IAIN Tulungagung kembali mengadakan kegiatan rutinan setiap tahun, yakni Pengenalan Budaya Akademik Kampus (PBAK). Seperti tahun sebelumnya, PBAK dibagi menjadi dua bagian, yaitu PBAK Institut, pada 14–15 Agustus 2019 dan PBAK Fakultas pada 16–17 Agustus 2019 yang bertempat di lapangan IAIN Tulungagung. Menurut data dari iainta.sparkling, peserta yang ikut serta dalam acara mencapai 5521 Mahasiswa Baru (Maba).
Selama PBAK berlangsung, mahasiswa baru (Maba) mendapat syarat dan ketentuan untuk mengenakan atribut yang telah ditetapkan. Adapun atribut yang dikenakan oleh maba terdiri dari capil yang dicat merah putih (kanan merah dan kiri putih), bambu kuning, bendera, dan Id card. Atribut yang digunakan dari tahun ke tahun hampir memiliki kesamaan. Hanya saja pada tahun ini Id card yang digunakan berbentuk kotak dan memiliki warna yang berbeda tergantung kebijakan setiap fakultas.
Adapun salah satu perbedaan yang ada adalah tidak dianjurkannya lagi pengenaan kalung yang terbuat dari rempah-rempah. “Alasannya kalung itu seakan tidak ada gunanya dan sia-sia. Berbeda dengan bendera yang masih tetap ada, karena bisa terus digunakan,” ujar Pinggi selaku koordinator sekretariatan.

Terkait penggunaan atribut PBAK sendiri, sempat menuai beberapa tanggapan berbeda dari Maba. Di antaranya ada yang setuju dan tidak dengan penggunaan atribut tersebut. Salah satunya Difa’ Maba jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Islam (IPII) dan Zainuri jurusan Psikologi Islam (PI), yang menganggap bahwa atribut PBAK tidak membuat mereka terbebani, sebab tersedia di kos dan dapat dicari dengan mudah di sekitar kampus. Alif Rahmawati jurusan Tadris Fisika, juga turut mengatakan, bahwa “Atribut PBAK tidak terlalu susah karena sudah dicarikan Ma’had dan Alhamdulillah harga terjangkau.”
Alif juga berpesan, bahwa Atribut PBAK seharusnya tidak perlu macam-macam, yang ia misalkan sebagaimana kampus lain, yakni tidak memerlukan pememakaian capil dan bambu kuning. “Atau mungkin bisa juga dihilangkan, lalu diganti memakai jilbab sama peci dikasih pita, untuk baju ceweknya bisa dikeluarkan, masalahnya nanti ada bagian yang tidak tertutup,” tambahnya.
Di sisi lain, terdapat juga mahasiswa yang tidak setuju dengan penggunaan atribut PBAK. Seperti halnya Jinantia Baqita, jurusan Komunikasi Penyiaran Islam (KPI). Dia merasa jika Atribut tersebut memberatkan, sebab di Universitas lain tidak terdapat prasyarat sedemikian. “Bukannya nanti PBAK hari terakhir atributnya dikumpulkan? Lalu dibakar. Nah, itu mubazir sekali. Saya beli capil 15 ribu dan bambu 8 ribu, terus ending-nya dibakar gitu aja,” tegasnya.
Sedangkan perihal baju, Bangkit menerangkan, bahwa peserta adalah mahasiswa, yang perlu senantiasa mengingat bangsa ini besar karena pemuda. Melalui pilihan warna merah putih tersebut adalah melambangkan Indonesia. “Jadi, lebih menekankan pada nilai kebangsaan di saat PBAK, untuk capil mengambil warna merah putih karena semua bertemakan kebangsaan.” Sementara untuk Id card sendiri, Maba tidak perlu khawatir karena telah dibuatkan oleh panitia. Mahasiswa baru hanya wajib mencetak dan melaminasinya.
M. Bangkit Saputra, selaku Ketua Pelaksana PBAK 2019 juga memberikan tanggapan, bahwa “Atribut sendiri telah menjadi kultur atau budaya khas IAIN Tulungagung.” Bangkit juga menambahkan, bahwa atribut ini diadakan untuk melatih maba dalam mencari dan berusaha semaksimal mungkin dari apa yang sudah diperintahkan oleh panitia. [Lum, Els, El, & Bay]