta­hankan atau kita harus mem­ban­gun lagi budaya yang lebih baik.” Ujar Rico, koor­di­na­tor sek­si acara.

Susunan acara dim­u­lai den­gan penampi­lan dari Lem­ba­ga Semi Otonom (LSO). Dilan­jutkan den­gan pem­bukaan oleh Ket­ua Pelak­sana (Ketu­pel), ket­ua Dewan Ekseku­tif Maha­siswa (DEMA) FUAD, dan dekan FUAD. Sete­lah itu dilan­jutkan istighosah, potong tumpeng, sarase­han, dan ditut­up den­gan makan tumpeng bersama.

Potong tumpeng pada acara Milad Fuad oleh Rezal­di kepa­da Tam­ba (Ket­ua DEMA FUAD)

Sarase­han yang tadi diisi oleh Mas Imam, Mas Kho­sis, Mas Yahya, Mbak Sel­li, dan Mbak Dian. Kita mengin­gat ten­tang seti­ap per­juan­gan dari seti­ap peri­ode yang telah dijalani. Sete­lah itu ada deklarasi LSO, jadi mem­perke­nalkan LSO yang ada di FUAD ini, ada sek­i­taran 5 tadi, ada Al Irfan, Fajrul Ummah, Sas­tra Jen­dra, FUAD Akustik, sama Aksara.” Tam­bah­nya.

Per­ayaan milad hanya beru­pa syuku­ran, sebab adanya beber­a­pa kon­sep yang men­gala­mi peruba­han. Kon­sep yang sebelum­nya dicanangkan adalah pen­gadaan lom­ba fut­sal, debat, dan esai namun tidak ter­lak­sana. Hal terse­but kare­na keti­dak­si­a­pan pani­tia, pen­demi­sion­er­an Sen­at Maha­siswa FUAD, dan bersamaan den­gan per­ayaan Hari Santri Nasional.

Pen­guba­han kon­sep milad juga dipen­garuhi oleh tem­pat pelak­sanaan. Sem­u­la pihak pani­tia sudah meren­canakan pelak­sanaan lom­ba-lom­ba untuk meme­ri­ahkan milad FUAD. Namun tem­pat yang akan digu­nakan tidak dis­e­tu­jui oleh pihak rek­torat. Hal terse­but kare­na digu­nakan untuk pelak­sanaan lom­ba dalam serangka­ian Hari Santri Nasional. 

Sebe­narnya kita sudah meme­san salah satu aula, kemu­di­an dari rek­torat dican­cel sepi­hak dan dialokasikan ke Aula UKM. Sedan­gkan Aula UKM sendiri kan den­gan tem­pat yang segi­tu dan dana yang min­im seper­ti itu per­lu diper­tim­bangkan. Kemu­di­an sound sys­tem, alas, kan memer­lukan biaya tam­ba­han.” Tutur Rezal­di, Ketu­pel milad.

Rezal­di pula men­gungkap­kan terkait pem­bawaan tumpeng per kelas. Dite­gaskan olehnya bah­wa tidak diwa­jibkan, namun dian­jurkan untuk dimakan bersama-sama. Pun tidak harus mem­bawa tumpeng, nasi kotak juga diperkenankan.

Acara ini cukup diapre­si­asi oleh maha­siswa FUAD, hal ini dap­at dil­i­hat den­gan antu­sias salah satu kelas yang kom­pak hadir dalam acara milad. Walaupun dian­jurkan untuk mem­bawa tumpeng dan men­gelu­arkan biaya yang cukup besar tidak menyu­rutkan antu­sias maha­siswa FUAD untuk ikut meme­ri­ahkan milad.

Kelas saya meng­habiskan dana Rp 500 ribu untuk beli tumpeng. Tapi kami tidak keber­atan kare­na meng­gu­nakan uang kas. Dari kelas saya, (teman-teman) san­gat antu­sias. Dari 47 anak yang hadir 30 anak, kare­na (yang tidak hadir) ada kepentin­gan lain.” Ujar Kharis, maha­siswa Psikolo­gi Islam. [] (Nat/Ulm/Frd)