Dimensipers.com (3/11). Semarak hari Sumpah Pemuda masih menggelora dalam ingatan kolektif bangsa Indonesia. Begitu juga Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) FUAD IAIN Tulungagung yang menggelar lomba esai untuk memperingatinya. Lomba ini diperuntukkan tingkat SMA se-Jawa Timur.
Kegiatan ini menggabungkan peringatan Sumpah Pemuda dengan Fakultas Ushulluddin Adab dan Dakwah yang salah satu konsentrasinya mengangkat wacana toleransi. Melalui tulisan, pandangan siswa dalam melihat fakta-fakta di lingkungan sekitarnya diharapkan semakin sensitif.
Tema kegiatan ini bertajuk “Semangat Toleransi dalam Keragaman bagi Generasi muda”. Dari berbagai tulisan dari siswa, akhirnya 10 tulisan terbaik lolos mengikuti tahap presentasi dan penentuan juara di gedung Arief Mustakim IAIN Tulungagung pada minggu, 29 Oktober 2017. Kegiatan ini mampu memompa semangat siswa untuk menuliskan gagasan toleransinya ke dalam tulisan.
Konsep awal kegiatan ini ingin melihat bagaimana siswa memahami toleransi. Selama ini masih banyak yang menyuarakan toleransi, tetapi dalam praktiknya suara tersebut tidak berdampak apa-apa. Perlu dipahami lebih jauh, Fakultas Ushuluddin Adab dan Dakwah IAIN Tulungagung sudah lama konsen dengan tema ini.
Berbagai diskusi dengan komunitas agama yang berbeda juga sudah terselenggara. Saat hari Toleransi Internasional tahun lalu tepatnya 16 Desember 2016, mahasiswa FUAD juga menarik suatu diskursus tentang semangat Nasionalisme ditengah keberagaman agama. Dr. Abad Badruzzaman selaku Dekan FUAD menarik benang merah fakultas yang ia pimpin itu, bahwa FUAD adalah fakultas kemanusiaan. Sebenarnya, gagasan besarnya tidak pernah bergeser, akan tetapi bungkusnya dikemas dengan wajah baru yang segmentasinya siswa.
Ketua Dema FUAD IAIN Tulungagung Imam Safi’i dalam sambutannya, menjelaskan bahwa sebuah bangunan yang kokoh negeri ini seperti Bhinneka Tunggal Ika berawal dari sebuah imajinasi. Tidak ada bentuk gagasan besar yang tiba-tiba muncul tanpa proses imajinasi. ini hanyalah awal, selebihnya tergantung pada kalian. Jadi, berimajinasilah setinggi-tingginya untuk membuatnya menjadi nyata. Salah satunya menulis, karena dengan menulis hidupmu penuh keabadian.
Presentasi lomba esai dibuka oleh wakil dekan bidang kemahasiswaan FUAD Dr. Teguh M.Ag. mengaku sangat senang agenda ini dapat diselenggarakan, utamanya tema yang disajikan sesuai dengan kebutuhan hari ini. Teguh menambahkan bahwa toleransi menjadi ciri keberagaman di masa lalu. Toleransi merupakan warisan yang harus tetap dijaga dan dipupuk. Oleh karena itu, sudah sepantasnya generasi muda mewarisinya.
Selanjutnya, peserta mempresentasikan hasil tulisannya. Peserta lomba esai menjelaskan tawaran gagasan toleransinya dihadapan dewan juri. Berbagai kritik dan masukan dari dewan juri begitu penting untuk memperbaiki tulisan peserta ke depannya. Ide, sistematika penulisan, dan penguasaan materi saat presentasi menjadi tolak ukur penilaian.
Akhirnya juara 1 diraih oleh lailatul Mahfiroh dari MAN Pasuruan dengan judul NKRI itu Khilafah? (Belajar Merangkai Kebersamaan dari Keberagaman). Juara 2 diraih Laili Nur Adiani dari SMAN 1 Kedungwaru dengan judul Pemuda Pendobrak Nilai Toleransi. Serta juara 3 diraih oleh Ayu Larasati dari SMAN 1 Badegan, Ponorogo dengan judul STC (Student Tolerance Community) sebagai Agen Edukasi Sikap Toleransi pada Siswa.
Dewan juri sedikit memberikan wawasan mengenai macam-macam tulisan secara umum. Wawasan ini diberikan untuk mengetahui gambaran tulisan siswa sesuai dengan modelnya. Karena ini esai, tentu kemasan tulisannya adalah opini. Tetapi jangan melupakan argumentasi-argumentasi yang menguatkan ide besarnya. Fakta-fakta di kehidupan nyata bisa diambil sebagai cerminan situasi toleransi di Indonesia sekarang ini.
Kebanyakan peserta mempunyai tokoh idola dalam menulis dan tokoh itu telah menginspirasi dirinya untuk meluapkan idenya ke dalam tulisan. Mereka mengaku senang dengan kegiatan seperti ini dan tidak menyangka bakal menyabet juara. Peserta hadir bersama pembinanya masing-masing. Pembinanya mengapresiasi kegiatan ini dan mengharapkan kegiatan ini rutin digelar setiap tahunnya. Dengan adanya kegiatan ini, cakrawala pengetahuan toleransi siswa dapat dipraktekkan untuk mengurangi diskriminasi, ketimpangan masalah keagamaan, suku, ras dan lain sebagainya. []
*Penulis adalah Ketua DEMA FUAD IAIN Tulungagung; Peneliti Muda Institute for Javanese Islam Research (IJIR)