![](https://i0.wp.com/dimensipers.com/wp-content/uploads/2020/07/20200721_073823-1-753x1024.jpg?resize=219%2C297)
Judul buku : Ringkasan Sejarah Marxisme dan Komunisme
Pengarang : Prof. Dr. Franz Magnis Suseno S. J.
Penerbit : Sekolah Tinggi Filsafat Dirakarya
Tahun terbit : 1977
Tebal halaman: 188 halaman
Buku ini begitu spesial di antara buku-buku tentang Marx, pemikiran-pemikirannya, maupun sejarah konstelasi politik kiri. Tentu dengan pikiran Marx sebagai kerangka utamanya spesial karena buku tersebut seharusnya hanya dapat diakses oleh segelintir orang saja dan ditambah buku tersebut tidak dijual bebas di toko-toko buku Indonesia. Ditulis oleh seorang filsuf Indonesia berdarah Jerman, Romo Magnis Suseno dan ditujukan sebagai keperluan pembekalan mahasiswa Sekolah Tinggi Filsafat Dirakarya.
Buku yang sudah cukup tua dengan tertahun 1977 dekade terakhir, abad 20, menjadikan buku ini cukup sulit dipahami, terlebih tentang penggunaan tata bahasa Indonesianya. Namun, dengan kesulitan tersebut pembaca dibawa untuk mengulangi lembar demi lembar, irisan demi irisan pemikiran Karl Marx dan sejarah panjang politik kiri dari abad 19 sampai abad ke 20.
Sebagai buku pegangan diklat mahasiswa, buku tersebut cukup ringan untuk dimengerti dalam membicarakan diskursus dari pemikiran Karl Marx. Buku yang halamannya hanya 188 halaman tersebut, dengan gamblang membicarakan Marx dan komunisme. Pada bagian pertama penulis memaparkan terkait Marx mulai dari pandangan filsafat, keterasingan manusia, hingga kritiknya terhadap kapitalisme.
Bagian kedua membicarakan peninggalan-peninggalan Marx, tertulis “dari Engels sampai Mao Tse-Tung” sebagai judul subbab dalam buku tersebut. Hingga kemudian mengalami rekonstruksi maupun kritik-kritik yang lebih baru oleh para neo-Marxisme, dengan beberapa tokoh di dalamnya mulai dari seorang Hungaria bernama Georg Lukacs, Ernst Bloch sampai lahirnya teori kritis yang dilancarkan oleh tokoh-tokoh Sekolah Frankfurt, atau yang lebih akrab dikenal Mazhab Frankfrut. Sampai puncaknya pada bagian keempat Romo Magnis menuliskan tentang komunisme sebagai kekuatan dunia.
Sebelum memasuki inti dari pembahasan buku, penulis menuliskan beberapa hal di awal sebagai pendahuluan, seperti maksud tulisan, uraian-uraian dan beberapa pengertian. Seperti yang telah dimaksudkan penyusunan buku tersebut, menulis dan menyusun buku ini untuk kepentingan studi, yang meliputi berbagai pemisahan setiap bidang kajian disiplin keilmuan dengan menempatkan gagasan-gagasan tersebut secara terpisah.
Pembedaan itu antara lain Marxologi yang menyelidiki ajaran Karl Marx sendiri, Marxisme yang menyelidiki ajaran-ajaran gerakan-gerakan yang menyandarkan diri pada gagasan Karl Marx, Soviotologi yang menyelidiki teori praksis Uni Soviet hingga saat ini, dan Sinologi yang mempelajari tentang Negara Cina. Serta melakukan pembagian uraian-uraian lain pun juga dilakukan, semisal pada pemikiran Karl Marx sendiri sebagai pemberi ilham, peran Engels, Lenin, Mao-Tse Tung hingga uraian pendek tentang para neo-Marxisme.
Bagian pertama: pada bagian pertama pembahasan berkutat pada sosok Karl Marx mulai dari sejarah hidupnya, pemikiran-pemikirannya serta kontribusinya di dunia filsafat. Berbicara Marx berarti kita akan sekaligus membicarakan dua tokoh filsuf besar yang mempengaruhi Marx: Georg Wilhelm Friedrich Hegel (1770–1831) dan Ludwig Feuerbach (1804–1872).
Dari kedua filsuf inilah kemudian Marx merumuskan filsafatnya, dari dialektika Hegel inilah Marx mencoba merumuskan prinsip-prinsip tersebut kepada sejarah. Menurut Marx, setiap periode diikuti oleh dialektikanya masing-masing, suatu contoh manusia purba menurut Marx adalah (tesis) kemudian digantikan oleh masyarakat kelas (antitesis) hingga kemudian lahirlah masyarakat tanpa kelas atau komunisme sebagai (sintesis).
