Tulun­ga­gung, Jawa Timur – Peringatan Inter­na­tion­al Wom­en’s Day (IWD) Tulun­ga­gung 2025 suk­ses dige­lar di Gutuhaus, Boy­olan­gu, pada 20–21 Maret 2025. Rangka­ian acaranya meliputi diskusi, movie screen­ing, work­shop kolase dan zine, penampi­lan karya seni dan budaya, ser­ta pem­ba­caan manifesto.

Acara peringatan Inter­na­tion­al Women’s Day diadakan oleh Komite Inter­na­tion­al Women’s Day Tulun­ga­gung den­gan men­gusung tema Perem­puan Melawan, Han­curkan Sis­tem Dom­i­nasi. Tema terse­but dip­il­ih kare­na mencer­minkan real­i­tas perem­puan yang masih berjuang untuk kemerdekaan. Pemil­i­han dik­si ini juga men­gako­modasi berba­gai ben­tuk sis­tem penin­dasan, seper­ti patri­ar­ki, feo­dal­isme, dan kap­i­tal­isme, yang dirangkum dalam satu kata: dom­i­nasi. Peringatan ini bertu­juan untuk men­gon­sol­i­dasikan keku­atan perem­puan dalam meng­hadapi tan­ta­n­gan tersebut.

Jadi, kita pakai dik­si ‘perem­puan melawan dan han­curkan sis­tem dom­i­nasi’ kare­na kemarin kita masih berde­bat ten­tang apa yang mau dilawan—patriarki, feo­dal­isme, kap­i­tal­isme, dan lain-lain. Tapi pada akhirnya, sis­tem ini bisa ter­wak­ili dalam satu kata yang sama, yaitu ‘dom­i­nasi’…” jelas salah satu anggota Komite IWD Tulungagung.

Acara yang berlang­sung di hari per­ta­ma, Kamis, 20 Maret 2025, dibu­ka den­gan diskusi pub­lik “Pen­gan­tar Fem­i­nisme — Mema­ha­mi Ketertin­dasan Gen­der”, yang mem­ba­has kon­sep-kon­sep pent­ing dalam fem­i­nisme dan bagaimana ketertin­dasan gen­der ter­ja­di dalam masyarakat. Diskusi ini diisi oleh Fatimah Zahra dari Forum Perem­puan Fil­safat Tulun­ga­gung. Acara dilan­jutkan den­gan work­shop kolase dan zine bertema perem­puan, yang mem­berikan ruang kreativ­i­tas bagi para peser­ta untuk mengek­spre­sikan pan­dan­gan mere­ka ten­tang isu-isu perempuan.

Hari ked­ua, Jumat, 21 Maret 2025, dim­u­lai den­gan nobar film “Demi Nama Baik Kam­pus”, yang menampilkan isu pele­ce­han sek­su­al di kam­pus dan diiku­ti den­gan diskusi reflek­tif. Selan­jut­nya, acara diisi den­gan penampi­lan karya seni dari berba­gai jaringan sol­i­dar­i­tas yang menampilkan beragam ben­tuk seni dan budaya. Acara pun­caknya adalah pem­ba­caan man­i­festo yang men­gungkap­kan tun­tu­tan dari IWD Tulun­ga­gung 2025.

Peringatan IWD ini bertu­juan untuk men­gon­sol­i­dasikan ger­akan kese­taraan gen­der, meningkatkan kesadaran akan isu-isu kru­sial yang dihadapi perem­puan, ser­ta men­dorong aksi nya­ta untuk perubahan.

Selan­jut­nya, kita pen­gin kon­sol­i­dasi aja gitu, mengumpulkan teman-teman yang per­caya pada kese­taraan gen­der. Ayo kita melawan bareng-bareng, kita kon­sol­i­dasi bareng-bareng, hadapi tan­ta­n­gan-tan­ta­n­gan kita ke depan, ter­ma­suk masalah nasion­al,” ujar salah satu anggota Komite IWD Tulungagung.

Kendala uta­ma yang dihadapi oleh penye­leng­gara saat ini adalah keter­batasan jejar­ing dan kesadaran pub­lik, sehing­ga par­tisi­pasi masyarakat masih ter­batas. Oleh kare­na itu, kegiatan lebih difokuskan pada diskusi seba­gai langkah awal.

Ya, kalau untuk acara sih kita baru di taraf diskusi, ya. Dari daer­ah-daer­ah lain yang sudah pun­ya aksi, kita menyadari keter­batasan, jadi kita pen­gen meningkatkan kesadaran dulu,” ungkap salah satu anggota IWD Tulungagung.

Dari kendala yang dihadapi, penye­leng­gara berharap kegiatan ini tidak men­ja­di ser­e­mo­ni­al sema­ta, melainkan berlan­jut ke arah kon­sol­i­dasi dan acara lain­nya untuk meng­hadapi isu-isu bersama, teruta­ma terkait ketim­pan­gan gen­der dan kek­erasan sosial.

Ya, ke depan­nya ten­tu bisa ada kon­sol­i­dasi, ada acara-acara lagi, bisa meng­hadapi isu bersama-sama gitu. Jadi hara­pan­nya ini nggak berhen­ti begi­tu saja,” harap Komite IWD Tulun­ga­gung seba­gai penyelenggara.

Untuk saya dan juga teman-teman semuanya yang belum sadar, kita harus mema­ha­mi bagaimana kita sudah diper­mainkan sejak lama…” ujar salah satu par­tisi­pan acara IWD.

Hara­pan dari peser­ta adalah agar kesadaran akan hak-hak perem­puan yang terkadang ter­abaikan dan ter­in­jak-injak dap­at ter­ban­gun melalui kegiatan ini, ser­ta men­dorong masyarakat untuk lebih mema­ha­mi dan melawan keti­dakadi­lan yang telah berlang­sung sejak lama.

Penulis: Amelia Alfi Karimah
Reporter: Alfi, Elvi­ra, Fita
Edi­tor: Musto­fa Ismail