Seti­ap kam­pus baik di ranah uni­ver­si­tas atau fakul­tas selalu men­gadakan pemil­i­han untuk menen­tukan sia­pa yang akan men­ja­di pemimpin di tahun berikut­nya. KPUM‑U bersama Bawaslu‑U ialah badan khusus yang dibu­at untuk men­gaw­al adanya PEMIRA atau badan penye­leng­gara PEMIRA yang sesuai den­gan PKPUM nomor 4 bab 1 pasal 1. PEMIRA sendiri kepan­jan­gan dari pemil­i­han umum raya. Kegiatan pemil­i­han ini yang nan­ti­nya akan meng­hasilkan seo­rang pemimpin baru. KPUM‑U terse­but dibu­at melalui open recruit­ment yang diadakan oleh SEMA ‑Uni­ver­si­tas dan Fakul­tas untuk mem­bu­at anggota baru. Sesuai den­gan infor­masi yang tert­era di akun insta­gram SEMA Uni­ver­si­tas dan Fakul­tas UIN SATU Tulungagung.

Anggota yang men­ja­di bagian dari KPUM‑U adalah orang-orang ter­pil­ih yang bisa men­jalankan tugas dari KPUM‑U terse­but. Kare­na mere­ka telah memenuhi syarat dan  kri­te­ria sesuai den­gan apa yang harus dijalankan. Ser­ta den­gan adanya kri­te­ria dan syarat terse­but maka bisa dikatakan mere­ka adalah orang-orang pil­i­han. Artinya mere­ka harus siap  meng­hadapi segala sesu­atu yang ter­ja­di ke depan­nya. Dan mere­ka lah yang bertang­gung jawab dalam acara pemi­ra tersebut.

Kare­na hal terse­but selaras den­gan KPU yang ada di negara Indonesia.Jadi tugas dan tujuan KPUM‑U sama seper­ti yang ada di negara kita. Yang mem­be­dakan itu ruang lingkup­nya. Kalau KPU itu menan­gani terkait pemil­i­han umum se Indone­sia. Sedan­gkan KPUM menaun­gi di linkup kam­pus saja. Hal ini sesuai den­gan pasal 1 yang ada di PKPUM‑U.

Kegiatan ini tidak hanya di seleng­garakan oleh lingkup uni­ver­si­tas namun juga di seleng­garakan oleh lingkup fakul­tas. Pada bulan ini semua fakul­tas yang ada di UIN satu Tulun­ga­gung serentak men­gadakan PEMIRA pada bulan Desem­ber. Tata cara penye­leng­garaan nya atau men­gadakan PEMIRA ini sama hal nya den­gan yang di lingkup uni­ver­si­tas. Infor­masi terse­but sudah tert­era di akun media sosial insta­gram mas­ing-mas­ing fakul­tas. Jadi seti­ap fakul­tas men­gadakan PEMIRA serentak.

PEMIRA sendiri meru­pakan agen­da untuk memil­ih ket­ua dan wak­il ket­ua DEMA UIN SATU Tulun­ga­gung baik yang lingkup uni­ver­si­tas maupun lingkup fakultas.Yang nan­ti­nya bakal men­ja­di pemimpin di kam­pus dan mas­ing-mas­ing fakul­tas. Selain itu juga memil­ih pemimpin untuk pro­di mas­ing-mas­ing yaitu ket­ua him­punan  maha­siswa pro­gram studi.

Pada PEMIRA tahun ini mulai dari ket­ua dema uni­ver­si­tas maupun fakul­tas ser­ta HMPS banyak yang lang­sung akla­masi. Kare­na hanya ter­diri dari pasan­gan calon tunggal.Sesuai den­gan per­at­u­ran PEMIRA pasal 29 ten­tang pencalo­nan. Apa­bi­la dalam hal pencalo­nan hanya ada satu pasan­gan calon atau calon tung­gal maka lang­sung diadakan akla­masi. Tidak diadakan pemu­ng­utan suara atau melawan kotak kosong. Ser­ta  diduga ada yang mendaf­tarkan tetapi tidak lolos ver­i­fikasi data. Dan juga tidak ada yang ingin mendaf­tarkan diri sam­pai wak­tu pendaf­taran habis.

