Apa itu par­tai poli­tik? Ter­den­gar famil­iar, bukan? Par­tai poli­tik dike­nal den­gan kumpu­lan orang yang teror­gan­isir, memi­li­ki ori­en­tasi, nilai-nilai, dan tujuan yang sama. Menu­rut Ich­la­sul Amal, Rek­tor Uni­ver­si­tas Gajah Mada, bah­wa par­tai poli­tik adalah keharu­san dalam kehidu­pan poli­tik mod­ern yang demokratis. Men­ga­pa demikian? Kare­na par­tai poli­tik seba­gai organ­isasi yang menghidup­kan mobil­isasi raky­at, mewak­ili kepentin­gan kepentin­gan tertentu.

Ich­san­ul Amal meny­im­pulkan bah­wa par­tai poli­tik dise­but seba­gai sekelom­pok orang yang men­ga­jukan calon-calon untuk jabatan poli­tik yang dip­il­ih raky­at sehing­ga bisa memen­garuhi tin­dakan-tin­dakan dalam pemer­in­ta­han. Seru­pa den­gan perny­ataan Mark N. Hagopan, penulis buku “Ideals and Ide­olo­gies of Mod­ern Pol­i­tics”, bah­wa par­tai poli­tik diben­tuk untuk mem­pen­garuhi kebi­jak­sanaan pub­lik melalui prak­tik kekuasaan.

Mari­am Budi­ar­jo, pakar Ilmu Poli­tik Indone­sia, menye­but bah­wa tujuan dari par­tai poli­tik untuk mem­per­oleh kekuasaan poli­tik dalam pemil­i­han umum untuk melak­sanakan pro­gram yang telah dite­tap­kan oleh mereka. 

Dalam sejarah­nya ter­catat bah­wa pem­ben­tukan par­tai poli­tik di Indone­sia dim­u­lai dari organ­isasi Boe­di Oeto­mo, didirikan oleh Dr. Wahidin Soediro Huso­do pada 1908. Boe­di Oeto­mo memang bukan par­tai poli­tik murni, tetapi eksis­ten­si Boe­di Oeto­mo pada saat itu sudah diakui oleh para peneli­ti dan pakar sejarah bah­wa Boe­di Oeto­mo seba­gai per­in­tis organ­isasi modern

Oleh sebab itu, Boe­di Oeto­mo digadang-gadang seba­gai cikal bakal organ­isasi mas­sa atau organ­isasi poli­tik di Indone­sia. Menu­rut buku “Per­jalanan Par­tai Poli­tik di Indone­sia”, karya Rus­li Karim, Budi Oeto­mo memi­li­ki pen­garuh yang besar. Buk­tinya, sete­lah kemu­ncu­lan­nya, bertu­rut-turut mulai berdiri organ­isasi-organ­isasi mod­ern dan par­tai poli­tik. Seman­gat­nya meng­gu­gah kaum ter­pela­jar yang sela­ma ini diam untuk lebih berani bersikap. 

Budi Oeto­mo melakukan ger­akan-ger­akan di bidang poli­tik, salah satu ger­akanya adalah melan­car­kan isu poli­tik, den­gan dal­ih mem­per­ta­hankan diri sendiri dari seran­gan bangsa lain itu lebih pent­ing. Kemu­di­an, ger­akan ini didukung den­gan mener­bitkan majalah bulanan den­gan nama “Georoe Desa”. Den­gan pen­garuh Budi Oeto­mo dalam mem­bela kepentin­gan raky­at seper­ti ini, men­ja­di latar belakang muncul beber­a­pa organ­isasi poli­tik salah sat­un­ya adalah Indis­che Partij.

Indis­che Par­tij adalah organ­isasi poli­tik per­ta­ma yang diben­tuk oleh tiga serangkai, yaitu Dr. Setia Budi, Dr. Cip­to Man­gunkusumo, dan Ki Had­jar Dewan­tara pada 25 Desem­ber 1912 di Ban­dung. Tujuan dari organ­isasi ini untuk mem­be­baskan Indone­sia dari Belan­da dan untuk mem­bela kepentin­gan raky­at. Namun, kare­na dirasa mem­ba­hayakan posisi Belan­da, maka organ­isasi ini ter­pak­sa dibubarkan oleh Belanda.

Par­tai poli­tik seharus­nya seper­ti Indis­che Par­tij yang dap­at berper­an dalam kepentin­gan raky­at. Namun eksis­ten­si par­tai poli­tik saat ini dirasa jauh dari mak­na “menye­jahter­akan raky­at”. Dalam indeks demokrasi yang dirilis oleh media asal Ameri­ka Serikat, “The Econ­o­mist” pada 2017, Indone­sia masuk dalam kat­e­gori flawed democ­ra­cy kare­na bera­da pada rangk­ing 68 dari 167 negara den­gan skor rata-rata 6,39. Artinya, kon­disi poli­tik di Indone­sia ini san­gat­lah buruk.

