
Judul Buku : Sejarah Tuhan: Kisah Pencarian Tuhan yang Dilakukan oleh Orang-orang Yahudi
Judul Asli : A History of God: 4000 Years Quest of Judaism, Christianty, and Islam
Penulis : Karen Armstrong
Penerjemah : Zainul Am.
Penerbit : Mizan
Membaca judulnya, sejarah Tuhan, langsung terbayang pertanyaan apakah Tuhan juga seperti manusia memiliki sejarah? Meskipun begitu, memang benar “Tuhan” menjadi istilah yang tetap menarik untuk dibahas sepanjang kehidupan manusia. Konsepnya terus menerus berputar-putar di kepala manusia dari sejak awal manusia bisa berpikir. Keberadaanya terus diperdebatkan, seperti bagaimana konsep-Nya, wujud-Nya, kemampuan-Nya, dan segala hal berkaitan dengan-Nya. Hal inilah yang ambil oleh Karen Armstrong dan di angkat dalam bukunya “Sejarah Tuhan”.
Karen Armstrong adalah seorang penulis, pengarang, dan feminis. Masa mudanya habis sebagai seorang biarawati dari Ordo Society of Holy Child Jesus. Sesudah itu, dirinya dikirim untuk melanjutkan studi sarjana dan master di Universitas Oxford jurusan sastra dan sejarah Inggris. Sesudah itu Karen Amstrong mengajar di Universitas London, sembari menempuh program studi inilah ia memutuskan keluar dari ordonya dan menjadi penulis beberapa buku tentang kehidupannya yang dibatasi dan terkekang dalam gereja. Dirinya juga melanjutkan penelitiannya tentang studi agama-agama, terutama tiga agama samawi; Yahudi, Kristen, dan Islam.
Buku Sejarah Tuhan tersusun ke dalam sebelas bab, di awali dari Bab I: pada mulanya, Bab II: Tuhan Yang Satu, Bab III: Cahaya Bagi Kaum Non-Yahudi, Bab IV: Trinitas: Tuhan Kristen, Bab V: Keesaan: Tuhan Islam, Bab VI: Tuhan Para Filosof, Bab VII: Tuhan Kaum Mistik, Bab VIII: Tuhan Bagi Para Reformis, Bab IX: Pencerahan, Bab X: Kematian Tuhan?, Bab XI: Adakah Masa Depan Bagi Tuhan? Urutan keseluruhan bab pada buku ini menjelaskan perkembangan konsep tentang Tuhan. Tentu Tuhan di sini adalah Tuhan-Tuhan agama besar dunia.
Berbeda dengan konsep Tuhan yang evolutif, akan kita temukan pada bab pertama, sang penulis mencoba menjelaskan bahwa kepercayaan akan adanya satu Tuhan adalah konsep pertama manusia tentang Tuhan. Tapi konsep yang juga disebut monoteisme ini memiliki banyak versi, disesuaikan konteks dan wilayah. Seperti di suatu wilayah dapat disebut sebagai konsep “Tuhan Tertinggi” atau “Dewa Langit”, menguasai Tuhan-tuhan lainnya. Seperti yang terdapat pada bangsa Yahudi, dikenal dengan sebutan Yahweh menjadi penguasa bagi seluruh Tuhan. Selanjutnya penjelasan tentang Yahweh beserta bagaimana terbentuknya kepercayaan Yahudi dikemukakan dengan sangat gamblang pada bab kedua, dimulai dari kejadian penampakan sosok “Tuhan” oleh Yesaya di singgasana sebuah kuil hingga keadaan bangsa Yahudi bertahun-tahun setelahnya.
Bab ketiga dan keempat menjelaskan konsep Tuhan di tempat lain, masih berkaitan dengan bab kedua, bercerita tentang sejarah kepercayaan Kristen dan perubahan konsep Tuhan. Jika bab kedua menjelaskan kemunculan agama Kristen dan Yesus hanya dianggap sebagai manusia mulia yang membawa risalah Tuhan, maka pada bab keempat dijelaskan kronologi berubahnya keyakinan Tuhan kristiani pada awal abad keempat. Bahwa perubahan ini disebutkan bermula dari motif politik Kaisar Konstantin untuk melanggengkan kekuasaannya dengan menyelenggarakan Konisili Nicea. Dalam pertemuan tersebut para Uskup dari berbagai penjuru berkumpul untuk bersepakat tentang Trinitas, dosa waris, kewenangan gereja, dan dogma-dogma lainnya. Kesepakatan-kesepakatan tersebut selanjutnya menjadi ajaran utama kepercayaan kristiani dan menghapuskan kepercayaan aslinya.
