Dimensipers.com — Tiap semes­ter, Insti­tut Aga­ma Islam Negeri (IAIN) Tulun­ga­gung mem­berikan keringanan Uang Kuli­ah Tung­gal (UKT) pada maha­siswanya. Berbe­da dari semes­ter sebelumya, semes­ter genap ini IAIN Tulun­ga­gung mem­bu­ka kem­bali pen­ga­juan keringanan UKT bagi maha­siswa yatim/piatu dan maha­siswa yang orang tuanya ter­dampak Covid-19. Hal terse­but turut men­gubah per­syaratan dan sis­tem pen­ga­juan keringanam UKT.

Sebelum­nya, Kementer­ian Aga­ma Repub­lik Indone­sia (Keme­nag RI) telah mem­berikan putu­san dalam Kepu­tu­san Menteri Aga­ma No. 8 Tahun 2021 yang berisi, PTKI/PTKIN harus menu­runk­an uang kuli­ah tung­gal pada maha­siswanya yang ter­dampak Covid-19 dan bagaimana mekanis­menya itu dis­er­ahkan pada rek­tor mas­ing-mas­ing per­gu­ru­an tinggi”.

Menin­dak­lan­ju­ti hal terse­but, rek­tor IAIN Tulun­ga­gung men­gadakan rap­at koor­di­nasi bersama selu­ruh per­wak­i­lan organ­isasi maha­siswa (Ormawa) pada 22 Jan­u­ari 2021, guna mem­ba­has lebih lan­jut kebi­jakan keringanann UKT sebelum mene­tap­kan Surat Kepu­tu­san (SK).

Menu­rut Mah­da, Ket­ua Umum Dewan Ekseku­tif Maha­siswa Insti­tut (Dema‑I) pada rap­at koor­di­nasi terse­but, rek­torat sudah mem­bu­at draf mekanisme pen­ga­juan keringanan UKT. “Sebe­narnya di situ pihak rek­tor sudah siap draf, tapi Pak rek­tor belum berani tan­da tan­gan kalau belum koor­di­nasi den­gan maha­siswa,” ujarnya.

Ormawa tidak ser­ta mer­ta menyetu­jui draf­dari rek­tor dan mem­inta agar diberikan teng­gang wak­tu pen­ga­juan. Per­mintaan teng­gang wak­tu ini sudah didiskusikan Ormawa dan meru­pakan usu­lan dari per­wak­i­lan mahasiswa.

Mulanya, wak­tu pen­ga­juan pada drafaw­al adalah 23–28 Feb­ru­ari 2021, kemu­di­an diubah men­ja­di 26 Februari‑3 Maret 2021. Selain itu, Ormawa juga mem­inta agar per­syaratan keringanan UKT seper­ti tahun sebelum­nya. Namun rek­tor tidak menyetu­jui peng­gu­naan Surat Ketern­gan Tidak Mam­pu (SKTM) dan harus digan­ti den­gan Surat Keteran­gan ter­dampak Covid-19 dari lem­ba­ga terkait.

Tahun sebelum­nya, anak dari Aparatur Sip­il Negara  (ASN), Ten­tara Nasion­al Indone­sia (TNI) dan Polisi Repub­lik Indone­sia (Pol­ri) dap­at men­ga­jukan keringanan den­gan meng­gu­nakan SKTM. Sekarang, dite­tap­kan SK ter­dampak Covid-19 seba­gai per­syaratan agar pener­i­ma keringanan tepat sasaran.

Menu­rut Mah­da, dimungkinkan ada seba­gian maha­siswa kurang mam­pu dan ter­dampak Covid-19 belum bisa melam­pirkan surat keteran­gan dari lem­ba­ga res­mi atau asosi­asi terkait. Maka dari itu, Ormawa tetap men­gusa­hakan cara agar tetap bisa men­ga­jukan keringanan UKT.  Pada akhirnya, Ormawa men­ga­jukan untuk dilakukan­nya survei bagi maha­siswa den­gan data yang masih meragukan.

