Dimensipers.com — Jumat (20/04) diskusi ruti­nan kem­bali dige­lar oleh tim lit­erasi HMJ Tadris Bahasa Indone­sia (TBIn) di Lt. 1 Gedung Pas­casar­jana IAIN Tulun­ga­gung. Den­gan tajuk ‘Taaruf Kesusas­traan Rusia’, diskusi yang berlang­sung lebih kurang dua seten­gah jam ini difasil­i­ta­tori oleh Kow­im Sabilil­lah, dan dimod­er­a­tori pimp­inan redak­tur buletin Lisen­sia, Angga Nachrowi.

Sehari sebelum acara dige­lar, saya menanyakan kepa­da Angga melalui per­caka­pan What­tapps, sehubun­gan den­gan diskusi semacam ini baru diadakan untuk kali keti­ga oleh tim lit­erasi, men­ga­pa bukan men­gu­pas dahu­lu men­ge­nai kesusas­traan nasion­al? dan Angga  beralasan bah­wa ia mem­in­jam kata seo­rang dosen bah­wasanya kesala­han orang-orang adalah keter­batasan­nya mema­ha­mi sas­tra hanya dari dalam negeri saja, tidak ada salah­nya jika kita mulai den­gan men­gu­pas men­ge­nai sas­tra dari dunia Barat, sebab seper­ti yang kita tahu, perkem­ban­gan sas­tra Barat juga menanamkan pen­garuh­nya pada kesusas­traan Indonesia.

Diskusi ini secara garis besar mem­beri pen­gan­tar pema­haman men­ge­nai kesusas­traan Rusia, ter­lebih pada peri­ode­sasi kesusas­traan. Kow­im memetakan peri­ode­sasi kesusas­traan Rusia men­ja­di empat peri­ode. Per­ta­ma yakni peri­ode awal atau per­mu­laan yang di dalam­nya berkem­bang dua peri­ode yakni klasik kemu­di­an neo klasik. Berikut­nya peri­ode sas­tra mod­ern, dalam peri­ode ini berkem­bang dua ali­ran, yakni ali­ran roman­tisme dan real­isme. Ali­ran roman­tis meru­pakan per­lawanan dari ali­ran neo klasik yang lebih menekankan pada rasion­al­i­tas, ali­ran ini lebih con­dong pada kebe­basan indi­vidu dan emosinya. Berikut­nya berkem­bang ali­ran real­isme yang lebih banyak meru­pakan ali­ran yang meni­tik­ber­atkan per­ha­tian­nya pada masalah-masalah sosial dan poli­tik. Dis­usul berikut­nya yakni peri­ode pra sovi­et (rev­o­lu­sion­er), peri­ode sovi­et dan ter­akhir yakni peri­ode sas­tra mutakhir.

Diskusi ber­jalan cukup intens, Wakhi­dat­ul Ilmia, maha­siswi TBIn semes­ter 2, men­gaku ia belum tahu menahu men­ge­nai kesusas­traan Rusia namun ia men­gapre­si­asi diskusi-diskusi seper­ti ini dan berharap akan lebih banyak diskusi-diskusi yang berman­faat agar terus berkem­bang lagi.

Alham­dulil­lah, meskipun pema­teri bukan orang TBIn asli, melainkan orang FUAD yang begi­tu paham ten­tang sas­tra, khusus­nya sas­tra Rusia mem­bu­at diskusi ini lan­car, penyam­pa­ian­nya juga bagus. pema­teri san­gat detail dalam mem­berikan pen­je­lasan men­ge­nai pem­babakan wak­tu, ser­ta peser­ta diskusi juga cukup kon­dusif dan mudah untuk mener­i­ma materi.” Tukas Ilmi.

Menu­rut Kow­im, belum banyak karya-karya sas­tra Rusia yang dial­ih-bahasakan ke dalam bahasa Indone­sia. salah satu yang pop­uler adalah kiprah Pramodya yang mener­bitkan ter­jema­han karya-karya Max­im Gorky, Leo Tol­stoy, dan Mikhael Sholokov sebelum ia menulis tetralo­gi Bumi Manu­sia yang diang­gap meru­pakan salah satu karya yang pal­ing berhasil dalam khaz­anah karya sas­tra postkolo­nial. ia juga men­gatakan bah­wa diskusi-diskusi seper­ti ini per­lu dan ia men­yarankan agar diskusi-diskusi berikut­nya mem­ba­has men­ge­nai tokoh-tokoh sas­tra dan di akhir kemu­di­an tim lit­erasi dan sege­nap maha­siswa tadris bahasa Indone­sia mem­bu­at antolo­gi cer­pen atau semacamnya. []