Guru meru­pakan pro­fe­si yang san­gat vital dalam dunia pen­didikan. Ia meru­pakan pelak­sana jalan­nya pen­didikan dan pem­be­la­jaran. Tan­pa per­an­nya, baik tujuan pem­be­la­jaran maupun pros­es pen­didikan akan sulit dilakukan. Men­ja­di seo­rang guru memang bukan pen­ca­pa­ian yang bisa dibi­lang mudah. Bukan hanya dalam bidang pen­didikan, kai­tan­nya den­gan hubun­gan sosial ia juga san­gat berperan.

Guru dap­at mem­ben­tuk karak­ter murid­nya, sehing­ga berpen­garuh juga ter­hadap aktiv­i­tas siswa di lingkun­gan ia bera­da. Pro­fe­si guru juga dipan­dang seba­gai peker­jaan yang san­gat baik dan mulia. Di negeri ini sta­tus guru diba­gi men­ja­di dua: guru Pegawai Negeri Sip­il (PNS) dan guru hon­or­er. Untuk guru PNS diga­ji oleh pemer­in­tah, sedan­gkan untuk guru hon­or­er men­da­p­atkan gaji dari yayasan atau seko­lah yang menaun­gi ia bek­er­ja ataupun dari dana Ban­tu­an Opera­sion­al Seko­lah (BOS).

Guru hon­or­er atau dap­at dise­but seba­gai  Isti­lah Guru Tidak Tetap (GTT) ini bersi­fat for­mal dan belum bersta­tus seba­gai Calon Pegawai Negeri Sip­il (CPNS). GTT diangkat berdasarkan kebu­tuhan pada sat­u­an pen­didikan oleh kepala seko­lah. Surat Kepu­tu­san (SK) pen­gangkatan bersi­fat lokal, bukan provin­si (guber­nur), apala­gi Negara (Pres­i­den). Pen­gangkatan ini melalui rangka­ian tes yang dis­e­leng­garakan seko­lah. Seti­ap tahun pela­jaran, GTT/Guru hon­or­er menan­datan­gani kon­trak ker­ja sela­ma jang­ka wak­tu ter­ten­tu, setahun atau lebih sesuai den­gan kebu­tuhan sekolah.

Berdasarkan per­at­u­ran pemer­in­tah nomor 48 tahun 2005, bagi guru hon­or­er yang beru­sia pal­ing ting­gi 46 tahun dan telah bek­er­ja sela­ma 20 tahun atau lebih dap­at diangkat men­ja­di calon guru tetap sete­lah melalui selek­si admin­is­tratif, disi­plin, integri­tas, kese­hatan dan kom­petisi. Selan­jut­nya guru hon­or­er yang telah bek­er­ja kurang dari 20 tahun pen­gangkatan men­ja­di calon guru tetap selain selek­si admin­is­tratif, disi­plin, integri­tas, kese­hatan dan kom­pe­ten­si mere­ka diwa­jibkan mengisi atau men­jawab daf­tar per­tanyaan men­ge­nai penge­tahuan ten­tang tata pemerintahan/kepemerintahan yang baik antar­gu­ru hon­or­er yang pelak­sanaan­nya dilakukan ter­pisah den­gan pela­mar umum.

Belakan­gan ini polemik ten­tang gaji guru hon­or­er acap kali dibicarakan. Bukan tan­pa alasan, para guru hon­or­er itu banyak dis­orot kare­na ker­ap men­da­p­atkan gaji yang jauh di bawah stan­dar apa­bi­la meli­hat pen­gor­banan­nya seba­gai pen­ga­jar. Pada zaman ini peng­hor­matan ter­hadap guru jus­tru meny­isakan seke­lu­mit kisah pilu.

Bagaimana tidak miris? Banyak guru hon­or­er yang men­gaku bah­wa jer­ih payah­nya men­ga­jar tidak seband­ing den­gan peng­hasi­lan yang seti­ap bulan ia dap­atkan. Keny­ataan terse­but berband­ing ter­ba­lik den­gan apa yang ter­tulis dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2005 Pasal 14 Ayat (1) poin A ten­tang Guru dan Dosen yang berbun­yi, “dalam melak­sanakan tugas kepro­fe­sion­alan, guru berhak mem­per­oleh peng­hasi­lan di atas kebu­tuhan hidup min­i­mum dan jam­i­nan kese­jahter­aan sosial”.

