Bertepatan den­gan Hari Lahir Pan­casi­la dan 270 hari trage­di Kan­ju­ruhan, Aksi Kamisan Malang kem­bali mengge­lar aksi di depan  gedung Bal­ai Kota Malang pada Kamis (01/06) sore. Aksi ini meru­pakan bun­tut dari gagal­nya Negara dalam menun­taskan kasus pelang­garan Hak Asasi Manu­sia (HAM) berat masa lalu, maupun kasus pelang­garan HAM yang ter­ja­di di Kota Malang.

Dimas Agil, selaku peser­ta Aksi Kamisan Malang, mene­gaskan bah­wa peringatan hari lahir Pan­casi­la dap­at kita kore­lasikan den­gan trage­di Kan­ju­ruhan yang kasus­nya hing­ga kini tidak men­e­mui titik terang. Lebih-lebih, Pan­casi­la seba­gai dasar Negara ten­tu pada prak­tiknya masih jauh dari apa yang telah dicita-citakan.

Kami rasa terkait imple­men­tasi dari sila Pan­casi­la, masih belum 100 persen dilak­sanakan dan kami dari raky­at tidak merasakan­nya” Ujarnya.

Tidak hanya itu, Dimas, juga menge­mukakan bah­wa pemer­in­tah pusat maupun daer­ah sudah seharus­nya bersikap pro aktif dalam menye­le­saikan kasus yang ter­ja­di di Kan­ju­ruhan. Hal ini ditandai den­gan banyaknya lapo­ran dari masyarakat maupun kor­ban yang jus­tru ditolak.

Keti­ka kita berbicara trage­di Kan­ju­ruhan seba­gai kasus pelang­garan HAM berat, malah di sini kita meli­hat unsur-unsur dari pemer­in­ta­han, baik daer­ah maupun pusat negara ini memang ikut cam­pur, ikut andil. Namun, seki­ranya masuk dan ikut andil­nya mere­ka ini malah untuk menut­up-nutupi, bahkan meng­ha­lang-halan­gi kita untuk men­cari kead­i­lan.” Tegas­nya.

Salah satu peser­ta aksi, Mar­cel Uto­mo, turut men­gungkap­kan jika kasus pelang­garan HAM sulit dis­e­le­saikan kare­na kasus-kasus terse­but meli­batkan aparat keamanan.

Penan­ganan­nya pun di Indone­sia itu, ser­ing kali tidak terse­le­saikan, tidak ter­tun­taskan pelang­garan ham berat itu, teruta­ma saat kasus itu meli­batkan aparat kea­manan TNI maupun POLRI kare­na adanya tem­bok impuni­tas yang besar dan ting­gi.” Ucap Marsel

Mar­cel juga meni­lai bah­wa adanya 8 tahanan arek malang meru­pakan ben­tuk dari upaya krim­i­nal­isasi Negara ter­hadap para pejuang HAM. Ia menyam­paikan bah­wa pemer­in­tah sudah seharus­nya menye­le­saikan kasus pelang­garan HAM yang ada di Kan­ju­ruhan, ter­lebih keti­ka kasus terse­but men­ja­di trage­di kek­erasan dalam sep­a­k­bo­la yang terbe­sar di dunia, nomor dua.

Kita tahu 8 tahanan arek malang ini bukan orang yang layak dikrim­i­nal­isasi kare­na seper­ti kebanyakan arek malang yang lain­nya atau pegiat ham yang lain­nya, mere­ka juga mem­bela dan menyuarakan hak asasi manu­sia, menyuarakan kead­i­lan.” Tam­bah­nya.

Ada­pun salah satu peser­ta aksi lain­nya, Bima, berharap jika 8 tahanan arek malang untuk segera dibebaskan tan­pa syarat dan kasus trage­di Kan­ju­ruhan dap­at diusut secara tuntas.

Hara­pan saya semoga 8 tahanan arek malang ini bisa dibebaskan tan­pa syarat, kare­na mere­ka juga bagian dari barisan per­juan­gan, barisan per­lawanan. Untuk yang ter­akhir kem­bali, bebaskan 8 tahanan arek malang dan usut tun­tas trage­di Kan­ju­ruhan.” Tegas Bima.

Penulis: Danu
Reporter: Danu

Edi­tor: Vidya