Berlanjut pembahasan buku ini pada Islam. Ketauhidan Islam dibahas pada bab kelima, bermula dari proses turunnya wahyu pertama di Gua Hira melalui malaikat Jibril, penulis menceritakan kronologi masuknya ajaran baru ini ke masyarakat Mekkah. Amstrong menjelaskan bagaimana agama baru ini penuh dengan rasionalitas, membedakannya dengan agama-agama sebelumnya, mengubah masyarakat jahiliyah menjadi pusat peradaban baru di dunia.
Tiga bab berikutnya mendudukan berbagai pandangan tokoh atau sekte tentang Tuhan, terbagi ke dalam tiga kategori, filosof, mistikus, dan reformis. Berlanjut pada bab keenam tentang konsep Tuhan bagi para filosof terutama para filosof Islam ketika Peradaban Arab dengan kekuatan Islam mulai bersinggungan dengan sains dan filsafat Yunani. Pada bab ini dijelaskanlah konsep Tuhan oleh Al-Kindi, Ar-Razi, Al-Farabi, Ibnu Sina, dan banyak filosof muslim lain. Bab ketujuh berisi konsep Tuhan yang telah dipersonalisasi beberapa sekte Yudaisme, Kristen, dan kadar relatif sedikit dalam Islam. Pembahasan tentang bagaimana Tuhan tibalah pada bab kedelapan, membahas konsep Tuhan yang tren pada abad kelima belas dan enam belas khususnya di Eropa. Rekonstruksi konsep Tuhan di Eropa mampu membangkitkan peradaban Eropa dari keterpurukannya dan menggantikan peradaban Islam.
Pada bab kesembilan, penulis masih berkutat bagaimana konsep tentang Tuhan di Eropa terus mengalami proses evolusi, dimana keberadaan-Nya semakin kabur seiring perkembangan rasionalitas di Eropa, ditambah munculnya berbagai penemuan teknologi setelah abad keenambelas. Dijelaskan makin kuat tren hilangnya Tuhan di Eropa dapat ditemukan di bab kesepuluh dengan berbagai faham ketiadaan Tuhan yang merebak di Eropa. Disokong dengan berbagai macam dalil revolusioner seperti “Tuhan adalah candu masyarakat”, “Tuhan telah mati”, dan “Sekiranya bila Tuhan belum mati, maka tugas bagi manusia yang rasional dan teremansipasi adalah membunuhnya”.
Pada bab terakhir, akan tampak sekali pandangan seorang agamawan, penulis menjelaskan bahwa konsep Ateisme dengan berbagai varianya, bukan solusi bagi kehidupan. Menurut Armstrong dibuktikan dengan makin banyaknya permasalahan di muka bumi seperti munculnya wabah penyakit Human Immunodeficiency Virus (HIV), perang yang berkecamuk, dsb.
Buku ini layak menjadi buku referensi, terutama bagi pembaca yang menggeluti bidang perbandingan agama. Berbagai penjelasan dalam buku ini sangat masuk akal untuk memahami Tuhan di agama-agama dunia. Selain itu, buku ini juga disokong dengan kuat oleh referensi yang lengkap. Tapi bagi saya, membacanya seperti membaca buku dakwah. Bagaimanapun agama adalah ruang intim bagi tiap manusia, pelembagaanya hanya membuat agama tampak hitam dan putih, berkutat di ruang benar dan salah. Selain itu masalah yang disuguhkan merupakan masalah yang terjadi di Eropa dan belum tentu dapat dijadikan kerangka pikir di tempat lain. Seperti biasa, Blibical World yang meminggirkan keberadaan agama lokal.
Penulis: Fitria Rizka Nabelia
Editor: Rifqi Ihza F.
- Penulis adalah Mahasiswa Semester 6 Jurusan Aqidah dan Filsafat Islam (AFI) IAIN Tulungagung.
Seorang yang tertarik pada isu-isu Perempuan Lokal dan Tradisi. Sekarang tengah berproses dalam aktivitas menulis dan membaca di Institute for Javanese Islam Research (IJIR).