Terhadap kapitalisme Marx melihatnya juga demikian, menurutnya dalam sistem kapitalis alat-alat produksi (tesis), para proleteriat (antitesis), kemudian berlawanananlah keduanya hingga terlahir sebuah revolusi yang melahirkan masyarakat tanpa kelas (sintesis). Marx menggunakan istilah revolusi dan bukan reformasi karena perinsip kemajuan dielektika. Sejarah berjalan secara dialektika adalah suatu yang baru hanya bisa muncul dari suatu pertentangan melalui suatu yang negatif.
Selain itu tinggalan Hegel lainnya yang oleh Marx dijadikan sandaran adalah bahwa dalam sesuatu yang kelihatan sebagai realitas berjalanlah roh alam semesta atau Allah dalam pandangan kita. Namun, oleh Marx pandangan tersebut diinterpretasikan sebagai gerak manusia, di mana manusia akan merealisasikan dirinya sendiri. Bentuk-bentuk realisasi manusia inilah yang oleh Marx kemudian dijadikan landasan filsafat tentang manusia dalam merealisasikan diri dalam sejarah, namun kemudian Marx juga mengkritik bahwa Hegel membenarkan kebenaran moral atas represi-represi yang dilakukan oleh Kerajaan Prusia.
Selanjutnya pembahasan membawa perkenalan Marx dengan filsuf Feuerbach. Kritik Feuerbach yang paling besar adalah kritik terhadap agama. Menurutnya, agama adalah hanya sebatas angan-angan manusia yang tidak memiliki realitas, sedangkan Allah, surga, dan neraka hanyalah gambaran-gambaran yang dibentuk atas proyeksi-proyeksi manusia ke dalam berbagai hal. Namun, Marx tidak berhenti di situ Marx mencoba menjawab pertanyaan yang tidak diajukan jawabannya oleh Feuerbach, yakni bagaimana bisa manusia mengasingkan diri pada agama.
Jawaban Marx atas pertanyaan di atas ialah manusia tidak memiliki kesempatan merealisakan dirinya sendiri dengan tata susun masyarakat yang tidak manusiawi, dengan itu Marx mendasarkan kritik surga menjadi kritik dunia, kritik agama menjadi kritik hukum, kritik teologi menjadi kritik politik.
Dalam merealisasikan diri inilah Marx membahas tentang manusia dan keterasingannya dengan mengajukan filsafat pekerjaan. Menurut Marx, pekerjaan sering sekali luput dalam pandangan para filsuf di mana dalam pekerjaan manusia sedang merealisasikan dirinya sebagai sebuah hakekat.
Manusia adalah mahluk social, Marx menolak individualisme dan kolektivitas. Individualisme ditolak karena keliru manusia melalui bahasa dan pekerjaan merupakan bagian dari sebuah masyarakat dan tentu gagal tanpa itu. Sama dengan kolektivisme ditolak karena tidak mau menerima beragam kekayaan hakekat yang kongkrit (sesuatu yang dilontarkan Marx melawan apa yang disebutkan komunisme). Pikiran Thomas hobbes (homo homini lupus) ditolak, dan dari situ terlihat kecondongan manusia sebagai rangkaian yang diajukan Rousseau.
Kemudian dalam buku juga ditulis sejarah panjang tentang manusia dengan kekayaan hakikat yang direpresentasikan manusia di dalam pekerjaannya masing-masing sebagai rangkaian, di mana pekerjaan merupakan bagian dari sejarah generasinya, setiap generasi meninggalkan warisannya masing-masing dan menjadi ikatan antargenerasi. Hingga kemudian lahirnya kapitalisme yang membawa keterasingan pada manusia melalui adanya upah (uang) atas spesialisasi pekerjaan, bentuk-bentuk sosial yang menghilangkan kekayaan hakekat manusia.
Kritiknya berlanjut dengan para sosialis utopis, seperti sosialis utopis Prancis Fourier dan sosialis Inggris Robert Own, yang mendasarkan kritikannya atas moralitas kapitalisme yang tidak manusiawi dan tidak adil. Kemudian dari situ Marx berangkat dengan menganalisa ilmiah perkembangan kapitalisme mulai dari sistem, nilai lebih, provit, akumulasi modal, sampai pada krisis ekonomi dengan merujuk ulang tulisan para Ekonom Inggris Klasik seperti Adam Smith, David Recardo, J.B. Say dan seterusnya. Terhadap masyarakat kapitalis, para sosialis utopis mengajukannya sebuah bentuk perlawanan kelas dengan puncaknya revolusi tanpa kelas .
