Pemilu Raya (Pemira) Presiden dan Wakil Presiden Mahasiswa IAIN Tulungagung 2018–2019 akan diselenggarakan pada tanggal 7 Juni 2018. Serangkaian kegiatan dilaksanakan guna memeriahkan pesta demokrasi mahasiswa di kampus dakwah dan peradaban ini. Mulai dari masa kampanye yang dilaksanakan tanggal 1–5 Juni, kemudian tanggal 6 Juni sebagai hari tenang (berakhirnya kampanye), dan terakhir 7 Juni didapuk sebagai hari Pemira 2018.
Terdapat dua pasangan calon (paslon) yang maju untuk memperebutkan kursi nomor satu dalam tataran mahasiswa IAIN Tulungagung. Ibrahim Kholil Majid bersama Harun maju dengan nomor urut 1, sedangkan nomor urut 2 ditempati oleh Mohamad Dzaky Sarofi bersama Moh. Ikhsan Kholid.
Untuk kampanye sendiri dilaksanakan melalui dua tahap. Pertama kampanye monologis, yaitu kampanye yang dilakukan melalui penyebaran pamflet, banner, dan berbagai media lainnya. Kedua kampanye dialogis, yaitu kampanye yang dilakukan melalui tanya jawab langsung antara paslon dan masyarakat kampus. Dalam jadwal yang telah dibuat Komisi Pemilihan Umum Mahasiswa (KPUM), kampanye dialogis dilaksanakan tanggal 5 Juni 2018 pukul 09.00. Pada tanggal yang sama, Senat Mahasiswa Fakultas Ushuludin Adab dan Dakwah (SEMA FUAD) juga akan mengadakan sarasehan bersama Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) pada sore harinya.
Suasana kampanye mulai terasa sejak hari pertama (01/06). Meski hari tersebut merupakan tanggal merah, namun setiap paslon mulai menyebarkan pamflet-pamflet digital melalui media sosial. Sedang untuk pamfet cetak dan banner baru terpasang di lingkungan kampus pada hari Senin (04/06). Selain pemasangan pamflet dan banner, juga terdapat beberapa tim sukses (timses) paslon yang menyebar ke kelas-kelas guna membagikan stiker bergambar paslon tertentu.
Di balik akan dilaksanakannya pesta demokrasi dalam kampus, ternyata tidak semua mahasiswa mengetahuinya. Seperti yang diungkapkan WI, mahasiswa semester 2 dari jurusan Tadris Bahasa Indonesia. “Tidak sama sekali, tidak ada desas-desus diadakannya Pemira saya rasa. Sejauh ini saya belum tahu kalau akan ada Pemira di tanggal-tanggal ini.” Ungkapnya.
Pelaksanaan Pemira yang mendekati libur semester atau hari tidak efektif juga dirasa akan menjadi polemik. Mengingat dari tahun ke tahun pelaksanaannya selalu seperi itu. Meski dalam kalender akademis Ujian Akhir Semester (UAS) terakhir jatuh pada 13 Juni 2018, setiap fakultas dan dosen membuat kebijakan tersendiri sehingga pelaksanaan UAS dapat dimajukan dan segera libur. Menyoal tanggal-tanggal tersebut telah mendekati hari Raya Idul Fitri. Dengan demikian kemungkinan besar pada hari pemilihan hanya ada segelintir mahasiswa yang masih berada di kampus. Sebagian besar lainnya dimungkinkan lebih memilih pulang kampung.
“Kurang efektif sekali, karena pemilihan waktu Pemira yang tidak tepat, besar kemungkinan mahasiswa banyak yang golput, pun ini juga sudah mendekati lebaran, jadi tidak ada alasan untuk mereka masih menetap di kos. Bagaimanapun juga mereka pengen cepat-cepat pulang dan berkumpul dengan keluarga di rumah.” Ujar WI.
“(KPU ‚red) bisa datang ke kelas-kelas yang masih ada (mahasiswanya ‚red), kasihlah sosialisasi di kelas itu. Ya sekalian biar mereka tahu oh ini to KPU, oh ini to anggota-anggota SEMA, oh itu to anggota –anggota DEMA‑I. Gimana cara mereka bisa meyakinkan bahwa hak suara itu penting.” Ujar IS, mahasiswa semester 6 dari FUAD.
