Pengenalan Budaya Akademik dan Kemahasiswaan (PBAK) UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung yang diselenggarakan pada 16–17 Agustus 2023 melibatkan 4.545 mahasiswa baru. Dengan mengusung tema “Abdi Bumi Gayatri Penggerak Intelektual Negeri”, tema kali ini diharapkan dapat menjadikan mahasiswa baru sebagai roda penggerak intelektual.
“..tema kali ini menyatakan bahwasanya kita tengah mengabdikan diri. Abdi diartikan sebagai mengabdi atau mengabdikan diri di bumi Gayatri, bumi Tulungagung. Dengan kita berkuliah ataupun menempuh pendidikan di bumi Gayatri Tulungagung, harapannya kita semua terlebih maba bisa menggerakkan intelektual di negeri kita. Kami juga mengutip dari sejarah memang dulunya di bumi Gayatri Tulungagung ini, dulunya adalah bumi intelektual.” Jelas Zahwa selaku Ketua Pelaksana PBAK U.
Sewaktu pembukaan PBAK pada hari pertama, mahasiswa baru disuguhkan dengan penyambutan Rektor UIN SATU Tulungagung yang diiringi penampilan reog kendang. Acara diteruskan dengan sapa mahasiswa dan flashmob yang dipandu oleh MC (master of ceremony). Selepas acara seremonial, kegiatan disambung dengan pemberian materi PBAK kepada mahasiswa baru sampai pukul delapan malam.
Sedangkan untuk hari kedua yang bertepatan dengan HUT RI ke 78, seluruh civitas academica beserta mahasiswa baru turut melangsungkan upacara bendera. Selanjutnya kegiatan beralih dengan melakukan pembentangan lukisan kaligrafi Asmaul Husna sepanjang 1.502,8 meter untuk pencatatan rekor muri.
Selama pra PBAK hingga PBAK, setiap mahasiswa baru diwajibkan melakukan persyaratan yang telah ditentukan melalui petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis (Juklak/Juknis). Hel tersebut meliputi pembawaan kuas lukis dengan merk sama untuk melukis karya lukisan rekor muri, jenis pakaian yang dikenakan selama dua hari, hingga menyiapkan bekal makanan dengan tidak memakai wadah plastik sekali pakai turut menjadi persyaratan yang harus dipenuhi.
Dari tahun ke tahun, jenis makanan untuk mahasiswa baru dikemas dalam sebuah teka-teki yang harus dipecahkan. Meskipun menjadi sebuah kewajiban, membawa bekal dan menyesuaikan jenis bekal makanan ternyata tidak dilakukan oleh seluruh mahasiswa baru.
Seperti Jodi (bukan nama sebenarnya) maba program studi Psikologi Islam mengatakan bahwa dirinya tidak membawa bekal melainkan ia membeli dan memakannya di luar kampus.
“..kalau saya beli sendiri, cuma lima ribu, langsung saya makan disana – ngga saya bawa kesini.”
Kejadian tersebut memicu keluhan dari mahasiswa baru. Rifki salah satu mahasiswa dari program studi Aqidah dan Filsafat Islam mengatakan bawa dirinya juga menemui temannya yang tidak membawa bekal makanan sesuai dengan peraturan, dan tidak dipermasalahkan oleh panitia. Ia menambahkan daripada buang-buang uang dan waktu untuk memesan katering, lebih baik tidak diberi ketentuan seperti itu.
“…ada kaya temanku juga tau kan disuruh bawa nasi yang ditentukan, tapi dia bawa nasi pecel di kertas ya nggak apa-apa. Ya, kan kami expectnya kalau ada juknis kayak gitu pastinya dari kampus ada pengecekan, ternyata nggak ada, nggak jelas sama sekali. Itu bikin kami buang waktu dan buang uang, mending nggak usah dikasih ketentuan aja.” Ucap Rifki.
Senada dengan Rifki, Abas salah satu mahasiswa dari Bimbingan Konseling Islam mengungkapkan bahwa dirinya merasa rugi karena telah mengeluarkan biaya untuk memesan katering demi melengkapi ketentuan PBAK U.
“…kalau tau kayak begitu acarannya mending beli aja diluar daripada katering. Ya mohon maap dari 85.000 itu soalnya cuma 2 kali dapat makan.”
Menanggapi hal tersebut, Zahwa selaku ketua pelaksana PBAK 2023 mengatakan bahwa pihaknya masih kali ini mengetahui jika ada mahasiswa baru yang membawa bekal tidak sesuai dengan aturan yang ada. Bahkan sebagian maba memilih untuk makan diluar. Ia mengatakan jika pihaknya memang tidak melakukan pengecekan. Zahwa juga menambahkan jika pengecekan tidak dilakukan karena kondisi dari mahasiswa baru yang bersikap terburu-buru.
“..baru kali ini dengar teman-teman maba yang nggak bawa bekal atau sing bawa bekal, tapi ndak sesuai juklak juknisnya. Untuk pengecekan, di awal iku emang nggak ada, soalnya kan cepet-cepet, kemarin aja tgl 16 itu, maba masuk jam 5 kurang. Soalnya maba kan gopoh, makanya jam 5 seperempat itu jalan raya tirto ke utara sudah ramai.”
Penggunaan wadah bekal dan botol yang bukan sekali pakai oleh panitia ditujukan sebagai upaya antisipasi adanya sampah yang membludak seperti tahun kemarin. “Kami melakukan evaluasi dari pbak di tahun lalu. Kalau di tahun lalu kita menggunakan besek, jadi untuk mengantisipasi adanya sampah, kami menggunakan wadah atau bekal makan.” Jelas Zahwa.
Sekalipun begitu adanya persyaratan pembawaan bekal sedemikan rupa tetap tidak dapat menekan adanya sampah yang masih ditemui pada beberapa titik lokasi PBAK U. Sampah yang sengaja ditinggalkan selanjutnya dibersihkan oleh petugas kebersihan UIN SATU.
Bukan hanya perihal pembawaan bekal, kegiatan yang berlangsung selama dua hari berturut-turut ini juga menuai keluhan lain dari beberapa mahasiswa baru. Muhammad Rohisul dari prodi Manajemen Pendidikan Islam mengeluhkan pelaksaan PBAK yang tak tepat waktu berimbas pada terbatasnya jam istirahat. “..kegiatannya ga tepat waktu, istirahat jadi terbatas.” Terangnya.
Nikmatul Mahmudah mahasiswa prodi Ilmu Alquran dan Tafsir juga menimpali hal serupa bahwa PBAK dinilai terlalu molor. “Waktunya terlalu molor, ngga tepat waktu, katanya kami harus cepat-cepat, ayo gini dan begitu tapi malah seperti ini.”
Lebih dari itu adapula mahasiswa baru yang mengaku harus berdesak-desakan selama PBAK. “..panas, gerah, desak-desakan, pas masuk kampus, pas materi juga.” Ujar Ahmad mahasiswa prodi Hukum Tata Negara.
Penulis: Lulu
Reporter: Tika, Lulu, Silvi, Fatra
Editor: Vidya