Di tin­jau dari akun insta­gram KPUM mas­ing-mas­ing fakul­tas. Jum­lah akla­masi tahun ini lebih banyak diband­ing tahun kemarin.Jika di jum­lah keseluruhan(empat fakul­tas), pada tahun kemarin ada 22 sedan­gakan pada tahun ini ada 24 yang akla­masi. Walaupun dari data terse­but tidak berband­ing banyak den­gan tahun kemarin. Hanya saja kalau diteruskan terus menerus akan berdampak pada tahun berikutnya.Dari sini bisa dil­i­hat kalau minat maha­siswa sekarang mulai menu­rut. Kare­na banyak yang tidak ikut mendaf­tar seba­gai bagian dari organ­isasi terse­but. Bagaimana jika tahun- tahun berikut­nya tetap begi­ni. Apakah ini yang dimak­sud den­gan maha­siswa seba­gai agen of change?

Jum­lah dari calon ket­ua Dema fakul­tas dita­m­bah calon ket­ua HMPS sebanyak 38 calon . Dan pada tahun ini sebanyak 24 yang akla­masi. Jadi otoma­tis lebih dari seten­gah calon pasan­gan ter­ja­di akla­masi atau sek­i­tar 64% aklamasi.Hal ini bisa dil­i­hat di akun insta­gram KPUM mas­ing-mas­ing fakul­tas. Dil­i­hat dari akun insta­gram terse­but antara tahun kemarin dan tahun ini yang akla­masi juga naik turun antara fakul­tas satu den­gan yang lain­nya. Tapi tetap saja tahun ini lebih meningkat sedik­it di band­ing tahun kemarin.

Meskipun akla­masi meru­pakan bagian dari salah satu mekanisme atau prose­dur yang ada di per­ma namun ada juga kelebi­han dan keku­ran­gan nya. Memang kita harus mematuhi per­at­u­ran terse­but, tetapi jika  kita ingin demokrasi yang lebih baik. Alangkah baiknya yang hanya satu paslon seharus­nya melawan kotak kosong ter­lebih dahu­lu. Meskipun menyi­ta wak­tu banyak. Den­gan begi­tu DPT yang sudah mendaf­tarkan bisa meng­gu­nakan hak suaranya. Untuk memil­ih pasan­gan calon, agar demokrasi ini sesuai den­gan prose­dur nya.

Melan­sir dari LPM Unsoed, pada saat pemi­ra tahun ini juga hanya ada calon tung­gal namun dis­ana tetap melawan kotak kosong tidak lang­sung akla­masi. Kegiatan terse­but dilakukan seper­ti tahun sebelum­nya. Walaupun den­gan melawan kotak kosong tetap ada kelebi­han dan keku­ran­gan nya. Kotak kosong meru­pakan alter­natif seba­gai cara agar bisa memil­ih calon yang diinginkan.

Memang kalau harus akla­masi itu tidak aneh, akan tetapi keber­adaan calon tung­gal ten­tu banyak meny­isakan mudarat. Apala­gi calon tung­gal tidak hanya dite­mukan di satu atau dua fakul­tas. Teruta­ma di tingkatan him­punan maha­siswa pro­gram stu­di. Dimana letak maha­siswa yang begi­tu banyak, tapi soal begi­ni mere­ka tidak mau ikut berkontribusi.

Diku­tip dari web­site LINIKAMPUS seo­rang ilmuwan poli­tik asal Negeri Paman Sam men­gatakan tidak hanya mengge­lar pemil­i­han umum secara berkala, sebuah sis­tem demokrasi hen­daknya juga menampilkan sisi kom­peti­tif pada­hal pelak­sanaan pemilun­ya. Salah satu tujuan­nya yaitu agar para kan­di­dat yang berkon­te­sasi ter­dorong untuk berlom­ba-lom­ba menawarkan pro­gram dan gagasan yang ter­baik. Kalau hanya ada satu calon tung­gal maka keti­ka debat dial­o­gis tidak mele­wati perde­batan yang sen­git. Maka tidak ter­ja­di adu gagasan, pro­gram yang mere­ka bawa.