Terkait waktu pelaksanaan pemira, Rohmat selaku ketua KPUM mengklarifikasi hal tersebut. “Untuk tahun ini juga kenapa Pemira dilaksanakan tanggal 7 itu juga saya koordinasi dengan Bapak Warek 3. Jadi itu bukan otoritas keputusan saya.” Ujarnya dalam acara sarasehan SEMA FUAD. Rohmat juga menambahkan bahwa dalam kalender akademik untuk tanggal tersebut masih hari aktif perkuliahan. “ Jadi ini masih berstatus perkuliahan aktif untuk Pemira tahun ini. Akan tetapi dari setiap fakultas masing-masing atau dosen-dosen ada yang memajukan UAS-nya. Dari fakultas FITK, FUAD, FASIH maupun FEBI. Lha, di situlah letak kerancuan untuk tahun ini.” Tambahnya.
Menurut Rohmat menyoal Pemira dari tahun ke tahun selalu dilaksanakan di hari tidak efektif, itu karena regulasi kampus belum tertata. Jika sudah tertata maka semua pemilihan terletak di awal tahun.
Berbicara tentang problematika Pemira 2018, tak cukup pada waktu pelaksanaannya. Rencana diadakannya kampanye dialogis pun gagal terlaksana. Dalam jadwal yang telah dibuat KPUM, kampanye dialogis akan dilaksanakan Selasa, 5 Juni 2018 pukul 09.00 di depan gedung Arif Mustaqim di bawah pohon rindang. Sejak Senin sore (04/06) sudah didirikan sebuah panggung mini di tempat tersebut. Bahkan pada Selasa pagi terlihat beberapa panitia mempersiapkan podium dan beberapa kursi di depan panggung. Namun setelah dinanti-nanti hingga siang harinya, kampanye dialogis tersebut tak kunjung dimulai.
Sempat muncul isu bahwa kampanye dialogis akan dilaksanakan bersamaan dengan sarasehan yang akan diselenggarakan oleh SEMA FUAD. “Dari pagi sudah on time dari paslon, khususnya paslon 2 sudah siap. Ternyata ditunggu kok nggak ada pemberitahuan sampai setengah 10, setengah 11 itu tadi. Tahu-tahunya itu tadi ada pemberitahuan itu tadi kemudian ini tadi suruh apa kembali ke sini untuk persiapan sarasehan plus yang katanya gabung dijadikan satu itu tadi. Ada kemungkinan dijadikan satu, ada kemungkinan masih sendiri-sendiri, belum tahu kepastiannya.” Ungkap Dzaky.
Dzaky juga mengungkapkan kekecewaannya mengenai ketidakpastian atau gagalnya pelaksanaan kampanye dialogis ini. “Dari paslon dua pribadi itu agak kecewa karena sudah persiapan , tadi malam juga sudah ada pembahasan mengenai kampanye dialogis nantinya seperti apa, tapi tidak ada pemberitahuan sebelumnya.” Ujarnya.
Menindaklanjuti hal tersebut Rohmat kembali bersuara, “Ada sedikit permasalahan atau miss komunikasi. Sebenarnya sudah siap semuanya akan tetapi ada beberapa kesalahan itu membuat semua itu semua berantakan , begitu. Ini tidak disengaja sebenarnya. Saya tadi juga sangat menyesalkan terkait hal itu. Akan tetapi kan gini aja kalau begitu ya udah nanti sore semuanya temen-temen diajak suruh ke FUAD.” Jelasnya.
Acara sarasehan SEMA FUAD dimulai pukul 15.50, sedikit molor dari jadwal yang telah direncanakan. Acara sarasehan ini merupakan inisiatif dari SEMA FUAD sendiri dalam rangka menyemarakkan Pemira. “Tujuan dari sarasehan salah satunya untuk mengenalkan agar (mahasiswa ‚red) FUAD itu tahu calonnya. Terus tujuan keduanya untuk menyemarakkan acara Pemilu ini.” Ungkap Ari (nama samaran) selaku anggota SEMA FUAD. Jika dilihat dari jumlah mahasiswa yang datang ke sarasehan ini, maka bisa diketahui hanya segelintir mahasiswa yang antusias. Hal ini tentu saja berbanding terbalik dengan jumlah mahasiswa IAIN Tulungagung yang mencapai angka di atas sepuluh ribu mahasiswa. Pertanyaannya, sudahkah pemira 2018 ini mewakili suara mahasiswa?
[Ap, Nz]