Bagian kedua: pada bagian kedua, pondasi teori tidak lagi menjadi tajuk pembahasan dan perdebatan krusial antarpara sosialis khususnya Marxisme namun, dalam periode inilah pemikiran Marx tentang sosialisme utopis benar-benar dapat dijadikan kenyataan dalam satu negara sosialis yang melepaskan diri dari bentuk-bentuk kapitalisme dan bentuk-bentuk dominasi turunannya seperti yang diterangkan oleh Marx. Pada periode ini, Engels menggambil peran penting dalam perkembangan Marxisme, lebih-lebih sebagai penerjemahtulisan-tulisan Marx sebelumnya. Di sisi lain karena peran Engels inilah kemudian teori Marx menjadi Marxisme, dalam bab kedua ini perdebatan yang dihadirkan bukan lagi semata-mata teori namun, sudah pada tahap aktualisasi.
Dengan ditandai dengan kemenangan sosialisme di bawah Revolusi Oktober yang didalangi Lenin dan kawan-kawan di Rusia. Soviet kemudian menjadi sebuah contoh kemenangan sosialisme di bawah dominasi kapitalisme namun, kegemilangan tersebut kemudian membawa kegelisahan baru dalam Partai Sosialisme Rusia sendiri. Kegelisahan itu semakin menjadi-jadi dengan bentuk-bentuk sentralisasi demokrasi kemudian pecah menjadi dua golongan sayap partai, dengan Lenin yang mengedepankan revolusionisme dan di lain pihak yang lebih demokratis dan revisionis di bawah Martov. Dalam bab ini pula dituliskan gejolak dalam Serikat Internasional sendiri yang kemudian menjadikan dua kubu kuat dan perseteruan antara dua partai komunis, yaitu konflik Peking dan Moskow. Serta beberapa partai yang menonjol seperti Yugoslavia dengan Titoisme dan beberapa partai Asia Tenggara.
Bagian tiga, neo-Marxisme: dalam bab ini seluk beluk gerakan neo-Marxisme dibedah, setiap tokoh, inti pikiran, serta pijakan-pijakan inspirasi dari Marx dipaparkan. Mereka adalah individu-individu atau golongan yang belum tentu revolusioner, seperti Habermas dan Garaudy yang menolak setiap diksi revolusioner, bahkan tidak terikat oleh partai-partai komunisme klasik.
Beberapa tokoh yang disebut adalah Georg Lukacs seorang neo-Marxisme Hungaria, Ernest Bloch yang menganggap secara hakiki manusia hidup dari utopia-utopia serta pandangannya pada “utopia sosial” dan paham “hak kodrat”. Hingga lahirlah teori kritik dari para neo-Marxisme dari Mazhab Frankfrut, dengan tokoh-tokoh seperti Jurgen Habermas, Herbert Marcuse.
Pada akhirnya bagian empat, komunisme sebagai kekuatan dunia: dalam halaman-halaman terakhir buku ini banyak tulisan yang hilang, dan juga terdapat footnote-footnote yang menjelaskan bahwa kerangka kalimat terpenggal lantas hilang. Ini tentu membuat saya sulit memahami bagian akhir dalam buku tersebut namun, dalam konteks panjangnya perjalanan sosialisme lalu Marxisme sampai pada neo-Marxisme.
Sampailah saya bahwa diksi kekuatan tidak selalu membawa kegemilangan yang abadi, tetapi “mereka” adalah bagian-bagian kekuatan besar dalam sejarah sosialisme baik pergerakan secara individu seperti Che Guevara, para neo-Marxisme, serta pengaruh para partai di dalam Internasional. Serta daya tarik komunisme pada abad 20 khususnya pasca Revolusi Oktober memberi pengaruh yang sangat besar di dunia.
Buku ini begitu padat menguraian sejarah Marxisme dan komunisme sebagai fokus utamanya namun, tidak hanya seputar teori Marx sendiri, di dalamnya juga memuat begitu banyak pemikiran dan perjalanan panjang Marxisme serta partai komunisme sebagai jalan revolusi. Setelah memahami konsep-konsep Marx tentang nilai, kapitalisme, komunisme dan manusia. kita diantar pada kemenangan Soviet, pergulatan Bolshevik dan Menshevik, Partai Sosial Demokrat Jerman yang bergejolak, serta lahirnya pemikir baru atau neo-Marxisme, semua dipertontonkan dengan jelas dan mudah untuk direnungi. Kelemahan buku ini ialah penggunaan bahasa yang cukup sulit saya pahami serta beberapa isi buku yang hilang, atau terpenggal.
Penulis: Bayu Galih Adam
Editor: Muhammad F. Rohman
Pembaca filsafat, dan karya tulis lainya.