Dimensipers.com — IAIN Tulungagung kembali menggelar Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK). Seperti tahun sebelumnya PBAK dibagi menjadi dua, yaitu PBAK Institut yang dilaksanakan pada 14–15 Agustus 2018 dan PBAK Fakultas pada 16–18 Agustus 2018. PBAK 2018 diperuntukkan bagi para mahasiswa baru (maba) agar lebih mengenal budaya akademik kampus IAIN Tulungagung. Selama proses PBAK berlangsung mahasiswa baru dianjurkan untuk mengenakan atribut yang telah ditetapkan oleh Dewan Eksekutif Mahasiswa Institut (DEMA‑I).
Atribut yang digunakan masih tetap sama seperti tahun-tahun sebelumnya, di antaranya yakni: tongkat, capil, kalung, bendera merah putih untuk PBAK institut. Sedangkan PBAK Fakultas tergantung pada kebijakan masing-masing fakultas. Atribut tersebut mudah ditemukan di toko-toko sekitar kampus. Ini tampak berbeda dari atribut PBAK institut tahun ini adalah pada ID card, yakni berbentuk burung garuda. Sementara peralatan lain masih belum jauh beda dengan tahun 2017 kemarin.
Penetapan ID card berupa bentuk burung garuda bukan tanpa alasan. Seperti yang diungkapkan Krismon Bangkit Budiarto selaku ketua pelaksana PBAK institut bahwasanya, “Filosofi dari ID card merupakan salah satu lambang negara dan di dalamnya sarat akan makna. Filosofinya juga menganut nilai nasionalis sesuai dengan tema PBAK tahun ini, memang yang dikenakan pada tahun ini bagaimana rasa cinta akan tanah air, dan untuk meneruskan cita-cita NKRI.”
Pasca PBAK nantinya, atribut akan dialokasikan. “Atribut PBAK nantinya akan ditampung terlebih dahulu di kampus. Kemudian nantinya untuk atribut capil biasanya diberikan pada masyarakat sekitar IAIN. Kalau untuk bendera karena bertepatan dengan 17 Agustus biasanya diminta warga sekitar,” tambahnya.
Kebijakan mengenakan atribut merupakan ketetapan dari pihak panitia yakni DEMA‑I. Ini seperti yang diungkapkan Abad Badruzaman selaku wakil rektor bidang kemahasiswaan dan kerjasama, “Kami tidak pernah membuat aturan terkait atribut. Bahkan ketika kami rapat menawarkan untuk dievaluasi, apakah masih perlu atribut-atribut itu. Waktu itu yang telah disepakati adalah capil dan tongkat.”
Capil dapat digunakan sebagai pelindung dari panas, sedangkan tongkat dapat digunakan untuk mengikatkan bendera. Selain kedua atribut tersebut, ada lagi kalung yang terdiri dari biji-bijian. “Beberapa waktu lalu di medsos beredar diwajibkan memakai kalung atau apa segala macam itu, itu di luar sepengetahuan kami. Untuk kalung sepenuhnya inisiatif dari kru panitia PBAK,” tambah Abad.
Pemakaian atribut itu tidak ada batas ketentuannya. “Batasan normatif tidak ada cuma di luar itu soal kepantasan dan filosofisnya. Secara pribadi, terus terang saja saya sudah kurang menghendaki soal atribut. Karena sekarang sudah era milenial digital. Mungkin hanya di kampus (IAIN Tulungagung :red) yang masih agak demikian. Tapi di lain pihak, saya tidak bisa menangani secara frontal. Mungkin secara pelan-pelan saja, tapi saya sendiri secara personal menilai sudah mendekati dengan pendekatan-pendekatan humanis walaupun di balik itu sudah ada makna filosofis. Belum tentu semua mahasiswa baru bisa menerimanya,” ungkap Abad.
Abad juga menambahkan tanggapannya, “Mahasiswa baru masih menganggap ini seperti yang saya baca di media sosial menganggap ini sebuah bentuk pembadutan. Kalau seluruh panitia mampu meyakinkan pada mahasiswa baru di balik atribut terdapat makna filosofi ya silakan saja. Jangan sampai memberikan kesan hanya untuk seru-seruan hanya untuk ngerjain atribut apapun yang digunakan harus ada makna simbolis dan filosofisnya.”
Darin Arif Mualifin selaku ketua panitia PBAK dari pihak birokrat mengatakan, “Prinsipnya bahwa PBAK itu dilaksanakan secara excellent. Pencitraan dari kampus menggambarkan yang baik-baik. Tidak menjadi sebuah bentuk aktivitas eksploitasi, yang wajar dan sopan. Atribut yang dianjurkan juga memiliki makna filosofis.”
Sementara itu, di beberapa kampus banyak perbedaan terkait penggunaan atribut saat PBAK institut. Misalnya di IAIN Kediri yang hanya mengenakan ID card dan pita merah putih. UIN Maulana Malik Ibrahim, tidak mengenakan atribut sama sekali, serta IAIN Ponorogo yang hanya mengenakan ID card berbentuk segilima dan kertas karton utuk formasi ketika difoto dari atas. [mia/nifa]