Dimensipers.com 21/10. Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Komunikasi dan Penyiaran Islam (KPI) Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung menggelar Pelatihan Public Speaking dan Broadcasting. Pelatihan Public Speaking dan Broadcasting berlangsung pada Sabtu dan Minggu (14–15/10/2016) dan dimulai pukul 08.00 WIB. Bertempat di gedung Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) lantai tiga. Acara ini mengusung tema ‘Meningkatkan Sumber Daya Manusia Era Digitalisasi Global’.
Acara dibuka dengan sambutan ketua pelaksana acara dan ketua HMJ KPI.
“Tujuannya di sini yaitu bagaimana kita sebagai generasi penerus bangsa sebagai masyarakat yang mengkonsumsi media bagaimana kita cerdas dan bagaimana kita menyikapi media itu yang mana media itu memberikan kita informasi yang terkadang itu tumpang tindih atau simpang siur dari media satu dan media lainnya.” Ujar Regita selaku Ketua HMJ KPI.
HMJ KPI mendatangkan wartawan JTV yaitu Muhammad Imron sebagai pemateri dalam pelatihan ini.
“Saya nanti akan menjelaskan secara global bahwa di era digital tantangan dunia media ini seperti apa. Karena backround saya jurnalis, maka saya akan membahas sedikit terkait dengan postingan berita dan pemberitaan.” Ujar Muhammad Imron.
Diawali dengan sedikit pembicaraan mengenai sejarah media informasi. Dulu tekonologi tidak secanggih saat ini. Seperti TV, dulu tampilan layar TV hitam putih dan masih analog. TV muncul pada akhir abad 19 atau pasca perang dunia pertama. Sedangkan internet yang saat ini merajai dunia muncul pada tahun 1969. Pada saat terjadinya perang antara Amerika Serikat dengan Jepang. Penemu internet adalah orang Amerika.
Sedangkan penemu website adalah orang Inggris pada tahun 1996, sebelum reformasi terjadi di negara Indonesia. Ketika website muncul berbagai media online pun merebak. Salah satunya yaitu detik.com. Pada zaman reformasi, kekebebasan pers dan kebebasan orang untuk berpendapat muncul. Sehingga media baik media cetak maupun elektronik menjamur. Secara kuantitas memang banyak, namun secara kualitas justru dipertanyakan. Setelah Habibie menjabat sebagai presiden selama dua tahun, media harus mempunyai Surat Izin Usaha (SIU).
Di era millenium ini, seseorang sangat mudah untuk mengakses sesuatu. Bahkan dunia seperti dalam genggaman. Semua bisa diakses lewat android. Banyak sekali informasi yang bisa dicari. Era digital menuntut untuk serba cepat. Baik informasi dan teknologi, lalu bagaimana memanfaatkan teknologi itu. Saat ini untuk mengaspirasikan suara atau pemikiran kita dengan menggunakan website sangat mudah. Mengingat saat ini seseorang bebas berpendapat.
Di suatu media online sebut saja X, dalam sehari dituntut untuk mengirim delapan berita. Namun saat data belum lengkap, berita sudah diposting oleh sang redaktur. Kemudian setelah mencari narasumber, berita baru diposting lagi. Jadi satu berita bisa menjadi delapan namun berita itu terpecah-pecah.
“Apalagi informasi-informasi sekarang yang masih tanda kutip secara kebenarannya secara keabsahannya ini dikonfirmasi atau tidak ini masih dipertanyakan. Kalau saya sebagai wartawan JTV itu sehari hanya dituntut wajib mengirimkan dua berita.” Imbuh Imron.
Kemudian masyarakat terburu-buru dan langsung menyebarkan berita tersebut. Terkadang pula ada media online mempositng suatu berita dengan judul yang sangat menarik. Namun ternyata ada ketidaksesuaian antara judul dan isi berita. Berita semacam itu dapat menimbulkan permasalahan dan kontroversi. Oleh karena itu masyarakat harus dapat membedakan suatu berita itu hoax atau tidak. Keabsahan atau kebenaran kebanyakan berita online masih dipertanyakan. Seakan-akan berita hoax sudah menjadi makanan sehar-hari setiap membuka media sosial
Dalam acara pemateri membagikan pengalamannya dalam melakukan penyiaran di radio dan televisi. Diimbuhi dengan pelatihan dari pihak panitia mengenai teknik merekam. Kendala dalam acara ini yaitu karena masih sedikit dosen yang mumpuni terkait penyiaran, sehingga panitia mendatangkan pemateri dari luar.
“Harapannya untuk penyiaran di Indonesia semoga semakin bagus, khususnya ketika mahasiswa KPI sendiri. Melihat penyiaran yang ada di indonesia sangat was-was, tragis, dan merasa kasihan dengan media yang sekarang. Media penyiaran pada masa sekarang ini lebih mementingkan keuangan atau finansial atau keuntungan pribadi dari media tersebut.” Ujar Novita selaku ketua pelaksana acara.
“Sebenarnya acara ini itu bagus, berbobot, cuman ada yang kurang. Antusias dari pesertanya yang kurang. Harapannya lebih ditingkatkan lagi terutama dari segi pesertanya.” Ujar Ika Cahya selaku peserta.