src: http://i.ytimg.com/vi/MSVTZSa4oSg/sddefault.jpg

The mahuzes, film doku­menter ini berdurasi 1 jam lebih 25 menit diliris 28 agus­tus 2015 oleh Watch­doc image.

Mencer­i­takan upaya raky­at Malind Deq yang mem­per­ta­hankan tanah mar­ga mere­ka di Mer­auke, tepat­nya Dis­trik Mult­i­ng. Film ini men­jabarkan bah­wa Papua akan dijadikan seba­gai lum­bung pan­gan dan ener­gi dunia berba­sis perusa­haan (indus­tri). Proyek ini dise­but Mer­auke Intre­grat­ed Food and Ener­gy Estate (MIFEE).


Dis­trik Kurik (Mer­auke) 10 mei 2015, Pres­i­den Joko Wido­do men­gun­jun­gi sawah milik PT Pera­ma Pan­gan Papua (Grup Med­co) den­gan luas 300 Ha. Pres­i­den men­gatakan bah­wa tanah di Papua berjum­lah 1,2 juta Ha dim­i­li­ki oleh raky­at den­gan tar­get 3 tahun. Jika tanah itu dijadikan area per­sawa­han, banyak investor yang akan berin­ves­tasi. Negara akan mem­beri BUMN den­gan mem­bawa uang, trak­tor, maupun benih.
Film ini mencer­i­takan ten­tang orang-orang Malind Deq yang mem­per­ta­hankan tanah meng­hadapi perusa­haan kela­pa saw­it. Den­gan luas tanah yang dire­butkan 200.000 Ha. Seti­ap kepala suku sep­a­kat mem­per­ta­hankan tanah­nya dari investor. Peri­s­ti­wa ini mem­bu­at para suku adat men­gadakan rit­u­al per­dama­ian antar-mar­ga ten­tang batas tanah adat.
Ham­paran hutan yang ter­ben­tang tidak lagi men­ja­di milik raky­at. Hak kepemi­likan atas tanah terse­but sudah dim­i­lik PT. Agripri­ma Cip­ta Per­sa­da (ACP) AMS Plan­ta­tion (Grup Ganda).
Upaya raky­at untuk mem­per­ta­hankan tanah mar­ga mere­ka patut mem­per­oleh antu­si­asme. Mulai den­gan rap­at yang harus berko­r­ban wak­tu untuk meng­ga­pai tujuan. Bahkan ibu-ibu ikut antu­sias, kare­na yang mere­ka fikirkan bukan untuk sekarang saja melainkan untuk kede­pan­nya. Fiki­ran mere­ka adalah bagaimana kon­disi anak cucu nan­ti­nya. Jika semua tanah milik raky­at dijadikan perusa­haan, hutan yang men­ja­di sum­ber pan­gan mere­ka sudah men­ja­di area indrus­tri. Apa hanya men­gan­dalkan sawah? Apakah makanan pokok mere­ka hanya beras?
Mere­ka juga berbu­ru di hutan, jika hutan sudah tak ada lagi bagaimana nasib mere­ka? Bahkan anak cucu mere­ka tak akan tahu jenis hewan yang penah ada di hutan terse­but. Apa den­gan datang ke kebun binatang? Apa hanya meli­hat dari gam­bar saja? Sung­guh banyak hal yang difikirkan raky­at mer­auke. Ser­ta juga men­ja­di tugas kita.
Semua tanah di hutan ini milik investor, lalu kita mau kem­ana? Investor di perusa­haan tidak per­nah sosial­isasi terkait perusa­haan­nya kepa­da war­ga. Bagia­mana kita akan menyetu­juinya? Perusa­haan mem­berikan pajak 20% kepa­da negara, lalu kita men­da­p­atkan apa?
Upaya orang-orang Mahuze untuk tetap mem­per­ta­hankan tanah­nya seper­ti mem­bu­at palang di jalan masuk trak­tor yang bertuliskan “HENTIKAN INTIMIDASI PERAMPASAN TANAH KAMI”. Sete­lah peri­s­ti­wa ini, orang Mahuze men­datan­gi PT. ACP untuk menun­tut pen­je­lasan. Dalam perte­muan 22 juni 2015 terungkap semua prak­tik pen­guasaan tanah tan­pa per­se­tu­juan selu­ruh anggota marga.
30 juni 2015, 8 hari sete­lah kesep­a­katan den­gan PT. ACP bah­wasanya perusa­haan tetap melakukan opera­sion­al. Orang Mahuze mela­porkan PT. ACP atas kasus penyer­o­b­ot­an tanah dan pen­grusakan hutan adat. Polsek Mut­ing (Mer­auke) mener­i­ma lapotan terse­but, tetapi tidak memu­at beri­ta acara pen­gad­u­an perkara.
Dimanakah hak raky­at? Apakah mere­ka tak berhak untuk hidup sejahtera den­gan alam mere­ka sendiri? Bagaimana per­an negara yang seharus­nya men­gay­o­mi rakyatnya?

Negara mem­pun­yai fungsi melin­dun­gi sege­nap bangsa Indone­sia dan juga men­gusa­hakan kese­jahter­aan masyarakat. Jika kita mema­ha­mi film ini, mere­ka tidak akan sejahtera den­gan adanya proyek terse­but. Pemer­in­tah hanya memikirkan keun­tun­gan dari sebuah proyek tan­pa memikirkan kesejahteraan.

-