Dimensipers.com – (13/9) Kegiatan Diskusi Senin Sore (Disensor) LPM Dimensi kembali digelar setelah libur semester. Kegiatan rutin dilaksanakan dengan tema “#2019GantiPresiden” mengunakan analisis wacana kritis dari Van Dijk.
Munculnya gerakan #2019GantiPresiden tidak luput dari perhatian kaum jurnalis kampus IAIN Tulungagung. Mengingat pentingnya sikap kritis bagi kaum jurnalis terhadap suatu wacana.
Gerakan yang telah cukup lama viral ini menyita perhatian publik. Berbagai kalangan telah banyak yang berusaha menginterpretasikan makna dibalik statement #2019GantiPresiden.
Dalam diskusi kali ini, Mohammad Baha’udin selaku pemantik, mengajak kru Dimensi untuk mengkritisi statement #2019GantiPresiden menggunakan analisis Van Dijk. Diskusi mengarah pada pencarian makna dan tujuan apa yang terkandung dalam statement serta membedah tulisan yang mengunakan hastag tersebut. Misalnya dari media sosial, pemberitan daring, dan media cetak.
Beberapa kru berasumsi mengenai tujuan dari kemunculan statement #2019GantiPresiden. Mulai dari praduga bahwa masyarakat ingin presidennya ganti karena tidak puas dengan kinerja selama lima tahun ini, adanya kebijakan yang gagal, adanya strategi politik, persaingan politik, hingga asumsi adanya konstruk sosial untuk golongan yang berkepentingan. Kesemua asumsi mengarah kepada adanya kepentingan di dalam kemunculan teks tersebut. Dengan kata lain, suatu teks itu dimunculkan tidak serta merta begitu adanya, akan tetapi pasti ada kepentingan di dalamnya. Ada maksud tertentu yang tidak diungkapkan secara langsung, agar pembaca menyimpulkan sendiri makna suatu teks tersebut.
Setidaknya telah ada dua media mainstream yang memberitakan soal tagar #2019GantiPresiden yakni Tempo.co dan Rmol.co, kedua media tersebut memberitakan hal yang sama, namun dibenturkan dengan sudut pandang berbeda. Tempo memberitakan bahwa tujuan di balik munculnya tagar ini adalah adanya kepentingan politik. Sedangkan Rmol.co memberitakan bahwa tujuan di balik kemunculan tagar tersebut adalah berkaitan dengan faktor keagamaan yang menghendaki perubahan sistem kenegaraan.
Argumentasi yang dilansir Rmol, didukung oleh pemberitan di tirto.co. Dalam lansiranya Mardani mengungkapkan bahwa esensi dari gerakan #2019GantiPresiden lebih pada sebagai “wake up call” bagi umat Islam di Indonesia.
Perbedaan interpretasi antara dua media mainstream tersebut disebabkan oleh kepentingan masing-masing media yang berbeda. Kepentingan yang bisa jadi adalah suatu keberpihakan ataupun hanya berusaha mencari sensasi.
Gerakan #2019GantiPresiden dipelopori oleh Mardani Ali Sera, salah satu anggota PKS. Dalam pemberitaan Tempo, Mardani menyampaikan bahwa dia berindikasi Jokowi akan kalah di Pilpres 2019. Alasan ini menunjukkan bahwa ia memiliki kepentingan di balik pelontaran tagar tersebut. Alasan lain yang turut andil dalam menginterpretasikan gerakan #2019GantiPresiden adalah bahwa masyarakat geram atas kebijakan Jokowi selama masa pemerintahannya ini.
Kru Dimensi dalam melihat fenomena tagar #2019GantiPresiden ini menyimpulkan bahwa gerakan tersebut memberi dampak yang menguntungkan bagi lawan politik Jokowi. Hal ini dikarenakan ketika masyarakat awam membaca atau mendengar tagar tersebut, maka mindset mereka mengarah pada pergantian presiden, yang mana di tahun 2019 nanti yang menjadi presiden bukan lagi Jokowi.
Adapun jika dikaji ulang, makna #2019GantiPresiden bisa dimaksudkan sebagai pengingat akan adanya pesta demokrasi di tahun itu. Sebagai penanda berakhirnya masa jabatan Jokowi sebagai presiden untuk masa pemerintahan 2014–2019. dan dipilihnya kembali seorang presiden yang bisa jadi orangnya tetap atau mungkin tidak.
Budaya berdiskusi selalu dilakukan LPM Dimensi, beberapa di antaranya adalah Diskusi Senin Sore (Disensor), Diskusi Kamis Sore (Diskasur), serta bedah buku tiap kamis malam. Hal ini dimaksudkan agar Dimensi tidak gagap akan isu terbaru di luar kampus. Ditambah lagi, diskusi di Dimensi terbuka untuk semua mahasiswa. []