Tim survei sendiri satu pin­tu den­gan Dema‑I. Tim survei diam­bil dari maha­siswa yang belum men­da­p­at keringanan UKT. Rek­tor hanya menghen­da­ki 10 orang dalam tim survei terse­but. Namun dari Dema I mem­inta agar dita­m­bah men­ja­di 21 orang. Tim survei ini akan men­da­p­atkan fasil­i­tas den­gan pemo­ton­gan UKT sebanyak satu grid (golon­gan), mis­al dari grid golon­gan 5 turun ke grid golon­gan 4.

Dalam prak­tiknya, tidak semua maha­siswa dis­urvei, hanya maha­siswa semes­ter 7 den­gan data yang masih mer­agukan yang dis­urvei. Kare­na maha­siswa semes­ter akhir, jika memang mem­bu­tuhkan, maka akan diterima.

Yang dis­urvei may­ori­tas 90 persen dari semes­ter 7, angkatan saya. Per­tim­bangn­nya gini, semes­ter 3 dan 5 kan semes­ter pro­duk­tif, jadi pen­ga­juan lang­sung diter­i­ma. Kalau semes­ter 7 kan men­em­puh akhir stu­di, jika memang mem­bu­tuhkan kita ter­i­ma. Tapi kalau kelala­ian akademis, seper­ti tidak segera melak­sanaan sem­pro, skrip­si, kom­pre itu kelala­ian maha­siswa sendiri. Itu pen­ga­juan yang tak diter­i­ma,” ungkap Mahda.

Maha­siswa yang men­ja­di sasaran survei telah dida­ta sesuai den­gan domisilinya, di antaranya maha­siswa Tulun­ga­gung, Treng­galek, Kediri, Bli­tar, Mojok­er­to, dan Jom­bang. Secara keselu­ruhan ada 261 maha­siswa yang disurvei.

Jalan­nya kebi­jakan pen­gu­ran­gan UKT kare­na ter­dampak Covid-19, tak luput dari indikasi keti­dak­sesuain. Salah sat­un­ya ter­ja­di kesala­han dalam penge­cekan per­syaratan. Pada SK Rek­tor Ayat 3 dije­laskan bah­wa keringanan UKT tidak akan diberikan kepa­da poin C, yakni maha­siswa yang sudah mener­i­ma keringanan UKT sebelum­nya. Namun masih ter­da­p­at maha­siswa yang men­da­p­at pen­gu­ran­gan UKT ter­dampak Covid-19, meskipun semes­ter sebelum­nya ia sudah men­da­p­at keringanan UKT.

UM, maha­siswa juru­san Ekono­mi Syari­ah yang tidak ingin dise­butkan namanya, men­gatakan bah­wa semes­ter sebelum­nya ia men­da­p­atkan keringanan UKT dan semes­ter ini ia juga men­da­p­atkan keringanan UKT kare­na ter­dampak Covid-19. “Tahun sebelum­nya dap­at keringanan UKT, alham­dulil­lah tahun ini dap­at lagi den­gan jalur penu­runan pen­da­p­at orang tua kare­na ter­dampak Covid,” terangnya.

Pelak­sanaan survei di lapan­gan juga telah diten­tukan menu­rut domisi maha­siswa yang masih mer­agukan datanya. Sesuai tugas tim survei yang dis­am­paikan Mah­da, “jadi teknis­nya data-data yang mer­agukan dari keuan­gan yang mer­agukan sudah dike­tahui iden­ti­tas dan ala­mat lengkap­nya dis­er­ahkan pada tim survei. Bagaimana cara pem­ba­gian­nya tim survei yang akan membagi.”

Menu­rut BS, maha­siswa juru­san Ekono­mi Syari­ah yang tidak ingin dise­butkan namanya, men­gaku bah­wa tidak dis­urvei pada­hal berasal dari Kabu­pat­en Kediri. “Saya tidak dis­urvei, pada­hal saya sudah berharap dis­urvei,” ujarnya. Maha­siswa terse­but men­ga­jukan UKT den­gan jalur ter­dampak Covid-19 dan ia men­da­p­at keringanan poton­gan UKT sebe­sar Rp. 300.000.

Reporter: Gilang, Zuhri, Ria
Penulis: Ana
Edi­tor: Ulum