Tulungagung- Dua hari berturut-turut , Senin (03/04/17) s/d Selasa (04/04/16), Unit Kegiatan mahasiswa (UKM) Larantuka (musik, red) dan Sekar Kusir (seni rupa, red) menyelenggarakan festival seni dan budaya di Aula utama IAIN Tulungagung. Selain mahasiswa, festival ini dihadiri banyak seniman dari dalam maupun luar Tulungagung. Festival ini diharapkan mampu menumbuhkan kreativitas dan cinta mahasiswa terhadap seni dan budaya. Festival ini mengusung tema yang filosofis, yakni, “Sedang dalam Nirwana”.
“Tema festival ini adalah “Sedang dalam Nirwana”. Nirwana adalah surga, dan surga merupakan suatu keindahan” sebelum berkarya harus berimajinasi yang indah-indah untuk menghasilkan karya yang indah pula”, ujar ketua umum Larantuka Ahmad Nur Fikri.
Kegiatan seperti ini merupakan kali pertama yang diselenggarakan oleh mahasiswa IAIN Tulungagung. Apalagi kegiatan ini diprakarsai dua UKM cabang seni dan mampu menarik minat seni mahasiswa. Festival ini sebenarnya ingin menggandeng seluruh UKM seni yang ada di IAIN Tulungagung. Namun masih ada beberapa kendala sehingga saat ini masih belum mampu terealisasi. “Kemarin sebenarnya pengen sama UKM Theater juga, tapi kayaknya mereka masih repot. Mungkin next event kami akan menggandeng semua”, ujar Ahmad Nur Fikri lagi di sela-sela kesibukannya ketika di wawancara Selasa malam.
UKM Larantuka maupun Sekar Kusir berusaha menyelenggarakan acara ini dengan sangat matang. Terbukti dari berbagai persiapan yang telah dilakukan. “Persiapan yang dilakukan dari Sekar Kusir sendiri membuat karya sketsa hingga bimbingan dengan para seniman. Sedangkan, dari larantuka itu latihan band, karawitan, gamelan”, kata Syamsu Dhuha panitia dari UKM Sekar kusir.
Acara ini menampilkan kesenian mulai dari tradisional hingga kontemporer. “Banyak kerjasama yang kami lakukan mulai dengan komunitas blues, musik jazz, hip-hop, seniman lukis, komunitas seni tradisional dan sebagainya”, tambah Fikri.
Tidak hanya menyuguhkan pertunjukan seni dan budaya, festival ini juga memberikan edukasi pengetahuan seni. Pada malan pertama, ada workshop tentang alat-alat musik sekaligus pertunjukan perkusi. Pada malam terakhir sebelum penutupan festival ini mengadakan seminar musik yang di isi oleh bapak M. Ridho, MA. Beliau merupakan salah satu dosen seni di IAIN Tulungagung.
Dalam acara ini banyak mahasiswa dan para seniman dari luar Tulungagung yang diundang. Seperti mahasiswa seni dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, Universitas Brawijaya (UB) dan Universitas Malang (UM). Selain mahasiswa, mereka juga mengundang berbagai seniman yang ada di Tulungagung dan luar Tulungagung, salah satunya komunitas seni Dewi Sri.
“Selain mahasiswa IAIN banyak yang kami undang, mulai dari seniman-seniman, teman-teman ISI Yogja, UM, teman-teman UB ya yang insyaalloh malam ini akan hadir”, ujar Fikri.
Di akhir acara sebelum penutup, di putarkan video dokumentasi berdurasi 30 menit. Video ini mendokumentasi persiapan panitia mulai awal hingga terselenggaranya festival. Tentu ini merupakan bentuk apresiasi terhadap panitia yang telah menyukseskan festival tersebut.
Kedepannya festival ini diharapkan menjadi kegiatan rutin setiap tahun. Tidak hanya dua UKM yang bekerjasama namun berusaha menggandeng seluruh UKM seni yang ada di IAIN Tulungagung. “Harapannya ke depan mampu mengajak seluruh UKM seni di IAIN untuk membuat event seperti ini”, ujar Fikri menutup wawancaranya dengan crew Dimensi. []
-