Dilan­sir dari lifepal.co.id, kasus kurang sedap­nya gaji guru hon­or­er banyak dite­mukan di daer­ah-daer­ah kecil yang sarana prasarananya masih kurang mer­a­ta. Namun tidak menut­up kemu­ngk­i­nan kasus ini ter­ja­di di kota-kota besar. Banyak guru hon­or­er di luaran sana yang men­gaku men­da­p­atkan gaji yang nom­i­nal­nya tidak tem­bus seten­gah juta dalam seti­ap bulan­nya. Apakah layak seo­rang guru hon­or­er yang meru­pakan tena­ga sek­tor pen­didikan men­da­p­atkan besaran gaji seper­ti itu.

Per­an pemer­in­tah dalam hal gaji bisa dikatakan belum mak­si­mal dalam men­gatasi masalah gaji guru hon­or­er yang ter­bilang kecil ini, sehing­ga kese­jahter­aan guru hon­or­er masih belum ter­ca­pai. Pemer­in­tah dap­at men­gu­payakan kese­jahter­aan guru hon­or­er den­gan cara pem­bukaan selek­si CPNS. Men­ja­di Pegawai Negeri Sip­il (PNS) adalah impian kebanyakan guru kare­na gaji yang dida­p­atkan cukup besar sehing­ga cukup untuk memenuhi kebu­tuhan hidup sehari-hari. Pen­gangkatan guru hon­or­er men­ja­di PNS san­gat per­lu dilakukan. Hal ini dise­babkan rasio guru per murid di Indone­sia masih banyak yang bera­da di bawah rata-rata nasion­al, baik di jen­jang Seko­lah Dasar (SD), Seko­lah Menen­gah Per­ta­ma (SMP), maupun Seko­lah Menen­gah Atas (SMA).

Selain itu pemer­in­tah juga dap­at mem­berikan Tun­jan­gan Pro­fe­si Guru (TPG) yang diberikan untuk guru bersta­tus PNS dan guru Non PNS. Hal ini memu­ngkinkan guru hon­or­er men­da­p­atkan hak-haknya. Untuk bisa men­da­p­atkan TPG, syarat yang harus dipenuhi adalah memi­li­ki ser­ti­fikat pro­fe­si pen­didik. Den­gan adanya TPG ini, guru hon­or­er seti­daknya bisa men­da­p­at peng­hasi­lan setara Upah Min­i­mum Kabupaten/Kota (UMK).

Tahun ini, Kemendik­bud mem­bu­ka 1 juta for­masi guru hon­or­er dis­e­lek­si untuk Pegawai Pemer­in­tah den­gan Per­jan­jian Ker­ja (PPPK). Berdasarkan Per­at­u­ran Pemer­in­tah Nomor 49 Tahun 2018 ten­tang Man­a­je­men PPPK, Pegawai Pemer­in­tah den­gan Per­jan­jian Ker­ja (PPPK) meru­pakan war­ga negara Indone­sia yang memenuhi syarat ter­ten­tu, yang diangkat berdasarkan per­jan­jian ker­ja untuk jang­ka wak­tu ter­ten­tu dalam rang­ka melak­sanakan tugas jabatan pemer­in­ta­han. PPPK yang diangkat negara akan melak­sanakan tugas jabatan dan diberikan gaji sesuai golon­gan dan masa ker­ja golon­gan.  Den­gan adanya PPPK kege­lisi­han guru hon­or­er akan sedik­it terobati. 

Dilan­sir dari detik.com, selain gaji PPPK 2021 guru hon­or­er yang lulus akan men­da­p­atkan beber­a­pa tun­jan­gan sekali­gus, yakni tun­jan­gan kelu­ar­ga, pan­gan, jabatan struk­tur­al, jabatan fung­sion­al, dan lain­nya. Kisaran gaji guru PPPK berdasarkan Per­pres No. 98/2020 yaitu di antara Rp 1.794.900 — 6.786.500 juta rupi­ah. Den­gan demikian prob­lemati­ka gaji guru hon­or­er mulai men­e­mukan titik terangnya.

Penulis: Evy Indah
Edi­tor: Nurul