Dimensipers.com– Pemil­i­han ket­ua dan wak­il ket­ua Dewan Ekseku­tif Maha­siswa (DEMA) Fakul­tas Ushul­ludin Adab dan Dak­wah (FUAD) terindikasi ter­jadinya kecu­ran­gan.  Pasal­nya,  sis­tem yang dit­er­ap­kan dalam pemil­i­han meru­pakan hal yang baru. Ter­batas­nya akses tat­ap muka, mem­bu­at pros­es pemil­i­han ket­ua dan wak­il ket­ua DEMA FUAD dilak­sanakan melalui e‑voting. E‑voting dilakukan den­gan sis­tem mema­sukkan Nomor Induk Maha­siswa (NIM) seba­gai user name sekali­gus pass­word agar dap­at log in. Mudah­nya akses log in menye­babkan NIM terse­bar luas yang kemu­di­an memu­nculkan oknum-oknum yang menyalah­gu­nakan untuk mema­nip­u­lasi data.

Sete­lah adanya pen­gad­u­an ten­tang masalah terse­but. Salamah Noorhay­ati selaku Wak­il Dekan (Wadek) 3 FUAD, Komisi Pemil­i­han Umum Maha­siswa (KPUM), Badan Pen­gawas Pemilu (Bawaslu) dan Sen­at Maha­siswa (SEMA) FUAD mendiskusikan jalan kelu­ar, dan akhirnya dipu­tuskan untuk dilakukan pemil­i­han ulang. “Kalau melakukan pemil­i­han ulang harus bisa men­jamin kesala­han-kesala­han atau kebo­co­ran kemarin itu tidak ter­ja­di lagi,” ungkap Salamah. 

Sete­lah surat kelu­ar, kita coba men­em­busi sis­tem Siakad seba­gai web atau media pemil­i­han­nya. Kita coba kon­sul­tasikan kepa­da Wadek 3 yaitu Bun­da Salamah. Dan Bun­da juga mem­ban­tu menghubun­gi pihak Puskom. Di saat KPU masih men­co­ba men­em­busi web Siakad , terny­a­ta Novan (Ket­ua KPUM FUAD) dia­jak kete­mu para Paslon, yaitu Paslon 1,2,3, di mana para Paslon mem­inta keje­lasan KPU. Memang diakui kami (KPU; red) molor terkait pemil­i­han ulangnya sehing­ga banyak pihak yang merasa digan­tung,” jelas Ririn Ani­ta Rohmatun, sekre­taris KPUM FUAD.

Salamah menin­dak­lan­ju­ti den­gan mem­inta ban­tu­an Pusat Kom­put­er (Puskom) untuk mem­ban­tu KPUM dalam melakukan pemil­i­han ulang agar tidak ter­ja­di sis­tem eror yang ked­ua kalinya. Selan­jut­nya, kepu­tu­san terse­but ditang­gapi oleh KPUM FUAD den­gan dikelu­arkan­nya press release seba­gai berikut:

 Namun, sete­lah dikelu­arkan­nya press release oleh KPUM, Pasan­gan calon (Paslon) nomor urut 2, yang mana Paslon yang memi­li­ki suara ter­banyak pada saat pemil­i­han sebelum­nya meng­gu­gat kebi­jakan KPUM terkait press release seba­gai berikut:

Muncul­nya gugatan dari Paslon nomor urut 2, men­jadikan KPUM, Bawaslu dan Sema FUAD mem­per­tim­bangkan ulang terkait kepu­tu­san dilakukan­nya pemil­i­han ulang. “Jika pemil­i­han ulang kita harus mulai dari awal lagi. Itu mem­bu­tuhkan wak­tu yang dari awal dan ten­tun­ya memakan wak­tu yang lama lagi. Belum lagi apakah lebih efek­tif dan tidak ter­ja­di kendala atau kecu­ran­gan den­gan sis­tem Siakad, ” ujar Ririn.

Selain muncul­nya gugatan dari Paslon nomor urut 2, ter­da­p­at pula per­masala­han berikut­nya. Salah satu wak­il Paslon sudah masuk dalam kepen­gu­ru­san SEMA Insti­tut (SEMA‑I), pasal­nya ia men­gang­gap bah­wa Paslon nomor urut 2 sudah res­mi men­ja­di ket­ua dan wak­il DEMA FUAD terpilih.

Salamah menu­turkan bah­wa pihak Paslon yang sudah ter­lan­jur masuk ke SEMA‑I dap­at ditarik kem­bali untuk mengiku­ti pemil­i­han ulang, sehing­ga tidak harus mem­u­lai pemil­i­han ulang dari awal. Kemu­di­an Salamah mengumpulkan semua pihak yang bersangku­tan dalam pemil­i­han ket­ua dan wak­il ket­ua DEMA FUAD akhirnya melakukan musyawarah ulang untuk men­cari jalan kelu­ar. Salamah memu­tuskan untuk mem­beri dua opsi, yaitu mene­tap­kan Paslon ter­pil­ih pada pemil­i­han sebelum­nya, dan melakukan pemil­i­han ulang den­gan memangkas beber­a­pa tahap untuk lang­sung ke tahap pemil­i­han suara.

Kepu­tu­san pihak KPUM, Bawaslu, Sema FUAD dan Paslon lebih dom­i­nan meru­juk pada  pil­i­han per­ta­ma, yakni mene­tap­kan Paslon ter­pil­ih seba­gai ket­ua dan wak­il ket­ua DEMA FUAD. Dari 15 pihak yang diberi suara , 13 orang memil­ih pil­i­han per­ta­ma dan 2 orang memil­ih pil­i­han kedua.

Dari paslon yang tidak ter­pil­ih pun begi­tu. Den­gan kesadaran­nya untuk sesegara mungkin DEMA ter­ben­tuk” tutur Salamah. Kepu­tu­san yang dite­tap­kan dalam musyawarah ulang, akhirnya meng­hasilkan diu­mumkan melalui press release dan postin­gan insta­gram @pestafuad2020 seba­gai berikut:

Keru­mi­tan pros­es pemil­i­han ket­ua dan wak­il ket­ua DEMA FUAD ser­ta kepu­tu­san yang berubah-ubah mem­bu­at beber­a­pa maha­siswa FUAD kebin­gun­gan. “Terkait keje­lasan perkara yang lalu-lalu oleh KPUM FUAD atau Bawaslu tak per­nah diungkap secara jelas dan detail ke pub­lik FUAD. Jika pun ada, sifat­nya tidak for­mal dan ter­per­in­ci. Press release juga tidak menye­butkan sia­pa saja pihak yang ter­li­bat dalam rap­at. Sehing­ga, kepu­tu­san sem­brono ini bisa diam­bil,” kesal Zein, maha­siswa Aqi­dah dan Fil­safat Islam (AFI). Selain ungka­pan keke­salan dari Zein, ter­da­p­at pula maha­siswa yang men­uangkan keke­salan­nya pada tulisan yang dimu­at di media dar­ing seper­ti berikut:

Penulis: Muham­mad Fathoni Dliyaur Rohman

Reporter: Ana, Ardy, Fia, Nadya, Rizal, Zuhri, Riza, Desyana, Nana, Fathoni

Redak­tur: Natasya