Dimensipers.com Selasa (26/12). Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Tulungagung menjadi tuan rumah Grebek Bhineka Tunggal Ika. kegiatan ini berkonsentrasi di lapangan utama kampus dan candi gayatri di Boyolangu. Agenda dihadiri oleh berbagai kalangan masyarakat. Seperti masyarakat lintas agama dan kalangan para Penghayat (aliran kepercayaan) dan para pemerhati budaya.
Acara ini juga dihadiri oleh hariyono selaku Unit Kerja Presiden Pemantapan Ideologi Pancasila (UKP-PIP), Eva K. Sundari selaku Kaukus Pancasila DPR RI, Maftukhin selaku Rektor IAIN Tulungagung, Supriono selaku ketua DPRD Tulungagung, Kusnadi selaku DPRD jawa timur, dan Naen Soeryono selaku Presidium Majelis Luhur Kepercayaan Indonesia (MLKI).
Banyak masyarakat meyakini bahwa Tulungagung pada zaman dahulu merupakan wilayah yang spiritualis. Seperti yang diungkapkan Maftuhin dalam orasinya bahwa Tulungagung merupakan wilayah keresian (spiritualis). Hal ini dibuktikan dengan adanya candi-candi dan arkeologi yang mengandung ornamen Hindu-Budha.
Masyarakat juga meyakini bahwa salah satu wilayah pematangan ajaran Bhineka Tunggal Ika adalah di wilayah Tulungagung. Argumentasi ini dikaitkan dengan pendharmaan Sri Gayatri Rajapatmi di daerah Boyolangu. Ratu Majapahit tersebut dianggap sebagai figur sentral yang menggali dan mewariskan ajaran spiritualitas Bhineka Tunggal Ika hingga masa kejayaan Majapahit di tangan Hayam Wuruk. Hal ini dilegitimasi oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Institute Of Javanese Islamic Research (IJIR) yang bertajuk “Melacak Jejak Spiritual Bhineka Tunggal Ika Visi Penyatuan Nusantara di Bumi Tulungagung”.
Rangkaian acara ini dibuka dengan upacara pembukaan dan dilanjutkan dengan pementasan kesenian lokal. Dilanjutkan dengan orasi dari tokoh-tokoh daerah dan nasional dan puncak dari acara ini ditengarai dengan arak- arakan menuju candi gayatri di Boyolangu Tulungagung dan meggelar doa bersama di sana.
Sukriston selaku ketua MLKI Tulungagung mengatakan bahwa, yang melatar belakangi grebek bhineka tunggal ika ini dikarenakan adanya kegelisahan tentang kebhinekaan di Tulungagung khususnya dalam hal spiritualitas. Selain itu harmoni antar masyarakat juga menjadi faktor utama diadakannya agenda ini. Sukriston juga menegaskan bahwa kerukunan antar sesama adalah faktor yang paling penting.
Grebek bukan semata — mata hanya festival kebudayaan, tapi sebagai cara masyarakat Tulungagung meneguhkan ajaran kebhinekaan yang telah diwariskan dari zaman dahulu. Melaui acara ini, masyarakat menyerukan spirit Bhineka Tunggal Ika sebagai ciri khas dari bangsa Indonesia.
Meski baru pertama kali, namun agenda ini mendapat apresiasi positif dari berbagai elemen masyarakat. Mereka sangat mendukung adanya agenda seperti ini, karena mereka meyakini dengan adanya kegiatan seperti ini maka akan terjalin kerukunan antar masyarakat. Baik itu antar umat bergama, antar budaya dan lain sebagainya. Reni, salah satu peserta dari agama Hindu mengungkapkan bahwa kehiatan seperti ini akan menjadi salah satu bentuk kerukunan bergama, apapun agamanya tetap satu “orang Tulungagung”.
Harapan dari masyarakat yang mengikuti serangkaian agenda ini untuk menggugah semangat kerukunan antar masyarakat khususnya umat beragama di Tulungagung. selain itu acara ini juga bertujuan untuk melestarikan sejarah yang diwariskan oleh para pendahulu. Mereka berharap agenda seperti ini berlanjut setiap tahunnya.
Reporter : Dep /meg /sul /wul/lut/