Dimensipers.com (21/04)- Juru­san Pen­didikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Insti­tut Aga­ma Islam Negeri (IAIN) Tulun­ga­gung kem­bali mengge­lar acara Pemil­i­han Kakang dan Mbakyu PGMI 2018. Agen­da besar PGMI yang sekali­gus untuk mem­peringati Hari Kar­ti­ni ini diawali den­gan upacara pem­bukaan di lapan­gan depan gedung sta­si­un dan dilan­jutkan den­gan pemil­i­han Kakang Mbakyu yang bertem­pat di Audi­to­ri­um IAIN Tulungagung.

Pukul 09:00 WIB upacara pem­bukaan dim­u­lai den­gan pida­to singkat dari pem­bi­na upacara. Dalam pidatonya, pem­bi­na yang juga meru­pakan dosen Fakul­tas Tar­biyah dan Ilmu Kegu­ru­an terse­but men­gatakan, “Maha­siswa PGMI harus memi­li­ki cara pan­dang seper­ti pahlawan dan memi­li­ki jiwa mengin­gat para pahlawan.”

Pem­bi­na upacara men­gakhiri sambu­tan­nya den­gan yel-yel untuk meningkatkan seman­gat maha­siswa dalam melak­sanakan beber­a­pa sesi acara selan­jut­nya. Upacara diakhiri den­gan tampi­lan lagu-lagu tra­di­sion­al yang dinyanyikan oleh tim pad­u­an suara. Penampi­lan terse­but juga seba­gai salah satu cara untuk mengin­gat dan men­ja­ga agar lagu-lagu tra­di­sion­al tidak tergerus oleh modernitas.

Sete­lah upacara pem­bukaan, acara dilan­jutkan den­gan pemil­i­han Kakang dan Mbakyu seba­gai sarana untuk mem­promiskan juru­san. Adanya acara Kakang dan Mbakyu juga seba­gai daya tarik untuk meningkatkan jum­lah maha­siswa baru yang masuk ke juru­san PGMI.

Menu­rut pen­je­lasan ket­ua pelak­sana, Niswat­ul Fitria men­gatakan, “Acara ini bukan hanya untuk men­ja­di daya tarik maha­siswa baru saja, melainkan untuk meningkatkan dan men­ja­ga seni dalam sebuah tra­disi yang ada.”

Hendirk Rian, salah satu peser­ta yang mengiku­ti grand final Kakang dan Mbakyu  men­gatakan, “Acara ini bukan hanya untuk men­cari Duta PGMI, den­gan acara ini juga men­ja­di salah satu ajang pemil­i­han pen­gu­rus HMJ PGMI.”

Ada­pun beber­a­pa per­syaratan untuk mengiku­ti acara Kakang dan Mbakyu, seti­ap kelas harus men­gir­imkan per­wak­i­lan untuk mengiku­ti agen­da wajib PGMI terse­but. Seti­ap kelas harus mem­ba­yar pendaf­taran sebe­sar Rp.150.000 dan mendaf­tarkan 2 orang seba­gai per­wak­i­lan Kakang dan Mbakyu. Namun, bagi kelas yang tidak mem­beri per­wak­i­lan atas acara ini akan diberikan den­da. “Kan wajib. Kelas yang tidak ikut diden­da Rp 600.000.” ujar Anis­sa Nur Baiti, salah satu peser­ta Mbakyu.

Pemil­i­han Kakang dan Mbakyu yang dilak­sanakan di Audi­to­ri­um IAIN Tulun­ga­gung meru­pakan acara pun­cak. Sebelum para peser­ta menampilkan kreativ­i­tas­nya, para peser­ta terse­but telah lebih dulu men­jalani tahap selek­si dan pros­es karan­ti­na dua ming­gu sebelum pun­cak acara berlang­sung. Dalam pros­es karan­ti­na terse­but para peser­ta men­da­p­atkan beber­a­pa materi, seper­ti cara berbicara yang baik dan men­gasah intelektual.

Hen­drik Rian yang meru­pakan juara per­ta­ma Kakang dan Mbakyu PGMI 2018 menu­turkan, “sete­lah saya ter­pil­ih men­ja­di kakang ini, secara otoma­tis saya masuk ke HMJ. Secara tidak lang­sung yaa saya men­ja­di sorotan, men­ja­di cov­er. Yang dikatakan tadi kakang dan mbakyu itu men­ja­di cov­er salah satu juru­san (PGMI). Jadi dutanya dari PGMI.”

Agen­da wajib juru­san PGMI ini dihara­p­kan mam­pu mem­berikan nilai lebih pada juru­san yang bersangku­tan dan dap­at terus dilak­sanakan pada tahun-tahun selan­jut­nya. “Insyaal­lah akan terus seper­ti ini. Udah agen­da wajib PGMI. Den­gan agen­da wajib ini PGMI akan semakin baik ke depan­nya.” Ujar Niswat­ul Fitria.

Dep­ta Ikrar.m

Menc­in­tai sang putri can­tik nan anggun