Duka buruh tak per­nah habis terkikis. Dalam rentan wak­tu satu tahun telah banyak aksi mogok ker­ja yang dilakukan Serikat Buruh Indone­sia maupun organ­isasi lain yang menaun­gi buruh, telah banyak dan ker­ap ter­ja­di per­lakuan tidak adil yang diala­mi buruh di negeri ini.

Kasus pemogokan ker­ja buruh Es Krim Aice yang ter­ja­di (2/11) meru­pakan ben­tuk protes yang dilakukan mere­ka guna menun­tun kead­i­lan. Upaya keras mere­ka mem­pro­duk­si barang harus diim­ban­gi den­gan pem­ber­lakuan manu­si­awi ter­hadap mereka.

Ada banyak hak buruh yang belum dipenuhi oleh PT. Alpen Food Indus­try, yang telah berkem­bang men­ja­di perusa­haan besar den­gan kap­a­sitas pro­duk­si men­ca­pai 50 ribu boks per hari. Satu boks eskrim bisa men­ca­pai 50 buah. Selain itu, berkat per­juan­gan buruh­lah Es krim Aice bisa mem­per­oleh pref­er­en­si kon­sum­si men­ca­pai 76.14% . Angka yang ting­gi untuk uku­ran pro­duk yang baru saja launch­ing belum genap lima tahun tersebut.

Buruh yang bek­er­ja di PT. Alpen Food Indus­try masih bersta­tus seba­gai karyawan, yang peng­ga­jian­nya lebih murah dari­pa­da karyawan tetap seper­ti yang mere­ka hara­p­kan. Ini­lah strate­gi yang dilakukan man­ag­er perusa­haan untuk mem­pro­duk­si barang yang berkual­i­tas den­gan har­ga murah, yakni upah ker­ja karyawan san­gat ren­dah. Kap­i­tal­isme selalu pun­ya cara mem­perkaya diri, tak peduli orang lain dis­ek­i­tarnya mer­in­tih kesakitan.

Selain Aice, per­nah ada eksploitasi buruh yang dilakukan oleh perusa­haan multi­na­sion­al, Nike Inc. Nike Inc. adalah perusa­haan milik Ameri­ka Serikat yang mem­pun­yai anak perusa­haan di Indone­sia, Chi­na, Thai­land, India, dan Malaysia. Telah banyak ter­ja­di pelang­garan ter­hadap pemenuhan hak-hak buruh. Ini ter­ja­di bukan hanya di Indone­sia, melainkan juga di AS seba­gai induk perusahaan.

Peker­ja Nike. Inc tidak mem­per­oleh jam­i­nan hidup yang layak dan tidak ada kead­i­lan bagi peker­ja. Dalam satu hari sehari seo­rang buruh ditun­tut bek­er­ja 12 jam dan bahkan lem­bur, tan­pa ada upah. Ini ser­ing kali dilakukan kare­na perusa­haan menge­jar tar­get pasar yang semakin meningkat. Banyak kebo­brokan dalam hal sys­tem pen­gelo­laan Sum­ber Daya Manu­sia yang dilakukan­nya. Tidak ada serikat peker­ja yang boleh dilakukan karyawan saat itu kare­na ini akan men­ja­di anca­man bagi perusa­haan keti­ka ter­ja­di pemberontakan.

Tak cukup sam­pai dis­i­tu, eksploitasi buruh sudah diten­tang Marx sejak dulu. Ia meni­lai pent­ing adanya kesamaan kelas. Marx men­gang­gap kap­i­tal­isme adalah sis­tem ekono­mi yang tidak manu­si­awi kare­na didalam­nya dile­galkan adanya per­bu­dakan dan penin­dasan yang sebe­sar-besarnya. Per­bu­dakaan itu kini men­jel­ma dalam ben­tuk pema­gan­gan yang ser­ing dilakukan indus­try-indus­tri besar untuk calon karyawan. Tak tang­gung-tang­gung pema­gan­gan umun­ya dilakukan bisa sam­pai satu tahun. Per­bu­dakan sela­ma satu tahun cukup mem­bu­at aktor kap­i­tal­isme men­gan­ton­gi banyak rupi­ah yang mustinya diter­i­ma karyawan.

Dalam aksi buruh yang dilakukan bulan Mei lalu, mere­ka mengam­bil tema HOSJATUM, yang meru­pakan singkatan dari Hapuskan Out­sourc­ing dan Pema­gan­gan. Pan­dan­gan mere­ka men­ge­nai pema­gan­gan adalah sebuah ben­tuk per­bu­dakan mod­ern yang tidak mem­berikan kepas­t­ian ker­ja dan masa depan bagi kaum buruh. Dalam mod­el perda­gan­gan glob­al, sis­tem out­sourhing harus men­ja­di pil­i­han. Tidak ada alter­natif. Keti­ka pro­dusen juga harus dipak­sa untuk menekan har­ga demi per­sain­gan, mere­ka mau tidak mau harus mem­o­tong biaya opera­sion­al dan kon­sekuensinya adalah kese­la­matan ker­ja para buruhnya.

Seba­gai penut­up, Marx per­nah berka­ta bah­wa “Sejarah manu­sia dilahirkan dari adanya kon­flik per­ten­tan­gan kelas”. Selu­ruh sis­tem yang diban­gun dan pola ker­ja yang dicip­takan untuk kepentin­gan ekono­mi kaum bor­juis dari berba­gai negara maju. Maka tidak her­an kalau kap­i­tal­isme tidak per­nah mau berte­man baik den­gan masyarakat kelas bawah. []