Salah satu penye­bab prob­lemati­ka terse­but adalah kegiatan poli­tik yang tidak sehat dan rusaknya moral para aktor poli­tik di Indone­sia. Banyak poli­tisi di negeri ini yang ter­li­bat dalam kasus seper­ti, pengge­la­pan dana, suap menyuap, korup­si dan lain seba­gainya. Banyaknya peja­bat megara yang melakukan kasus terse­but, mem­bu­at tugas negara tidak ber­jalan seba­gaimana mestinya.

Seper­ti yang kita ketahui, salah satu tugas negara adalah memenuhi kepentin­gan raky­at den­gan cara menye­jahterkan­nya. Jadi, jika negara memi­li­ki 256 juta pen­duduk, mis­al, dan seti­ap pen­duduknya memi­li­ki 1 kepentin­gan yang berbe­da. Maka, negara harus memenuhi 256 juta kepentin­gan tersebut. 

Nah, tujuan dari par­tai poli­tik seharus­nya mam­pu menyeder­hanakan kepentin­gan terse­but. Den­gan ini, bukankah raky­at sudah pasti mak­mur? Hal ini didukung den­gan negara yang memi­li­ki banyak par­tai atau mul­ti­par­ty sys­tem sehing­ga mem­bu­at penyeder­hanaan kepentin­gan terse­but men­ja­di mudah

Namun, di Indone­sia tujuan dari par­tai poli­tik terse­but belum ter­wu­jud. Fak­tanya banyak kepentin­gan masyarakat yang masih belum ter­penuhi. Seper­ti pen­je­lasan di atas, par­tai poli­tik sudah tidak ber­jalan seper­ti tujuan­nya kare­na sekarang par­tai poli­tik hanya seba­gai alat untuk men­da­p­atkan kekuasaan. 

Pada­hal par­tai poli­tik memi­li­ki tujuan yang pal­ing kru­sial, seper­ti refor­masi birokrasi dan penyeder­hanaan kepentin­gan. Menu­rut saya, untuk pre­sen­tase dari tujuan terse­but adalah 60 persen untuk penyeder­haan kepentin­gan dan 40 persen untuk refor­masi birokrasi. 

Men­ga­pa demikian? Kare­na yang uta­ma adalah penyeder­hanaan kepentin­gan yang beror­i­en­tasi pada kese­jahter­aan raky­at. Artinya, jika kepentin­gan raky­at dipenuhi pasti negara akan mak­mur dan raky­at akan sejahtera. Jika tujuan terse­but ter­ca­pai, maka sudah menye­le­saikan salah satu masalah negara.

Tujuan lain dari par­tai poli­tik, yaitu refor­masi birokrasi. Artinya, ter­wu­jud­nya tata kelo­la pemer­in­ta­han yang baik den­gan aparatur berin­tegri­tas ting­gi, pro­duk­tif, dan melayani secara pri­ma dalam rang­ka meningkatkan keper­cayaan pub­lik. Tetapi jika refor­masi birokrasi ini dipent­ingkan ketim­bang tujuan penyeder­hanaan kepentin­gan, maka yang ter­ja­di adalah par­tai poli­tik hanya digu­nakan seba­gai alat men­ca­pai kekuasaa atau hanya alat untuk men­ca­pai jabatan. 

Hal ini mem­bu­at tujuan birokrasi tidak ber­jalan semestinya. Maka dari itu, men­ga­pa saya beropi­ni bah­wa men­dahu­lukan penyeder­hanaan kepentin­gan dari­pa­da refor­masi birokrasi, kare­na tujuan dari ked­u­anya adalah kese­jahter­aan rakyat. 

Pada dasarnya, par­tai poli­tik san­gat bergu­na apa­bi­la diwu­jud­kan den­gan tujuan seharus­nya. Par­tai poli­tik juga berper­an dalam lahirnya refor­masi birokrasi yang sehat apa­bi­la par­tai poli­tik melahirkan kad­er-kad­er yang berkom­pe­ten dan berakhlak. Apala­gi dalam par­tai poli­tik tidak men­dahu­lukan kepentin­gan prib­a­di tetapi men­dahu­lukan kepentin­gan bersama.

Penulis: Muham­mad Noval Kusuma Atma­ja 
Edi­tor: Nifa K. Fah­mi