Jika pada pemi­ra tahun ini semua lebih dari satu paslon, pemil­ih dap­at mem­per­tim­bangkan mana yang akan dip­il­ih. Tidak beral­ih ke kotak kosong, meskipun nan­ti nya ada kotak kosong itu juga tidak akan men­ja­di kom­peti­tif. Kare­na sama saja den­gan tidak ada kom­petisi untuk melawan. Dan dap­at menye­babkan sifat maha­siswa yang apatis ser­ta tidak peduli den­gan adanya pemil­i­han ini. Ser­ta par­tisi­pasi maha­siswa men­ja­di berku­rang. Hanya saja namanya pes­ta demokrasi namun di dalam­nya demokrasi terse­but malah menurun.

Fenom­e­na akla­masi pada pemi­ra tahun ini bisa men­ja­di trend dan berdampak buruk pada masa depan demokrasi kam­pus kare­na den­gan itu mem­per­li­hatkan adanya kom­pe­ten­si yang min­im dan kurang transparan­si dalam pelak­sanaan pemi­ra. Kon­disi ini juga men­gak­i­batkan maha­siswa atau masyarakat kam­pus tidak bisa memil­ih pemimpin­nya. Fenom­e­na ini juga mem­per­li­hatkan kalau ter­ja­di kega­galan sis­tem demokrasi yang mana meng­hadirkan beragam pil­i­han bagi masyarakat kam­pus dalam memil­ih. Demokrasi seharus­nya dipa­ha­mi bukan hanya seba­gai prose­dur­al sema­ta melainkan sebuah sis­tem yang men­jamin untuk berkom­petisi yang sehat dan adil. Kare­na den­gan adanya PEMIRA ini kita sam­bil bela­jar bagaimana nan­ti­nya kalau sudah ter­jun ke masyarakat untuk men­ja­di bagian dari kegiatan terse­but. Kegiatan PEMIRA ini meru­pakan gam­baran kecil negara.

Jika dalam pemi­ra ini diadakan melawan kotak kosong hasil­nya juga sama seper­ti akla­masi, kare­na dalam melawan kotak kosong nan­ti­nya yang bakal men­ja­di pemimpin juga yang itu juga. Yang mem­be­dakan kalau kotak kosong kita melakukan pemil­i­han sedan­gkan akla­masi otoma­tis lang­sung ter­pil­ih men­ja­di ket­ua. Selain itu kotak kosong juga dap­at menim­bulkan menu­run­nya tingkat par­tisi­pasi maha­siswa dalam memil­ih. Mere­ka men­gang­gap suara mere­ka sia- sia, kare­na sudah dima­nip­u­lasi oleh pen­dukung pasan­gan calon tersebut.

Dari dua cara alter­natif terse­but intinya sama-sama menu­runk­an par­tisi­pasi maha­siswa. Tidak adanya transparan­si ser­ta menu­run­nya kom­petisi untuk men­ja­di pemimpin. Maha­siswa juga men­ja­di eng­gan untuk memil­ih secara lang­sung. Kare­na mere­ka tidak antu­sias untuk mer­ayakan pes­ta demokrasi.

Tapi den­gan seir­ingnya wak­tu dap­at dil­i­hat bah­wa minat maha­siswa pada akhir akhir ini menu­run untuk mengiku­ti kegiatan seper­ti itu. Seper­ti hal­nya untuk ikut mendaf­tar seba­gai salah satu organ­isasi maha­siswa saja min­im antu­si­as­nya. Apala­gi untuk pemil­i­han seper­ti ini. Dan di tam­bah lagi bertepatan den­gan libu­ran juga. Mere­ka lebih mement­ingkan berlibur dari­pa­da berorganisasi.

Semoga untuk pemimpin yang ter­pil­ih bisa men­ja­ga amanah dan melak­sanakan visi misi mere­ka den­gan penuh tang­gung jawab. Kare­na mere­ka sudah ber­jan­ji untuk mengem­ban amanat terse­but demi masa depan kam­pus yang lebih baik lagi.

Penulis : Aina Nur
Redak­tur : Musto­fa
Ilus­tra­tor : Nad­hi­ra, Tika Edi­tor : Tika